MEMAHAMI
MUSIK KONTEMPORER
Oleh:
Firmanurkarim, S.Pd *)
Sumber:
https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-musik-kontemporer/19690
Kekontemporeran
seni musik sebagaimana terjadi dalam seni lainnya (seni tari, seni rupa dan
teater) dipahami dengan cara berbeda-benda. Sal Murgiyanto menyimpulkan dalam
essainya: tidak ada model tunggal kontemporer (Murgiyanto, 2015). Meski
demikian, saya mengajukan pemahaman kontemporer berdasarkan kontribusi
Giorgio Agamben yang
menurut saya sejalan dengan teori estetika Adorno yang nantinya akan bermuara
pada 'tanggung jawab etikal' dari musik sebagaimana diusulkan oleh Jeff R.
Warren.
Dalam
esainya "What is Contemporery?" Agamben menguraikan pengertian
sebagai berikut : Kekontemporeran (contemporariness) adalah relasi
tunggal seseorang dengan waktunya sendiri yang melekat padanya namun secara
bersamaan menjaga jarak dengannya. Dengan kata lain kekontemporeran adalah
relasi dengan waktu dan melekat padanya lewat keterputusan dan anakronisme.
Melalui
perenungan atas puisi karya Osip Mandelstam 'The Century' yang ditulis
tahun 1923, Agamben menawarkan pengertian kedua : Kontemporer adalah dia yang
memegang dengan teguh pandangannya pada waktu miliknya, bukan untuk memahami
sisi terangnya namun lebih ke sisi kegelapannya. Bagi orang yang mengalami
kekontemporeran, segala zaman adalah suram. Kontemporer adalah orang yang tahu
cara melihat dalam kesuraman, orang yang bisa menulis dengan pna-nya dalam
kesuraman saat ini. Agamben kemudian mengajukan thesis yang didukung oleh
penemuan para neuropsikolog bahwa melihat dalam kegelapan adalah sebuah
kegiatan aktif dan merupakan kemampuan singular. Kontemporer adalah seseorang
yang mampu melihat berkas kegelapan di zamannya.
Sumber: https://www.liputan6.com/showbiz/read/257145/musik-kontemporer-berkembang-pesat-di-solo
Dengan
ilustrasi 'memandang bintang di langit dalam kegelapan malam', Agamben
mengatakan bahwa di tengah kegelapan ada cahaya yang berusaha menerobos ke arah
kita namun tidak bisa. Kontemporer adalah memahami di dalam kegelapan, cahaya
itu berusaha menggapai kita namun tidak bisa.
Kaitan
masa lampau dengan kontemporer dijelaskan Agamben seperti ini :
'Kekontemporeran dipahatkan pada masa kini dengan menandai yang lainnya sebagai
usang. Orang yang dapat memahami tanda dan pengenal segala yang usang dari yang
paling modern dan kekinian adalah kontemporer.' Selaras dengan penyataan di
atas 'kontemporer juga bisa berarti kembali ke masa kini di mana kita belum
pernah ke sana.'
Dalam
kaitannya dengan sejarah, Agamben mengatakan : 'Kontemporer adalah dia yang
bisa melihat sejarah dengan hal yang tak terduga, mencupliknya sesuai dengan
keperluan yang tidak muncul dari keinginannya namun dari kebutuhan mendesak
yang tidak bisa dia respon.'
Sumber:
https://harian.disway.id/read/753322/pentas-kentrung-dan-musik-kontemporer-di-dekesda-disajikan-minimalis
Inti
pemikiran Agamben tentang kontemporer bisa dirangkai sebagai berikut:
Kita
disebut kontemporer jika kita menyadari keberadaan kita pada masa kini namun
mampu menjaga jarak dengannya sehingga tidak larut di dalamnya bahkan
sebaliknya kita dengan kecerdasan kita bisa melihat sesuatu di dalam kegelapan
zaman atau dalam kepingan sejarah dan membawanya ke dalam ruang waktu kita
sekarang.
Merujuk
pengertian Agamben itu, saya mencoba memberi contoh penerapannya sebagai
berikut :
Pada
tahun 1924 seorang musisi bernama Wage Rudolf Supratman menggubah lagu
"Indonesia Raya" di tengah kegelapan zaman penjajahan Belanda. Namun
dia melihat ada cahaya dalam kegelapan, cahaya harapan akan kemerdekaan
Indonesia dan menuangkan gagasanya dalam sebuah lagu. W.R. Supratman adalah
kontemporer.
Titiek
Adji Rachman, Lies Soetisnowati Adji Rachman, Susy Nander, dan Ani Kusuma
bertemu pada tahun 1964 dan membentuk band perempuan pertama di Indonesia :
Dara Puspita. Mereka menerobos kegelapan belantika musik Indonesia ketika saat
itu didominasi pria. Dara Puspita adalah kontemporer.
Sumber:
https://open.spotify.com/album/5vLAQws9N85VK6lOF5JS0a
Renungkanlah
lirik lagu ini :
Untukmu yang duduk sambil diskusi.
Untukmu yang biasa bersafari. Di sana, di gedung DPR. Wakil rakyat kumpulan
orang hebat. Bukan kumpulan teman teman dekat. Apalagi sanak famili. Di hati
dan lidahmu kami berharap. Suara kami tolong dengar lalu sampaikan. Jangan ragu
jangan takut karang menghadang. Bicaralah yang lantang jangan hanya diam. Di
kantong safarimu kami titipkan. Masa depan kami dan negeri ini. Dari Sabang
sampai Merauke. Saudara dipilih bukan dilotre. Meski kami tak kenal siapa
saudara. Kami tak sudi memilih para juara. Juara diam, juara he'eh, juara ha ha
ha...... Untukmu yang duduk sambil diskusi. Untukmu yang biasa bersafari. Di
sana, di gedung DPR. Di hati dan lidahmu kami berharap. Suara kami tolong
dengar lalu sampaikan. Jangan ragu jangan takut karang menghadang. Bicaralah
yang lantang jangan hanya diam. Wakil rakyat seharusnya merakyat. Jangan tidur
waktu sidang soal rakyat. Wakil rakyat bukan paduan suara. Hanya tahu nyanyian
lagu "setuju......"
Itu
adalah lirik lagu "Surat Buat Wakil Rakyat" yang dibuat Iwan Fals
sekitar tahun 1980 di era rezim Order Baru Soeharto. Lagu itu mengkritik
tingkah laku anggota DPR yang hanya menjadi tukang stempelnya Pemerintahan
Soeharto. Ini adalah kegelapan yang diangkat Iwan Fals. Iwan Fals adalah
kontemporer.
Ketika
kita melihat seorang pianis di depan piano dan membaca sebuah partitur di
depannya namun sama sekali tidak membunyikan pianonya selama 4 menit 33 detik.
Apakah yang dilakukan sang pianis adalah pertunjukan musik ? Itulah yang
dilakukan John Cage dalam karyanya "4:33". Di dalam komposisinya
hanya ada diam (silence). John Cage mengingatkan dunia bahwa kita ada
dalam lautan derau (noise), melalui karyanya Cage berpesan agar kita
menikmati silence dan memperhatikan derau. John Cage adalah kontemporer.
Slamet
Abdul Sjukur mengambil penggalan kidung Jawa Kuno "Semut Ireng Anak-anak
Sapi" yang dia kenal semasa kecil dan mengkomposisi ulang dengan terang
masa kini. Slamet Abdul Sjukur adalah kontemporer.
Sumber:
https://onesgamelan.wordpress.com/2009/06/07/musik-kontemporer-di-daerah-sunda-sebagai-upaya-pengembangan-musik-lokal-yang-berwawasan-global/
Pengertian
kontemporer menurut Agamben agaknya sejalan dengan teori estetika Adorno.
Kebenaran sosial itulah yang menjadi tolak ukur apresiasi kita terhadap seni
kontemporer. Estetika seni kontemporer tidak terletak pada bentuk penyajian
seni. Dalam bingkai seni musik, estetika itu tidak terletak pada sensasi nyaman
ketika didengarkan namun pada pesan yang ingin disampaikan komposer kepada
masyarakat melalui organisasi bunyi dan senyap yang dia buat.
Simpulan
Kita
memahami musik kontemporer tidak hanya melalui bentuk penyajiannya saja, atau
orang sering menyebutnya genre. Agamben menawarkan hal yang berbeda dari
kekontemporeran. Kontemporer adalah ketika kita mampu membawa cahaya di tengah
kekinian yang suram. Sejalan dengan Agamben, Adorno dan Jacques Attali
mengingatkan bahwa musik yang sudah menjadi komoditas jualan semata sebenarnya
sudah kehilangan fungsi sosialnya. Dan Warren melalui Levinas juga menegaskan
kembali bahwa musik memiliki tanggung jawab etikal kepada siapa saja yang
mengalami pengalaman musikal. Manusia adalah pusat musik. Aspek kemanusiaan ini
tidak bisa diabaikan. Setiap orang yang terlibat dalam memberikan pengalaman
musik kepada orang lain memiliki tanggung jawab etikal yang tidak bisa dilepaskan
dari dirinya.
*)
Pengajar mata pelajaran Seni Budaya di SMAN 1 Pangalengan
**)
dikuitp dari berbagai sumber
Mantap
BalasHapusterimakasih pak ilmunyaππ»
BalasHapusMantap pak
BalasHapusmakasih pa
BalasHapusterimakasih atas ilmunya pak
BalasHapusMantap makasih pakk
BalasHapusbermanfaat sekali pa ilmunya, terimakasihπ«Άπ»π«Άπ»π«Άπ»
BalasHapusmantap pakk
BalasHapusTirai hujan basahi aku
BalasHapusMenyapa pagi dengan tawa dan semangatπͺπͺπͺ
BalasHapusMantap
BalasHapusππ»
BalasHapusππ₯
BalasHapussangat bermanfaat ilmunya pakπ
BalasHapusπππππ
BalasHapusalasan kenapa selalu suka dengan hal berkaitan dengan seni
BalasHapusππ»ππ»ππ»ππ»
BalasHapusWhat the hel
BalasHapusππΌππΌππΌ
BalasHapusπππ
BalasHapusTerima kasih literasinya pak.
BalasHapusπ€
BalasHapusmantap pa
BalasHapusMantap man
BalasHapusTerimakasih atas literasi hari ini
BalasHapus