Rabu, 25 September 2024

MUSICHOLIC

 

MEMAHAMI MUSIK KONTEMPORER

Oleh: Firmanurkarim, S.Pd *)


Sejenak kita kembali ke pokok pembicaraan kita : musik kontemporer. Pertanyaan : 'Apa itu musik kontemporer ?' barangkali dirasakan sebagai pertanyaan yang klise. Dan jawabannya pun sudah mudah ditebak : musik kontemporer adalah musik masa kini, musik yang digemari anak-anak muda jaman sekarang. Jawaban standar seperti ini akan sulit menjelaskan apakah musik Tony Maryana itu termasuk musik kontemporer ? Atau apakah musik Franki Raden yang menggabungkan alat musik tradisional dan alat musik barat dalam sebuah komposisi musik adalah musik kontemporer ? Manakah yang kontemporer : lagu "Lagi Syantik" -nya Siti Badriah atau "Semut Ireng" karya Slamet Abdul Sjukur ?

 


Sumber: https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-musik-kontemporer/19690

Kekontemporeran seni musik sebagaimana terjadi dalam seni lainnya (seni tari, seni rupa dan teater) dipahami dengan cara berbeda-benda. Sal Murgiyanto menyimpulkan dalam essainya: tidak ada model tunggal kontemporer (Murgiyanto, 2015). Meski demikian, saya mengajukan pemahaman kontemporer berdasarkan kontribusi Giorgio Agamben yang menurut saya sejalan dengan teori estetika Adorno yang nantinya akan bermuara pada 'tanggung jawab etikal' dari musik sebagaimana diusulkan oleh Jeff R. Warren.

Dalam esainya "What is Contemporery?" Agamben menguraikan pengertian sebagai berikut : Kekontemporeran (contemporariness) adalah relasi tunggal seseorang dengan waktunya sendiri yang melekat padanya namun secara bersamaan menjaga jarak dengannya. Dengan kata lain kekontemporeran adalah relasi dengan waktu dan melekat padanya lewat keterputusan dan anakronisme.

Melalui perenungan atas puisi karya Osip Mandelstam 'The Century' yang ditulis tahun 1923, Agamben menawarkan pengertian kedua : Kontemporer adalah dia yang memegang dengan teguh pandangannya pada waktu miliknya, bukan untuk memahami sisi terangnya namun lebih ke sisi kegelapannya. Bagi orang yang mengalami kekontemporeran, segala zaman adalah suram. Kontemporer adalah orang yang tahu cara melihat dalam kesuraman, orang yang bisa menulis dengan pna-nya dalam kesuraman saat ini.  Agamben kemudian mengajukan thesis yang didukung oleh penemuan para neuropsikolog bahwa melihat dalam kegelapan adalah sebuah kegiatan aktif dan merupakan kemampuan singular. Kontemporer adalah seseorang yang mampu melihat berkas kegelapan di zamannya.

 


Sumber: https://www.liputan6.com/showbiz/read/257145/musik-kontemporer-berkembang-pesat-di-solo

Dengan ilustrasi 'memandang bintang di langit dalam kegelapan malam', Agamben mengatakan bahwa di tengah kegelapan ada cahaya yang berusaha menerobos ke arah kita namun tidak bisa. Kontemporer adalah memahami di dalam kegelapan, cahaya itu berusaha menggapai kita namun tidak bisa.

Kaitan masa lampau dengan kontemporer dijelaskan Agamben seperti ini : 'Kekontemporeran dipahatkan pada masa kini dengan menandai yang lainnya sebagai usang. Orang yang dapat memahami tanda dan pengenal segala yang usang dari yang paling modern dan kekinian adalah kontemporer.' Selaras dengan penyataan di atas 'kontemporer juga bisa berarti kembali ke masa kini di mana kita belum pernah ke sana.'

Dalam kaitannya dengan sejarah, Agamben mengatakan : 'Kontemporer adalah dia yang bisa melihat sejarah dengan hal yang tak terduga, mencupliknya sesuai dengan keperluan yang tidak muncul dari keinginannya namun dari kebutuhan mendesak yang tidak bisa dia respon.'

 


Sumber: https://harian.disway.id/read/753322/pentas-kentrung-dan-musik-kontemporer-di-dekesda-disajikan-minimalis

Inti pemikiran Agamben tentang kontemporer bisa dirangkai sebagai berikut:

Kita disebut kontemporer jika kita menyadari keberadaan kita pada masa kini namun mampu menjaga jarak dengannya sehingga tidak larut di dalamnya bahkan sebaliknya kita dengan kecerdasan kita bisa melihat sesuatu di dalam kegelapan zaman atau dalam kepingan sejarah dan membawanya ke dalam ruang waktu kita sekarang.

Merujuk pengertian Agamben itu, saya mencoba memberi contoh penerapannya sebagai berikut :

Pada tahun 1924 seorang musisi bernama Wage Rudolf Supratman menggubah lagu "Indonesia Raya" di tengah kegelapan zaman penjajahan Belanda. Namun dia melihat ada cahaya dalam kegelapan, cahaya harapan akan kemerdekaan Indonesia dan menuangkan gagasanya dalam sebuah lagu. W.R. Supratman adalah kontemporer.

Titiek Adji Rachman, Lies Soetisnowati Adji Rachman, Susy Nander, dan Ani Kusuma bertemu pada tahun 1964 dan membentuk band perempuan pertama di Indonesia : Dara Puspita. Mereka menerobos kegelapan belantika musik Indonesia ketika saat itu didominasi pria. Dara Puspita adalah kontemporer.

 


Sumber: https://open.spotify.com/album/5vLAQws9N85VK6lOF5JS0a

Renungkanlah lirik lagu ini :

            Untukmu yang duduk sambil diskusi. Untukmu yang biasa bersafari. Di sana, di gedung DPR. Wakil rakyat kumpulan orang hebat. Bukan kumpulan teman teman dekat. Apalagi sanak famili. Di hati dan lidahmu kami berharap. Suara kami tolong dengar lalu sampaikan. Jangan ragu jangan takut karang menghadang. Bicaralah yang lantang jangan hanya diam. Di kantong safarimu kami titipkan. Masa depan kami dan negeri ini. Dari Sabang sampai Merauke. Saudara dipilih bukan dilotre. Meski kami tak kenal siapa saudara. Kami tak sudi memilih para juara. Juara diam, juara he'eh, juara ha ha ha...... Untukmu yang duduk sambil diskusi. Untukmu yang biasa bersafari. Di sana, di gedung DPR. Di hati dan lidahmu kami berharap. Suara kami tolong dengar lalu sampaikan. Jangan ragu jangan takut karang menghadang. Bicaralah yang lantang jangan hanya diam. Wakil rakyat seharusnya merakyat. Jangan tidur waktu sidang soal rakyat. Wakil rakyat bukan paduan suara. Hanya tahu nyanyian lagu "setuju......"

Itu adalah lirik lagu "Surat Buat Wakil Rakyat" yang dibuat Iwan Fals sekitar tahun 1980 di era rezim Order Baru Soeharto. Lagu itu mengkritik tingkah laku anggota DPR yang hanya menjadi tukang stempelnya Pemerintahan Soeharto. Ini adalah kegelapan yang diangkat Iwan Fals. Iwan Fals adalah kontemporer.

Ketika kita melihat seorang pianis di depan piano dan membaca sebuah partitur di depannya namun sama sekali tidak membunyikan pianonya selama 4 menit 33 detik. Apakah yang dilakukan sang pianis adalah pertunjukan musik ? Itulah yang dilakukan John Cage dalam karyanya "4:33". Di dalam komposisinya hanya ada diam (silence). John Cage mengingatkan dunia bahwa kita ada dalam lautan derau (noise), melalui karyanya Cage berpesan agar kita menikmati silence dan memperhatikan derau. John Cage adalah kontemporer.

Slamet Abdul Sjukur mengambil penggalan kidung Jawa Kuno "Semut Ireng Anak-anak Sapi" yang dia kenal semasa kecil dan mengkomposisi ulang dengan terang masa kini. Slamet Abdul Sjukur adalah kontemporer.

 


Sumber: https://onesgamelan.wordpress.com/2009/06/07/musik-kontemporer-di-daerah-sunda-sebagai-upaya-pengembangan-musik-lokal-yang-berwawasan-global/

Pengertian kontemporer menurut Agamben agaknya sejalan dengan teori estetika Adorno. Kebenaran sosial itulah yang menjadi tolak ukur apresiasi kita terhadap seni kontemporer. Estetika seni kontemporer tidak terletak pada bentuk penyajian seni. Dalam bingkai seni musik, estetika itu tidak terletak pada sensasi nyaman ketika didengarkan namun pada pesan yang ingin disampaikan komposer kepada masyarakat melalui organisasi bunyi dan senyap yang dia buat.

Simpulan

Kita memahami musik kontemporer tidak hanya melalui bentuk penyajiannya saja, atau orang sering menyebutnya genre. Agamben menawarkan hal yang berbeda dari kekontemporeran. Kontemporer adalah ketika kita mampu membawa cahaya di tengah kekinian yang suram. Sejalan dengan Agamben, Adorno dan Jacques Attali mengingatkan bahwa musik yang sudah menjadi komoditas jualan semata sebenarnya sudah kehilangan fungsi sosialnya. Dan Warren melalui Levinas juga menegaskan kembali bahwa musik memiliki tanggung jawab etikal kepada siapa saja yang mengalami pengalaman musikal. Manusia adalah pusat musik. Aspek kemanusiaan ini tidak bisa diabaikan. Setiap orang yang terlibat dalam memberikan pengalaman musik kepada orang lain memiliki tanggung jawab etikal yang tidak bisa dilepaskan dari dirinya.

*) Pengajar mata pelajaran Seni Budaya di SMAN 1 Pangalengan

**) dikuitp dari berbagai sumber

25 komentar:

  1. terimakasih pak ilmunyaπŸ‘πŸ»

    BalasHapus
  2. terimakasih atas ilmunya pak

    BalasHapus
  3. bermanfaat sekali pa ilmunya, terimakasih🫢🏻🫢🏻🫢🏻

    BalasHapus
  4. mantap pakk

    BalasHapus
  5. Tirai hujan basahi aku

    BalasHapus
  6. Menyapa pagi dengan tawa dan semangatπŸ’ͺπŸ’ͺπŸ’ͺ

    BalasHapus
  7. sangat bermanfaat ilmunya pakπŸ‘

    BalasHapus
  8. πŸ‘πŸ‘πŸ™ŒπŸ™ŒπŸ™Œ

    BalasHapus
  9. alasan kenapa selalu suka dengan hal berkaitan dengan seni

    BalasHapus
  10. πŸ‘πŸ»πŸ‘πŸ»πŸ‘πŸ»πŸ‘πŸ»

    BalasHapus
  11. πŸ‘πŸΌπŸ‘πŸΌπŸ‘πŸΌ

    BalasHapus
  12. πŸ‘πŸ‘πŸ‘

    BalasHapus
  13. ALY NUR MUHAMMAD AL FARIZ X.A26 September 2024 pukul 07.58

    Terima kasih literasinya pak.

    BalasHapus
  14. Terimakasih atas literasi hari ini

    BalasHapus

  Pentingnya Kesopanan Dalam Membangun Hubungan Sosial Yang Harmonis Oleh: Erna Nurfaulina, S.Pd *) Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering...