MUSIK
ADALAH CARA MENGEKSPRESIKAN IDENTITAS ( BENARKAH ? )
Oleh:
Ade Sobari, S.Pd., M.M.Pd *)
Bagaimana bisa genre musik
memengaruhi kepribadian seseorang? Pada dasarnya setiap orang selalu
mendengarkan lagu yang sesuai dengan seleranya. Lirik yang menggambarkan
kehidupannya, perasaannya, situasi yang kerap dialaminya, dan cara dia
menjalani kehidupan sehari-hari.
Saat marah, sedih, kecewa,
atau bahagia, seseorang akan mencari lirik dan mendengarkan lagu yang sesuai
dengan emosinya. Situasi inilah yang membuat mengapa genre musik yang kamu
dengarkan mencerminkan kepribadian.
Sumber:
https://www.rctiplus.com/blog/17-genre-musik-lengkap-pengertian-dan-jenisnya/
Penelitian yang kurang lebih
sama juga termuat di jurnal Plos One berjudul Musical
Preferences are Linked to Cognitive Styles. Dalam jurnal tersebut
dijelaskan bahwa musik tidak hanya memengaruhi kepribadian, melainkan juga
kognitif.
Orang yang kerap menggunakan
logika, punya kecenderungan untuk mendengarkan musik rock. Orang
yang suka segala sesuatu yang sistematis, memiliki kecenderungan untuk
mendengarkan musik klasik, animasi, atau musik-musik dengan kompleksitas
tinggi.
Sementara orang yang
berempati cenderung menikmati musik kontemporer yang lembut namun kaya emosi,
mulai dari indie rock, country hingga folk.
Kemudian mereka yang berkarier di bidang seni atau profesi helper,
cenderung lebih menyukai musik lembut yang membangkitkan respons emosional yang
kuat.
Sumber:
https://instarter.id/menuju-kedewasaan-emosional-menguasai-pikiran-dan-respons-diri/
Musik adalah cara untuk
mengekspresikan identitas, yang pada akhirnya lewat kesamaan musik, dapat
membentuk komunitas. Dalam hal ini, musik memiliki fungsi psikologis,
yaitu:
- Meningkatkan semangat kinerja.
- Merangsang rasa ingin tahu dan imajinasi.
- Memperkuat suasana hati atau emosi
tertentu.
Pentingnya Belajar
Mendengarkan Musik yang Tidak Disukai
Mendengarkan musik memiliki
manfaat psikologis dan kognitif. Namun, ternyata mendengarkan musik yang tidak
disukai juga bermanfaat untuk membantu kreativitas ketimbang mendengarkan lagu
favorit sama berulang kali.
Mendengarkan musik yang tidak
kamu kenal atau gemari dapat memberikan nuansa “kebaruan”. Ini dapat membantu
mengembangkan selera dan mengasah pendekatan musik yang berbeda.
Sumber:
https://www.kompas.com/tren/read/2019/10/06/123100465/mengapa-orang-tua-tidak-menyukai-musik-modern-
Jadi, saat kamu berniat
menghadirkan kreativitas sebanyak mungkin ke dalam pekerjaan, atau mungkin kamu
sedang stuck, mendengarkan musik baru bisa jadi solusi.
Mendengarkan musik yang tidak disukai juga dapat membantu kamu menerima
perbedaan, memaklumi perubahan, dan menerima penjelasan, mengapa orang lain
bisa menikmati genre musik tertentu. Kamu juga bisa lebih kaya
secara perspektif dan memiliki pengalaman emosi yang berbeda dari biasanya.
Pada akhirnya, memaparkan
diri pada musik yang berbeda, akan memberikan pengalaman positif, tergantung
dari jenis musik yang didengarkan. Kamu yang dulunya mellow bisa
menjadi pribadi yang lebih ceria, bila mendengarkan musik yang sarat motivasi
dan penuh semangat.
Seperti halnya kepribadian
yang dipengaruhi oleh jenis musik yang didengarkan, begitu juga musik yang kamu
dengarkan. Musik bisa memengaruhi kognitif yang akhirnya berdampak kepada
perilaku. Yuk, mulai sekarang, biasakan mendengarkan lagu-lagu positif, supaya
pikiran menjadi lebih positif!
Sumber:
https://hai.grid.id/read/072220029/psikologis-para-penyuka-musik-metal-diungkap-sebuah-riset-ini-hasilnya-beragam?page=all
KAPAN SEBAIKNYA KITA
MENINGGALKAN MUSIK
Siapa saja yang hidup di
akhir zaman, tidak lepas dari lantunan suara musik atau nyanyian.
Bahkan mungkin di antara kita –dulunya- adalah orang-orang yang sangat gandrung terhadap
lantunan suara seperti itu. Bahkan mendengar lantunan tersebut juga sudah
menjadi sarapan tiap harinya. Itulah yang juga terjadi pada sosok si fulan.
Hidupnya dulu tidaklah bisa lepas dari gitar dan musik.
Namun, sekarang hidupnya jauh berbeda. Setelah Allah mengenalkannya
dengan Al haq (penerang dari Al Qur’an dan As Sunnah),
dia pun perlahan-lahan menjauhi berbagai nyanyian. Alhamdulillah,
dia pun mendapatkan ganti yang lebih baik yaitu dengan kalamullah (Al
Qur’an) yang semakin membuat dirinya mencintai dan merindukan perjumpaan
dengan Rabbnya.
Sumber:
https://mediapijar.com/2017/05/playlist-musik-religi-di-bulan-suci-sebagai-penyejuk-hati/
Lalu, apa yang menyebabkan
hatinya bisa berpaling kepada kalamullah dan meninggalkan
nyanyian? Tentu saja, karena taufik Allah kemudian siraman ilmu. Dengan ilmu
syar’i yang dia dapati, hatinya mulai tergerak dan mulai sadarkan diri. Dengan
mengetahui dalil Al Qur’an dan Hadits yang
membicarakan bahaya lantunan yang melalaikan, dia pun mulai meninggalkannya
perlahan-lahan. Juga dengan bimbingan perkataan para ulama, dia semakin jelas
dengan hukum keharamannya.
Alangkah baiknya jika kita melihat dalil-dalil yang
dimaksudkan, beserta perkataan para ulama masa silam mengenai hukum
nyanyian karena mungkin di antara kita ada yang masih gandrung dengannya.
Maka, dengan ditulisnya risalah ini, semoga Allah membuka hati kita dan memberi
hidayah kepada kita seperti yang didapatkan si fulan tadi. Allahumma
a’in wa yassir (Ya Allah, tolonglah dan mudahkanlah).
*) penulis merupakan pengajar Bahasa Inggris di SMAN 1
Pangalengan, aktivis Pramuka, pencinta music serta penikmat travelling by
motorbike
Referensi:
Reverbnation. Diakses pada
2022. Why You Should Listen To Music You Don’t Like.
Guitar.com. Diakses pada
2022. Five reasons to listen to music you don’t like.
Plos One. Diakses pada 2022.
Musical Preferences are Linked to Cognitive Styles.
Very Well Mind. Diakses pada
2022. Music Preferences and Your Personality.
The Hill. Diakses pada 2022.
Science now says you can judge people by their taste in music after all.
John Wiley & Sons.
Diakses pada 2022. Individuals’ favorite songs’ lyrics reflect their
attachment style.
University of Toronto Faculty
of Arts and Science. Diakses pada 2022. Your favourite song lyrics reflect
your relationship experience, for better or for worse.