Usaha-Usaha yang Relatif Terbebas dari Pengaruh AI
( Usaha VS Ai)
Oleh:
Iwan Dwiwan, S.E *)
Di
tengah derasnya arus globalisasi dan kemajuan teknologi, kecerdasan buatan atau
Artificial Intelligence (AI) mulai mengambil alih banyak bidang
pekerjaan manusia. Mulai dari pabrik, perbankan, hingga pelayanan publik —
semuanya mulai dipermudah oleh mesin cerdas. Tak sedikit orang yang mulai
khawatir.
Sumber: https://teknik.uma.ac.id/2020/07/07/apa-itu-artificial-intelligence/
Yang menjadi pertanyaan apakah semua usaha akan tergantikan oleh AI?
Namun,
kenyataannya tidak semua bisa digantikan oleh teknologi. Masih ada usaha-usaha
yang bertahan bahkan semakin bernilai karena mengandalkan sesuatu yang tidak
dimiliki AI yaitu hati, empati, kreativitas, dan sentuhan-sentuhan tangan manusia. Berikut adalah beberapa usaha yang
diperkirakan tetap bertahan bahkan berkembang, meskipun AI semakin canggih,
Diantaranya :
1.
Usaha Kreatif dan Seni
AI
mungkin bisa membuat gambar atau musik, tapi tidak bisa sepenuhnya meniru jiwa,
emosi, dan keunikan ekspresi manusia. Usaha seperti: Lukisan dan ilustrasi
manual, Desain produk handmade, Musik dan pertunjukan live, Teater dan seni
tari. semuanya membutuhkan sentuhan dan kreativitas manusia yang orisinal.
2.
Kuliner Tradisional dan Jajanan Lokal
Robot
mungkin bisa memasak, tapi rasa masakan yang dibuat dengan cinta dan pengalaman
tangan manusia tetap sulit ditandingi. Masakan tradisional atau jajanan lokal
seperti Nasi liwet, rendang, gudeg, Kue tradisional seperti klepon, lemper, Minuman
herbal dan jamu, masih sangat bergantung pada teknik manual dan resep
turun-temurun yang khas.
3.
Layanan Perawatan Tubuh dan Kecantikan
AI
belum bisa menggantikan sentuhan, rasa nyaman, dan komunikasi antar manusia
dalam layanan seperti: Salon dan barbershop, Spa dan pijat tradisional, Makeup
artist, Perawatan kuku dan kulit, Pelanggan lebih percaya dan nyaman jika
dilayani oleh manusia yang paham emosi dan kebutuhan mereka.
Sumber: https://www.inilah.com/revolusi-ai-pada-layanan-kesehatan-mulai-dari-obat-baru-hingga-operasi
4.
Pendidikan Anak Usia Dini dan Konseling
Mengajar
anak-anak, terutama usia dini, serta mendampingi orang dengan masalah emosional
tidak bisa digantikan AI. Anak-anak membutuhkan seperti, Sentuhan kasih saying,
Empati, Interaksi sosial langsung
Demikian
juga dalam konseling, hanya manusia yang bisa memahami perasaan orang lain
secara mendalam.
5.
Pertanian dan Peternakan Skala Kecil
Walaupun
AI bisa membantu dalam pertanian modern, petani kecil yang menggunakan metode
tradisional atau organik masih sangat relevan. Mereka menjaga kualitas pangan
lokal dan keberlanjutan lingkungan.
https://infokomputer.grid.id/read/124023079/gantikan-petani-china-gunakan-robot-ai-untuk-tanam-dan-panen
Sumber:
Usaha
lainya Mari kita lihat beberapa yang
tetap eksis di tengah gempuran teknologi AI ini:
1.
Kuliner Tradisional
Makanan
bukan sekadar soal rasa, tapi juga cerita. Makanan khas daerah seperti gudeg,
rendang, atau sate lilit tidak hanya dibuat dengan resep, tetapi juga dengan
rasa cinta dan pengalaman. Sentuhan tangan ibu-ibu penjual di pasar atau
pedagang kaki lima masih belum bisa digantikan oleh robot.
2.
Kerajinan dan Seni Kreatif
Lukisan,
batik tulis, ukiran kayu, hingga karya sastra — semua lahir dari perasaan, ide,
dan jiwa penciptanya. AI bisa meniru, tapi tidak bisa merasakan. Nilai seni
sejati berasal dari manusia, bukan dari algoritma.
Sumber: https://aici-umg.com/article/peran-ai-dalam-pengembangan-industri-kreatif/
3.
Layanan Perawatan dan Kecantikan
Layanan
seperti potong rambut, spa, pijat tradisional, hingga rias pengantin sangat
mengandalkan interaksi dan kepercayaan. Pelanggan tidak hanya datang untuk
hasil, tetapi juga untuk rasa nyaman dan pelayanan personal.
4.
Pendidikan Anak Usia Dini
Anak-anak
tidak hanya belajar dari buku, tapi juga dari kasih sayang. Guru TK dan
pendidik PAUD tidak hanya mengajar huruf dan angka, tetapi juga memberi
pelukan, membangun kepercayaan, dan menanamkan nilai kehidupan — hal-hal yang tidak
bisa diajarkan oleh robot.
5.
Pertanian Kecil dan Organik
Petani
tradisional masih memegang peranan penting dalam menyediakan makanan sehat dan
ramah lingkungan. Mereka merawat tanaman seperti merawat kehidupan — dengan
perhatian dan kesabaran yang tak bisa digantikan mesin.
Di
balik canggihnya teknologi, manusia tetap menjadi pusat dari segalanya. AI bisa
bekerja dengan cepat, tapi manusia bekerja dengan hati. Maka, di era serba
otomatis ini, usaha yang melibatkan perasaan, budaya, dan nilai kemanusiaan
justru menjadi lebih berharga.
solusi usaha protektif usaha makanan dan yang lainya bagaimana ?
Ketika
usaha makanan atau usaha lain mulai terdampak oleh kecerdasan buatan (AI),
pelaku usaha tidak harus menyerah. Justru mereka bisa bersikap protektif dan
adaptif untuk memastikan usaha mereka tetap bertahan. Berikut ini adalah
beberapa solusi protektif yang bisa dilakukan oleh pelaku usaha makanan dan
jenis usaha lain agar tidak tergeser oleh AI. Solusi Protektif bagi Usaha agar
Tahan dari Gempuran AI
1.
Fokus pada Keaslian dan Cita Rasa Lokal
(Autentikasi Produk)
Usaha makanan bisa menonjolkan keunikan
resep tradisional, bahan alami, atau teknik memasak khas daerah. Misalnya:
"Nasi Liwet Komplit dengan Resep Nenek Asli Solo" lebih menarik
daripada "Nasi Liwet Otomatis". AI bisa bantu memproses data resep,
tapi tidak bisa menggantikan rasa otentik yang dibuat dengan cinta dan
pengalaman.
2.
Tingkatkan Pengalaman Pelanggan (Customer
Experience)
Tambahkan interaksi manusiawi yang
hangat, pelayanan ramah, dan suasana tempat yang nyaman. Pelanggan tidak hanya
membeli produk, tapi juga pengalaman dan emosi positif. Contoh: pelayan yang
mengenal nama pelanggan tetap, memberikan rekomendasi pribadi, atau menciptakan
suasana "rumahan".
3.
Gabungkan Teknologi sebagai Alat Bantu, Bukan
Pengganti
Gunakan AI atau teknologi hanya untuk
efisiensi, bukan untuk menggantikan semua tenaga kerja. Misalnya: pakai
aplikasi kasir otomatis, pemesanan online, atau media sosial untuk promosi —
tapi tetap jaga sentuhan manusia dalam pelayanan.
Sumber: https://aihub.id/pengetahuan-dasar/ai-pengertian-contohnya
4.
Bangun Komunitas dan Nilai Sosial
Usaha yang punya nilai sosial atau
berbasis komunitas cenderung lebih tahan. Contoh: usaha yang melibatkan petani
lokal, memberdayakan ibu rumah tangga, atau mendukung UMKM sekitarnya. Orang
cenderung lebih mendukung usaha yang punya nilai kemanusiaan, bukan sekadar
jualan.
5.
Kembangkan Produk Kustomisasi atau Handmade
AI sulit menandingi produk yang unik
dan dibuat sesuai pesanan. Contoh: kue ulang tahun dengan desain sesuai
permintaan, hampers buatan tangan, sabun herbal racikan sendiri. Ini
menciptakan nilai personal yang tinggi, dan sulit digantikan oleh produksi
massal berbasis mesin.
6.
Terus Belajar dan Beradaptasi
Pelaku usaha perlu terus belajar keterampilan
baru seperti pemasaran digital,
storytelling produk, manajemen SDM da lain-lain. Membangun mental tahan banting
dan inovatif akan membuat usaha lebih siap menghadapi perubahan.
Sumber: https://aici-umg.com/article/ai-dalam-pendidikan-online/
AI
memang hadir dan terus berkembang. Tapi bukan berarti usaha manusia akan
musnah. Dengan inovasi, sentuhan personal, dan nilai sosial, pelaku usaha bisa
bertahan, bahkan tumbuh lebih kuat. Kuncinya adalah menggunakan teknologi
sebagai alat bantu, bukan ancaman, dan tetap mengedepankan sisi manusia yang
unik dan tak tergantikan.
**)
dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar