"Hikmah
di Balik Pergantian Tahun"
Oleh
Bapak H. Asep Rosadi, S.Ag.
Hari
demi hari berlalu. Demikian juga minggu, bulan, dan tahun. Kita, baik sebagai
Individu maupun masyarakat, dalam hari-hari yang berlalu itu senantiasa mengisi
lembaran-lembaran yang setiap tahun kita tutup untuk kemudian membuka lagi
dengan lembaran baru pada tahun berikut. Lembaran-lembaran itu adalah sejarah
hidup kita secara amat rinci, dan itulah kelak yang akan disodorkan kepada kita
- sebagai individu dan masyarakat - untuk dobaca dan dipertanggung jawabkan di
hadapan Allah pada Hari Kemudian nanti.
Sumber: https://id.pinterest.com/pin/848506386023742742/
Bacalah Lembaran (kitabmu), cukuplah
engkau sendiri hari ini yang melakukan perhitungan atas dirimu (QS 17:14).
Engkau akan melihat setiap umat berlutut, setiap umat diajak untuk membaca
kitab amalan (sejarahnya) (QS 45: 28)
Al-Quran adalah buku pertama yang
menegaskan bahwa, bukan hanya individu, tetapi juga bangsa dan masyarakat,
mempunyai hukum-hukum dan prinsip-prinsip yang mengarahkan dan menentukan
keruntuhan dan kebangkitannya. Masyarakat terdiri dari individu-individu, dan
manusia sebagai individu mempunyai potensi untuk mengarahkan masyarakat dan
diarahkan olehnya. Karena itu, manusia sebagai individu dan masyarakat sebagai
kelompok masyarakat bertanggung jawab atas dirinya dan atas masyarakatnya. Dari
sinilah lahir apa yang dikenal dalam istilah hukum Islam sebagai fardhu 'ain
dan fardhu kifayah.
Sumber: https://mirror.mui.or.id/tanya-jawab-keislaman/28372/apakah-hukumnya-menerapkan-hukum-islam-dalam-negara-secara-bertahap/
Tuhan tidak mengubah keadaan suatu
masyarakat, sebelum mereka mengubah(terlebih dahulu) sikap mental mereka(QS 13:
11). Begitu bunyi sebuah ayat yang menafikan secara tegas ketentuan ekonomi
sejarah dan secara tegas pula menempatkam sikap terdalam manusia terhadap
faktor penentu kelahiran sejarah. Dari sini dapat dipahami, mengapa para Nabi
memulai langkah mereka dengan menanamkan kesadaran terdalam itu dalam jiwa
umat. Dari mana Anda datang? Ke mana Anda menuju? Bagaiana alam ini mewujud dan
ke arah mana ia bergerak? "Semua dari Allah dan akan kembali
kepada-Nya" dan "akhir dari segala siklus adalah kembalinya ke
permulaan", demikian para sufi dan filosof Muslim merumuskan.
Itulah kesadaran pertama yang ditanamkan
pada manusia. Kemudian disusul dengan kesadaran jenis kedua, yaitu kesadaran
akan kemanusiaan manusia serta kehormatannya. Ruh Ilahi dan potensi
berpengetahuan yang diperoleh makhluk ini dari Tuhan, mengundangnya untuk
memanusiakan dirinya dengan jalan mengaktualkan pada dirinya sifat Ilahi sesuai
dengan kemampuannya. Dan kesadaran ketiga yang ditanamkannya adalah kesadaran
akan tanggung jawab sosial.
Mengapa kalian tidak berjuang di jalan
Allah, sedangkan kaum lemah tertindas, baik lelaki, wanita, maupun anak-anak
bermohon agar mereka dikaruniai penolong dan pelindung dari sisi Allah,
demikian pesan Al-Quran surah Al-Nisa ayat 75.
Sumber: https://daaralatsarindonesia.com/sudah-benarkah-kita-berjuang-di-jalan-allah-2/
Ayat di atas mengandung dua nilai
keruhanian, yakni keniscayaan berjuang di jalan Allah dan tanggung jawab
melindungi kaum lemah.
Perjuangan yang dilakukan karena Allah dan
yang digerakkan oleh nilai-nilai suci itulah yang memajukan umat manusia dan
peradabannya sekaligus mengukir sejarahnya dengan tinta emas.
Nah, kalau manusia atau masyarakat mampu
memgisi hari-hari yang berlalu dalam hidupnya atas dasar kesadaran di atas,
maka di sanalah dia memperoleh kebahagiaan abadi. Dalam hal ini Al-Quran
mengaskan: Mereka itulah yang akan menerima lembaran sejarah hidupnya dengan
tangan kanannya(QS 17: 71).
*)
Guru Mapel PABP di SMAN 1 Pangalengan, wirausahawa dan penggiat majelis taklim
Al Fiqnik
**) dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar