REZEKI DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Oleh:
Rendi Rusdiana, S,Pd *)
Bismillah…
Sebenarnya saya bingung
harus menulis apa untuk artikel kali ini, bukan karena tidak menemukan topik,
tapi lebih kepada apa yang harus saya bawakan kali ini agar bisa bermanfaat,
untuk diri saya sendiri ataupun untuk semua yang membaca. Sampai pada akhirnya
tiba-tiba saja hujan turun dengan begitu deras dan tak terduga, tanpa diawali
hujan rintik ataupun mendung, kemudian saya melihat banyak sekali orang
berlarian sibuk menghindari hujan. Tiba-tiba saja saya spontan bergumam dengan
sedikit guyon, “bukankah hujan itu rezeki, kenapa orang-orang malah lari
seolah-olah menghindari rezeki?”
Di dalam kamus al-ma’aniy
disebutkan bahwa رزق mempunyai arti mata pencaharian, sarana kehidupan sehari-hari.
Sumber: https://bakabar.com/post/mau-rezeki-dipermudah-allah-swt-ikuti-5-tips-dari-syekh-qaradhawi-ini-ltuoy8l0
Menurut perspektif
Islam, rezeki adalah segala sesuatu yang diberikan oleh Allah SWT kepada
hamba-Nya, baik berupa materi maupun nonmateri, yang bermanfaat untuk menopang
kehidupan di dunia dan akhirat. Keyakinan ini menumbuhkan pemahaman bahwa
rezeki bukanlah hasil semata-mata dari usaha manusia, melainkan karunia dari
Yang Maha Pemberi, yang telah dijamin dan diatur porsinya untuk setiap makhluk.
Rezeki ini mencakup kebutuhan dasar seperti makanan dan minuman, tetapi juga
hal-hal yang lebih luas.
Seringkali, manusia
menyamakan antara rezeki dan milik, padahal keduanya memiliki perbedaan
yang sangat jauh. Milik adalah apa yang secara fisik dikuasai dan berada dalam
genggaman seseorang, seperti rumah, mobil, atau uang di rekening. Kepemilikan
ini bisa berpindah tangan, habis, atau hilang. Sebaliknya, rezeki adalah apa
yang benar-benar dinikmati dan bermanfaat bagi kehidupan, baik secara fisik
maupun spiritual. Misalnya, uang yang dimiliki seseorang adalah milik, tetapi
uang yang digunakan untuk membeli makanan dan menyehatkan tubuh, itulah rezeki.
Dengan kata lain, tidak semua yang kita miliki adalah rezeki, tetapi
semua rezeki yang kita nikmati adalah anugerah dari Allah SWT. Konsep ini
mengajarkan kita untuk tidak terlalu terikat pada kepemilikan, melainkan fokus
pada kebermanfaatan.
Sumber: https://www.juproni.com/2021/12/kata-kata-rezeki-tidak-akan-tertukar.html
Rezeki tidak terbatas
pada hal-hal materi seperti uang, makanan, atau harta benda. Rezeki juga
mencakup hal-hal nonmateri yang tak ternilai harganya. Kesehatan yang prima,
akal yang cerdas, waktu luang untuk beribadah, dan keluarga yang harmonis
adalah bentuk-bentuk rezeki yang sering kali luput dari perhatian. Bahkan, iman
yang teguh, ilmu yang bermanfaat, dan hati yang lapang merupakan rezeki yang
paling mulia. Rasulullah SAW bersabda, "Bukanlah kekayaan itu karena
banyaknya harta, tetapi kekayaan itu adalah kekayaan jiwa." Hadis ini
menekankan bahwa rezeki sejati adalah ketenangan batin dan kekayaan spiritual
yang diberikan oleh Allah SWT, yang membuat seseorang merasa cukup dan
bersyukur, meskipun dengan harta yang sedikit.
Sumber: https://id.pinterest.com/pin/829788300088785425/
Meskipun rezeki dijamin
oleh Allah, bukan berarti manusia boleh berpangku tangan. Dalam Islam, ikhtiar
(usaha) adalah sebuah kewajiban dan bagian tak terpisahkan dari menjemput
rezeki. Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah
keadaan suatu kaum, sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri."
Ayat ini menegaskan bahwa rezeki datang melalui usaha dan kerja keras.
Seseorang yang ingin mendapatkan rezeki harus bekerja, berusaha, dan berdoa.
Ikhtiar yang sungguh-sungguh merupakan wujud ketaatan kepada Allah dan
menunjukkan keseriusan hamba dalam mencari karunia-Nya. Usaha manusia adalah
pintu yang membuka jalan bagi datangnya rezeki, dan Allah yang Maha Adil akan
memberikan balasan sesuai dengan kadar usahanya.
*) Guru PAIBP di
SMAN Pangalengan, Ketua Dewan Kemakmuran
Masjid Al Ijtihaj SMAN I Pangalengan.
**) dari beragam sumber
terimakasih bapak atas literasinya
BalasHapushadad xd