REALITA,
CINTA DAN SEPAKBOLA
Oleh:
Pepi Munawwir Hafidz, S.Pd*)
Jumat
26 April 2024 sejarah baru tercipta, tim nasional sepak bola U-23 pertama
kalinya lolos ke semifinal Piala Asia dengan menyingkirkan tim nasional Korea
Selatan lewat babak adu penalti, pertandingan berlangsung di negara Qatar
sebagai tuan rumah penyelenggara, di Indonesia pertandingan tersebut
berlangsung pada pukul 00.30 WIB, pada jam ketika masyarakat Indonesia seharusnya
tertidur dengan lelap, hal ini menarik karena realitanya jutaan rakyat
Indonesia menyaksikan pertandingan tersebut, fenomena nonton bareng (nobar)
terjadi tersebar di seluruh wilayah Indonesia, mereka rela untuk begadang di
hari kerja demi menyaksikan pertandingan ini bahkan sampai pertandingan selesai
pada pukul 04.00 WIB, wow!
Pemandangan
yang serupa juga terjadi sehari sebelumnya Kamis, 25 April 2024 ketika Bobotoh
(sebutan supporter klub sepakbola Persib Bandung) larut dalam euforia karena
Persib Bandung berhasil membungkam Borneo FC dan dapat dipastikan lolos ke
semifinal Championship series, raungan sepeda motor dan sorak sorai bobotoh
terdengar di beberapa ruas jalan di sekitar stadion si Jalak Harupat.
Menarik
bukan? Apa sih yang membuat olahraga sepakbola ini sangat diminati? Mengapa
supporter sepakbola cenderung mempunyai rasa fanatisme yang tinggi? Yuk kita
bahas hal ini dalam kacamata Sejarah.
(https://bola.okezone.com/read/2017/03/05/49/1634689/bobotoh-sangat-antusias-menyaksikan-duel-persib-vs-pbfc)
Sejarah
Sepak Bola
Sepak
bola telah menjadi olahraga yang sangat diminati, namun asal-usulnya masih
menjadi misteri bagi banyak orang. Literatur kuno menyiratkan bahwa permainan
ini telah ada sejak tahun 1122 – 247 SM. Awalnya, digunakanlah bola bulat
berisi rumput yang diperebutkan oleh banyak orang, dengan dua bambu sebagai
pembatas. Orang Cina pada masa itu sudah mengenalnya dengan sebutan
"Tsu-Chiu" atau bola kaki.
(https://soccerinteraction.com/wp-content/uploads/2018/12/origen-del-futbol-cuju-e1610916175267.jpg)
Di
Jepang, ada permainan bernama Kemari, varian sepak bola perorangan, yang sudah
dimainkan sejak Januari 727 M. Permainan ini khusus dimainkan oleh kaum ningrat
atau kerajaan. Sementara itu, di Inggris, asal mula sepak bola terungkap ketika
rakyat secara tidak sengaja menemukan tengkorak manusia saat menggali tanah.
Tanah tersebut diyakini sebagai situs peninggalan bangsa Viking, yang pernah
menjajah Inggris. Rakyat yang menemukan tengkorak itu pun mulai memainkan
"bola" dengan kaki mereka.
Dengan
semakin populernya sepak bola di Inggris, konflik mulai muncul. Raja Richard II
pada tahun 1389 dan Raja Henry IV pada tahun 1401 bahkan melarang permainan ini
karena menyebabkan banyak kecelakaan fatal. Larangan tersebut memicu
perlawanan, dan pemerintah bahkan menggantung seorang yang tetap memainkan
sepak bola di depan Istana Buckingham.
Namun,
karena popularitas sepak bola terus meningkat, pada tahun 1590 Raja Inggris
mengizinkan kembali permainan ini sebagai hobi rakyat. Namun, permainannya
semakin kasar tanpa peraturan yang jelas. Baru pada tahun 1815, lapangan sepak
bola pertama dibangun untuk memberikan fasilitas yang lebih baik.
Pada
awal abad ke-19, pemerintah Inggris mulai mengakui sepak bola sebagai olahraga
yang menyehatkan. Mahasiswa dan pelajar terus memainkannya tanpa aturan yang
baku. Baru pada tahun 1846, Cambridge University membuat 11 peraturan dasar
yang diterima luas, yang dikenal sebagai Cambridge Rules of Football.
Pada
tanggal 26 Oktober 1863, The Football Association of England didirikan oleh
bekas pemain, mahasiswa, dan pelajar, meskipun universitas dan sekolah tidak
berpartisipasi. Pada tanggal 8 Desember 1863, disusunlah peraturan resmi
pertama oleh The Football Association, yang mengatur permainan sepak bola
secara adil dan bijaksana. Namun, karena ketidakhadiran universitas dan
sekolah, peraturan tersebut dianggap tidak sah. Akhirnya, Cambridge Rules juga
disusun tanpa persetujuan The Football Association. Ini menyebabkan ketegangan
antara dua peraturan yang dianggap terlalu berat dan tidak sesuai dengan
keinginan masyarakat.
FIFA
didirikan pada tanggal 21 Mei 1904 di Perancis atas prakarsa Guirin, dengan
nama Federation Internationale de Football. Tujuh negara anggota pertama yang
mendukungnya meliputi Perancis, Denmark, Spanyol, Swedia, dan Swiss, dengan
Guirin sebagai ketua pertamanya. Salah satu upaya FIFA untuk meningkatkan
standar permainan sepak bola dan memperkuat hubungan di antara anggotanya
adalah dengan menyelenggarakan Piala Dunia, yang pertama kali digelar di
Uruguay pada tahun 1930. Selain Piala Dunia, turnamen lain yang diatur oleh
FIFA untuk mengisi celah waktu termasuk kejuaraan Piala Olimpiade dan kejuaraan
regional seperti European Champion’s di Eropa, Concacaf di Amerika, AFC Cup di
Asia, dan Africa Cup di Afrika.
Sejarah
Sepak bola di Indonesia
Sejarah
Sepak Bola di Indonesia dimulai dengan praktik "Sepak Raga" yang
dimainkan di beberapa wilayah di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Permainan
ini menggunakan bola dari jalinan rotan dengan garis tengah 15 cm dan berat 2,5
ons. Lapangan berukuran 15 x 15 cm dengan sebatang bambu setinggi 15 meter yang
ditancapkan di tengah lapangan. Sepak bola modern kemudian diperkenalkan oleh
Belanda di wilayah jajahannya. Bangsawan Belanda sering memainkan olahraga ini,
termasuk di kota-kota besar di Indonesia, terutama di Pulau Jawa. Ini
mengilhami pendirian perkumpulan sepak bola seperti NIVB (Nederland Indische
Voetbalbond). Pada tahun 1920-1930an, masyarakat pribumi juga mulai membentuk
perkumpulan sepak bola, seiring dengan gerakan-gerakan untuk memperjuangkan
kemerdekaan dari penjajahan. Klub-klub besar seperti Persatuan Sepak bola
Makasar (PSM) dan Persatuan Sepak bola Madiun (PSM) akhirnya membentuk federasi
yang dikenal sebagai Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI).
Perkembangan ini sejalan dengan semangat pergerakan nasional untuk mencapai
kemerdekaan, yang ditandai dengan pertemuan tujuh klub pendiri sepak bola pada
tanggal 19 April 1930, di mana mereka menetapkan pembentukan federasi sebagai
wadah untuk memperjuangkan kemerdekaan nasional. Ir Soeratin terpilih sebagai
ketua PSSI pertama dengan pusat di Yogyakarta.
Sejarah
Suporter Sepak Bola
Dalam
dunia sepak bola, kehadiran para suporter merupakan bagian pertandingan. Kata
"suporter" berasal dari bahasa Inggris yang artinya adalah mendukung.
Di Indonesia, suporter merupakan individu atau kelompok yang aktif memberikan
dukungan dengan cara bersorak-sorai dan bernyanyi untuk memberikan semangat kepada
pemain yang sedang bertanding, dengan harapan dapat membantu mereka
memaksimalkan kinerja dan menampilkan kemampuan terbaik yang mereka miliki. Suporter
ini biasanya memiliki rasa kecintaan yang lebih dibandingkan penonton biasa
yang hadir di lapangan.
Komunitas
suporter sepak bola mengekspresikan dukungan dan fanatismenya dengan melakukan
aktivitas bersama, yang dikenal sebagai konformitas. Menurut Deaux (1993),
konformitas adalah kecenderungan untuk patuh pada kelompok tanpa perlu arahan
langsung untuk ikut serta dalam kegiatan kelompok tersebut. Contoh tindakan
konformitas dalam komunitas suporter sepak bola meliputi menyanyikan lagu
bersama, mengenakan atribut yang sama, dan melakukan gerakan seragam saat
menonton atau mendukung tim favorit. Namun, dukungan bersama untuk klub
kadang-kadang dapat memicu tindakan agresi.
Ketika
berbicara tentang penggemar sepak bola, sulit untuk mengabaikan fenomena
fanatisme. Fanatisme merupakan perilaku individu yang identik dan mengutamakan
tujuan tertentu tanpa melihat dan memperdulikan akibat yang akan ditimbulkan
(Praja, 2010). Fanatisme memiliki dua sudut pandang yang berbeda: yang positif
dan yang negatif.
Setiap
penggemar sepak bola akan dengan sengaja mengorbankan segalanya karena cinta
dan kebanggaan terhadap tim mereka. Bahkan, jumlah uang yang dihabiskan tidak
sebanding dengan hasil pertandingan. Namun, kelebihan cinta dan kebanggaan ini
tidak selalu positif untuk sepak bola secara keseluruhan. Bagi beberapa orang,
sepak bola hanya dianggap sebagai hiburan dan mengisi waktu luang, sementara
bagi yang lain, itu memiliki makna lebih dalam daripada sekadar hiburan semata.
Sisi
Positif
Terhadap
tim sepakbola favorit mereka, fanatisme suporter memiliki aspek positifnya
sendiri. Dengan rasa cinta yang luar biasa dari para penggemar, semangat tim
dalam pertandingan dapat meningkat secara signifikan. Dampak positif ini juga
dapat tercermin dalam penampilan para pemain yang menjadi lebih memukau.
Belum
cukup sampai di situ, keberadaan suporter yang fanatik juga membuat citra
sebuah tim terdongkrak di mata sponsor. Paling tidak, para sponsor dapat
memanfaatkan kerja sama mereka dengan klub tersebut untuk ‘menjual’ produknya
kepada para suporter fanatik yang merupakan pangsa pasar utama. Terlebih
kelompok suporter yang jumlahnya masif.
Bagi
klub, fanatisme suporter juga bermanfaat untuk menggerakkan roda ekonomi.
Misalnya saja lewat pembelian tiket pertandingan kandang maupun merchandise,
mulai dari “jersey”, kaus, dan berbagai aksesoris lainnya.
Sisi
Negatif
Walau
demikian, fanatisme suporter juga punya dampak negatif. Umumnya, hal ini
berkaitan dengan kehidupan sosial dengan masyarakat. Kadangkala fanatisme yang
ditunjukkan oleh komunitas suporter klub sepak bola diilakukan secara
berlebihan dalam mendukung tim kesayangan saat bertanding sehingga berubah
menjadi tindakan agresivitas terutama agresivitas verbal.
Fanatisme
terhadap klub sepak bola contohnya, suporter fanatik yang hanya mampu melihat
kebaikan dari tim favoritnya saja dan hanya melihat kekurangan dari tim lain
yang bukan menjadi tim favoritnya. Wujud ekspresi dari fanatime ini seringkali
menjadi perilaku agresi (Anam, Studi Pendahuluan, 2016).
Mendukung
tim kesayangan dengan cara yang benar adalah hal yang tak bisa ditawar. Jangan
mudah tergoda atau terpancing eksistensi yang pada ujungnya menimbulkan dampak
buruk untuk semua orang.Kehadiran di stadion dengan tertib, membeli tiket
pertandingan, menyanyikan lagu-lagu dukungan tanpa bermaksud melecehkan pihak
lain, menerima hasil pertandingan secara rasional, dan menyampaikan kritik
dengan sopan adalah tindakan-tindakan positif yang harus dipegang teguh secara
konsisten.
Menjadi
fanatik terhadap tim kesayangan adalah hal yang lazim dalam dunia sepakbola.
Namun, sebagai manusia yang memiliki akal budi, kita memiliki kewajiban untuk
mengendalikan emosi sehingga tindakan kita sebagai pendukung klub sepakbola
tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain, terutama sampai pada taraf
kekerasan yang tak patut dilakukan karena sepakbola tidak dimaksudkan untuk
hal-hal keji seperti itu.
MARI
MENJADI SUPORTER TIM SEPAKBOLA YANG CERDAS, HIDUP PERSIB & LONG LIVE
BOBOTOH!
#USUTTUNTASTRAGEDIKANJURUHAN
**)
dikutip dari berbagai sumber
*)
Guru Mapel Sejarah di SMA Negeri 1 Pangalengan.