ILMUWAN ISLAM PENEMU KONSEP
MATEMATIKA
Oleh: Edi Supiandi,
S.Pd., M.M.Pd
Sekarang ini kita lebih mengenal tokoh-tokoh matematika barat daripada tokoh-tokoh matematika muslim, padahal banyak tokoh-tokoh matematika muslim diantaranya bahkan ada yang menemukan konsep matematika, adapun beberapa ilmuwan matematika muslim yaitu sebagai berikut.
Beliau dilahirkan di Bukhara. Al-Khawarizmi
adalah seorang tokoh Islam yang berpengetahuan luas, bukan hanya dalam bidang
syariat tapi di dalam bidang falsafah, logika, aritmatika, geometri, musik,
ilmu hitung, sejarah Islam dan kimia. Berikutnya Al-Biruni atau Abu Raihan Al-Biruni
merupakan matematikawan Persia, astronom, fisikawan, sarjana, penulis ensiklopedia,
filsuf, pengembara, sejarawan, ahli farmasi dan guru, yang banyak menyumbang
kepada bidang matematika, filsafat, obat-obatan. Abu Raihan Al-Biruni dilahirkan
di Khawarazmi, Turkmenistan atau Khiva di kawasan Danau Aral di Asia Tengah yang
pada masa itu terletak dalam kekaisaran Persia.
Mungkin kita sudah sering mendengar
istilah algoritma, Dalam kamus besar bahasa Indonesia algoritma berarti
prosedur sistematis untuk memecahkan masalah matematis dalam langkah-langkah
terbatas. Sebenarnya nama algoritma diambil dari nama julukan penemunya yaitu al-Khawarizmi
seorang matematikawan muslim yang dilahirkan di Khawarizm, Uzbekistan. Al-Khawarizmi
(Khawarizm,Uzbekistan, 194 H/780 M-Baghdad, 266 H/850 M). Ilmuwan muslim, ahli
di bidang ilmu matematika, astronomi, dan geografi. Nama lengkapnya adalah Abu
Ja’far Muhammad bin Musa al-Khawarizmi dan di barat ia lebih dikenal dengan
nama Algoarisme atau Algorisme. Dalam bukunya al-Khawarizmi memperkenalkan
kepada dunia ilmu pengetahuan angka 0 (nol) yang dalam bahasa arab disebut sifr.
Sebelum al-Khawarizmi memperkenalkan angka nol, para ilmuwan mempergunakan
abakus, semacam daftar yang menunjukkan satuan, puluhan, ratusan, ribuan, dan
seterusnya, untuk menjaga agar setiap angka tidak saling tertukar dari tempat
yang telah ditentukan dalam hitungan. Akan tetapi, hitungan seperti ini tidak
mendapat sambutan dari kalangan ilmuwan Barat ketika itu dan mereka lebih
tertarik untuk mempergunakan raqam al-binji (daftar angka arab, termasuk angka nol),
hasil penemuan al-khawarizmi. Dengan demikian angka nol baru dikenal dan
dipergunakan orang Barat sekitar 250 tahun setelah ditemukan al-Khawarizmi.
2.
Al-Battani (850-923)
Al Battani (sekitar 850 – 923) adalah seorang ahli astronomi
dan matematikawan dari Arab.
Al Battani (Bahasa Arab
سنان بن جابر بن محمد ال عبد أبو
البتاني الصابي الحراني ; nama lengkap: Abū ʿAbdullāh Muḥammad ibn
Jābir ibn Sinān ar-Raqqī al-Ḥarrani aṣ-Ṣabiʾ al-Battānī) , lahir di Harran dekat Urfa.
Beliau adalah seorang ahli astronomi dan matematikawan dari Arab. Salah satu
pencapaiannya yang terkenal adalah tentang penentuan tahun matahari sebagai 365
hari, 5 jam, 46 menit dan 24 detik. Dalam bidang matematika, Al Batani banyak
berperan dalam hal trigonometri. Istilah, pengertian, dan sejumlah rumus sinus dan
cotangen berhasil diuraikannya dengan sempurna, lengkap dengan tabel-tabelnya
dalam bentuk derajat-derajat sudut. Ia juga memecahkan persamaan sin x = a cos x
dan menemukan rumus: dan menggunakan gagasan al-Marwazi
tentang tangen dalam mengembangkan persamaan-persamaan untuk menghitung tangen,
cotangen dan menyusun tabel perhitungan tangen.
Al-Qalasadi dalam mengembangkan matematika sungguh sangat tak ternilai. Ia sang matematikus Muslim di abad ke-15, kalau tanpa dia boleh jadi dunia tak mengenal simbol-simbol ilmu hitung. Sejarang mencatat, al Qalasadi merupakan salah seorang matematikus Muslim yang berjasa memperkenalkan simbol-simbol Aljabar. Symbol-simbol tersebut pertama kali dikembangkan pada abad 14 oleh Ibnu al-Banna kemudian pada abad 15 dikembangkan oleh al-Qalasadi, al-Qalasadi memperkenalkan symbol-simbol matematika dengan menggunakan karakter dari alphabet Arab . Ia menggunakan wa yang berarti “dan” untuk penambahan (+), untuk pngurangan (-), al-Qalasadi menggunakan illa berarti “kurang”. Sedangkan untuk perkalian (x), ia menggunakan fi yang berarti “kali”. Simbol ala yang berarti ”bagi” digunakan untuk pembegian (/).
Al-Khazin atau Abu Ja’far Al-Khazin Beliau
seorang astronom dan ahli matematika Muslim Persia dari Khurasan. Dia menguasai
bidang astronomi dan teori bilangan. Beliau merupakan salah satu ilmuwan yang
dibawa ke Istana Rayy oleh penguasa Dinasti Buyid, Adud ad-Dawlah. Sekitar tahun
959 – 960 al-Khazin diminta oleh wazir dari Rayy, untuk mengukur arah miring
ekliptika atau sudut di mana matahari muncul untuk membuat garis khatulistiwa
bumi. Dia dikatakan telah membuat pengukuran menggunakan cincin sekitar 4
meter.
Abu Bakar bin Muhammad bin Al Husain al-Karajī
atau al-Karkhī (953 di Karajatau Karkh – 1029) adalah seorang matematikawan
muslim
Persia abad ke-10 dan insinyur. Tiga karya utamanya
adalahAl-Badi’ fi’l-hisab (perhitungan yang indah), Al-Fakhri fi’l-jabr
wa’l-muqabala (aljabar yang agung), dan Al-Kafi fi’l- hisab (perhitungan yang memadai).
Beliau lahir di Karajatau Karkh. Al-Karaji menulis tentang matematika dan
teknik.
Beberapa menganggap dia hanya ulang
ide-ide orang lain ia dipengaruhi oleh Diophantus tetapi kebanyakan menganggapnya
lebih orisinil, khususnya untuk membebaskan aljabar dari geometri.
Muhammad al-Karaji adalah salah seorang
ilmuwan Muslim
yang berjasa mengembangkan studi hidrologi, seorang saintis
terkemuka dari Karaj,
Persia. Lewat Kitab Inbat al-miyah
al-Khafiya, al-Karaji mengkaji dan menyumbangkan pemikirannya dalam ilmu
ekstraksiair bawah
tanah. Berkat kehebatannya, ia bahkan mendapat julukan sebagai
pelopor mesin
tenaga air.
Penguasaan di bidang ini meliputi masalah penyediaan berbagai sarana air bersih, pengendalian
gerakan air, serta penemuan berbagai teknologi hidrologi. Teknologi
pengeolaan yang dikenalkan al Karaji merupakan metode pengelolaan air yang
canggih yang membuat pasokan air
di kota-kota modern Islam
tetap melimpah sehingga perkembangan kota tetap pesat.
Di usianya yang masih muda, ia telah melanglangbuana ke Baghdad. Di pusat pemerintahan Kekhalifahan Abbasiyah, yang saat itu dikuasai Dinasti Buwaih, ia memegang posisi tinggi dalam bidangadministrasi, sekitar tahun 402 H/1011-1012 M. Setelah itu dia kembali ke tanah kelahirannya. Hal itu diungkapkan Mohammed Abattouy dalam karyanya bertajuk Muhammad Al-Karaji: A Mathematician Engineer from the Early 11th Century. Menurut Abattouy, pengusaan teknologi mesin air diduniaIslam telah melahirkan sebuah revolusi pertanian yang berbasis pada penguasaan di bidang hidrologi. Abattouy mengungkapkan, salah seorang ilmuwan Muslim yang menjadi peristis di bidang mesin air adalah Muhammad al-Karaji. Ia adalah seorang ahli matematika dan juga ahli mesin. Menurut Abattouy, pada masa itu, al- Karaji sudah mampu menjelaskan tentang air bawah tanah dan segala perlengkapannya.
Al-Abbas ibn Said al-Jawhari atau Al-Jawhari
adalah seorang matematikawan Arab dan astronom yang menulis tentang Euclid’s
Elements dan menjadi yang pertama untuk mencoba bukti dalil paralel. Beliau
adalah seorang ahli geometri yang bekerja di Rumah Kebijaksanaan di Baghdad dan
dalam waktu singkat di Damaskus di mana ia membuat pengamatan astronomi. Beliau
lahir di Baghdad, al-Jawhari adalah anggota sebuah lembaga ulama yang didirikan
oleh Khalifah al-Ma’mun (sekitar 813-833). Dalam bukunya Commentary on Euclid’s
Elements, al-Jawhari menyajikan sekitar 50 dalil selain yang ditawarkan oleh
Euclid, ia berusaha meskipun tidak berhasil untuk membuktikan postulat paralel.
Beliau yang dikenal juga sebagai Abd al-Hamid
bin Wase bin Turk Jili adalah matematikawan muslim Turki pada abad kesembilan. Dia
menulis sebuah karya pada aljabar yang hanya terdiri dari bab “Kebutuhan Logika dalam Persamaan. Dia menulis sebuah naskah
berjudul Kebutuhan logis dalam Persamaan Campuran, yang sangat mirip dengan al-Khwarzimi
Al-Jabr dan diumumkan di sekitar waktu yang sama, atau bahkan mungkin lebih
awal dari Al-Jabr. Naskahnya memberikan persis demonstrasi geometris yang sama
seperti yang ditemukan di Al-Jabr, dan dalam satu kasus contoh yang sama seperti
yang ditemukan di Al-Jabr, dan bahkan melampaui Al-Jabr dengan memberikan bukti
geometris bahwa jika determinan negatif maka persamaan kuadrat tidak memiliki
solusi . Kesamaan antara dua karya tersebut telah menyebabkan beberapa
sejarawan untuk menyimpulkan aljabar yang mungkin telah dikembangkan dengan
baik pada saat al- Khwarizmi dan ‘Abd al-Hamid.
Abu Yūsuf Yaʻqūb ibn ʼIsḥāq aṣ-Ṣabbāḥ al-Kindī
lahir pada tahun 801 dan wafat pada tahun 873 M ini juga dikenal sampai ke
Barat oleh versi nama Latinnya “Alkindus”. Alkindus dikenal di barat sebagai
seorang polymath Arab Irak, filsuf Islam, ilmuwan, ahli astronomi, kosmologi, kimia,
ahli logika, matematikawan, musisi, dokter, ahli fisika, psikolog, dan
meteorologi. Al-Kindi adalah yang pertama dari para filsuf Peripatetik Muslim, dan
dikenal atas usahanya untuk memperkenalkan filsafatYunani dan Helenistik ke dunia
Arab.
Beliau dikenal sebagai filsuf pertama yang
lahir dari kalangan Islam.
Semasa hidupnya, selain bisa berbahasa Arab,
ia mahir berbahasa Yunani.
Banyak karya-karya para filsuf Yunani
diterjemahkannya dalam bahasa Arab; antara lain karya Aristoteles dan Plotinos. Sayangnya ada sebuah
karya Plotinus yang diterjemahkannya sebagai karangan Aristoteles yang berjudul
Teologi menurut Aristoteles, yang di kemudian hari menimbulkan sedikit kebingungan.
Ia adalah filsuf berbangsa Arab dan dipandang sebagai
filsuf Muslim pertama. Secara etnis, al-Kindi lahir dari keluarga berdarah Arab
yang berasal dari suku Kindah, salah satu suku besar daerah Jazirah Arab
Selatan. Salah satu kelebihan al-Kindi adalah menghadirkan filsafat Yunani kepada kaum
Muslimin setelah terlebih dahulu mengislamkan pikiran-pikiran asing tersebut.
Al Kindi telah menulis banyak karya dalam
pelbagai disiplin ilmu, dari metafisika,
etika, logika dan psikologi, hingga ilmu pengobatan,farmakologi, matematika, astrologi dan optik, juga meliputi topik
praktis seperti parfum,
pedang, zoologi, kaca, meteorologi dangempa bumi. Di antaranya
ia sangat menghargai matematika. Hal ini disebabkan karena matematika, bagi
al-Kindi, adalah mukaddimah bagi siapa saja yang ingin mempelajari filsafat.
Mukaddimah ini begitu penting sehingga tidak mungkin bagi seseorang untuk
mencapai keahlian dalam filsafat tanpa terlebih dulu menguasai matematika.
Matematika di sini meliputi ilmu tentang bilangan, harmoni,geometri dan astronomi. Yang paling
utama dari seluruh cakupan matematika di sini adalah ilmu bilangan atau aritmatika karena jika bilangan
tidak ada, maka tidak akan ada sesuatu apapun.
Al-Kindi membagi daya jiwa menjadi tiga: daya bernafsu (appetitive), daya pemarah (irascible), dan daya berpikir (cognitive atau rational). Sebagaimana Plato, ia membandingkan ketiga kekuatan jiwa ini dengan mengibaratkan daya berpikir sebagai sais kereta dan dua kekuatan lainnya (pemarah dan nafsu) sebagai dua ekor kuda yang menarik kereta tersebut. Jika akal budi dapat berkembang dengan baik, maka dua daya jiwa lainnya dapat dikendalikan dengan baik pula. Orang yang hidupnya dikendalikan oleh dorongan-dorongan nafsu birahi dan amarah diibaratkan al-Kindi seperti anjing dan babi, sedang bagi mereka yang menjadikan akal budi sebagai tuannya, mereka diibaratkan sebagai raja.
Menurut al-Kindi, fungsi filsafat
sesungguhnya bukan untuk menggugat kebenaran wahyu atau untuk menuntut
keunggulan yang lancang atau menuntut persamaan dengan wahyu. Filsafat haruslah
sama sekali tidak mengajukan tuntutan sebagai jalan tertinggi menuju kebenaran dan
mau merendahkan dirinya sebagai penunjang bagi wahyu. Ia mendefinisikan filsafat sebagai pengetahuan tentang segala
sesuatu sejauh jangkauan pengetahuan manusia. Karena itu, al-Kindi dengan tegas
mengatakan bahwa filsafat memiliki keterbatasan dan bahwa ia tidak dapat
mengatasi problem semisal mukjizat,
surga,neraka, dan kehidupan akhirat. Dalam semangat
ini pula, al-Kindi mempertahankan penciptaan dunia ex nihilio, kebangkitan jasmani,
mukjizat, keabsahan wahyu, dan kelahiran dan kehancuran dunia oleh Tuhan. Al-Kindi
mengumpulkan berbagai karya filsafat secara ensiklopedis, yang kemudian diselesaikan
oleh Ibnu Sina (Avicenna) seabad kemudian.
Ia juga tokoh pertama yang berhadapan dengan berbagai aksi kejam dan penyiksaan
yang dilancarkan oleh para bangsawan religius-ortodoks terhadap berbagai pemikiran
yang dianggapbid’ah,
dan dalam keadaan yang sedemikian tragis (terhadap para pemikir besar Islam),
al Kindi dapat membebaskan diri dari upaya kejam para bangsawan
religius-ortodoks itu.
Banu Musa terdiri dari tiga bersaudara yang
bekerja di Rumah Kebijaksanaan di Baghdad. Risalah matematika paling terkenal
mereka adalah kitab dari pengukuran pesawat dan angka bulat, yang dianggap
masalah yang sama seperti Archimedes lakukan pada pengukuran lingkar, pada bola
dan silinder. Banu Musa melihat daerah lingkaran sedikit berbeda dari orang-orang
Yunani lakukan. Dalam penelitian mereka menerjemahkan, orang-orang Yunani
memandang volume dan area yang lebih dalam hal rasio, daripada memberikan mereka
sebuah nilai angka yang sebenarnya. Sebagian besar dari mereka berdasarkan
pengukuran tersebut relatif pada ukuran benda lain. Dalam salah satu publikasi
yang masih hidup mereka Kitab marifat masakhat al-ashkal Kitab Pengukuran Pesawat
dan Angka Bulat) Banu Musa memberi volume dan luas jumlah nilai. Ini adalah
bukti bahwa tidak hanya menerjemahkan materi Yunani dan menciptakan. Mereka benar-benar
membangun konsep dan datang dengan beberapa karya asli mereka sendiri. Yang paling
populer dari publikasi mereka adalah Kitab al-hiyal, yang sebagian besar karya Aḥmad,
saudara tengah, adalah sebuah buku yang penuh dengan seratus perangkat mekanik.
Ada beberapa penemuan yang nyata praktis dalam buku ini termasuk lampu dengan
mekanis redup, bolak air mancur, dan ambil clamshell. Delapan puluh dari
perangkat ini digambarkan sebagai “kapal trik” yang menunjukkan penguasaan
nyata mekanika, dengan fokus nyata pada penggunaan tekanan ringan. Beberapa
perangkat tampaknya ulangan dari karya-karya Yunani sebelumnya, tapi sisanya
yang jauh lebih maju dari apa yang orang-orang Yunani yang telah lakukan.
Beliau adalah salah satu penulis modern
yang dikandung gagasan pemecahan teorema bantu yang digunakan oleh Archimedes dalam
proposisi keempat buku kedua dari risalah tentang bola dan silinder aljabar.
Abu-Abdullah Muhammad bin Isa Mahani (ماهانی عیسی بن محمد ابوعبدال) adalah
seorang Muslim Persia, matematikawan dan astronom dari Mahan, Kerman,Persia. Serangkaian
pengamatan gerhana bulan dan matahari dan konjungsi planet, yang dibuat oleh dia
853-866, ternyata digunakan oleh Ibn Yunus. Dia menulis komentar tentang Euclid
dan Archimedes, dan meningkatkan terjemahan Ishaq bin Hunain tentang Menelaus dari
Alexandria Spherics. Dia mencoba sisa-sisa untuk memecahkan masalah Archimedes:
untuk membagi bola dengan cara pesawat menjadi dua segmen berada dalam rasio tertentu
volume. Masalah yang menyebabkan persamaanhkubik, yang disebut persamaan al-Mahani
itu.
Beliau lahir pada tahun 1048 di Khurasan.
Nama lengkapnya adalah Ghyasiddin Abul Fatih ibn Ibrahim al-Khayyam. Umar Khayyam
dikenal sebagai ilmuwan cerdas abad pertengahan. Ia memiliki nama besar di
bidang matematika, astronomi dan sastra. Adapun di bidang matematika, khususnya
mengenai aljabar, ia juga menghasilkan sebuah karya, seperti al- Jabr (Algebra).
Al-Hajjaj bin Yusuf bin Matar adalah seorang matematikawan Arab yang pertama kali
menerjemahkan Elemen Euclid dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Arab.
Selain sebagai seorang matematikawan dia juga terkenal
sebagaiastronom yang
memperhitungkan bagaimana mengoreksi kalender
Persia.
Pada 15 Maret 1079, Sultan Jalaluddin
Maliksyah Saljuqi(1072-1092) memberlakukan kalender yang telah diperbaiki
Umar, seperti yang dilakukan oleh Julius Caesar di Eropa pada tahun 46 SM dengan
koreksi terhadap Sosigenes,
dan yang dilakukan olehPaus Gregorius XIII
pada Februari 1552 dengan kalender yang telah diperbaiki Aloysius Lilius
(meskipun Britania Raya
baru beralih dariKalender Julian kepada kalender Gregorian pada
1751, dan Rusiabaru melakukannya pada
1918). Dia pun terkenal karena menemukan metode memecahkan persamaan kubik
dengan memotong sebuah parabola
dengan sebuah lingkaran.
Itu adalah sebagian kecil ilmuwan matematika, masih banyak ilmuwan matematika
muslim dan banyak juga ilmuwan muslim di bidang lain seperti fisika, kimia,
biologi, kedokteran, filsafat, dll. Bagi umat muslim, mari kita jadikan ilmuwan-ilmuwan
muslim ini sebagai salah satu motivasi kita bahwa kita sebagai seorang muslim
bisa juga menjadi ilmuwan penemu konsep, terutama konsep matematika.
SUMBER INTERNET
https://matharis.wordpress.com/ilmuwan-islam-penemu-konsep-matematika/
Luar biasa . Terimakasih bapak
BalasHapus