Perayaan Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang digagas oleh Lembaga Lingkungan Hidup Dunia (UNEP) tanggal 5 Juni 1972 ( 53 tahun yang lalu). Pada tahun 2025, tema yang dicanangkan adalah #BeatPlasticPollution, yakni upaya mengakhiri polusi plastic global!!

Selasa, 03 Juni 2025

ECONOMICVIEW

 

Usaha-Usaha yang Relatif Terbebas dari Pengaruh AI

( Usaha VS Ai)

Oleh: Iwan Dwiwan, S.E *)


Di era digital saat ini, teknologi kecerdasan buatan (AI) telah masuk ke berbagai bidang pekerjaan dan usaha. Banyak proses kerja yang dulunya dilakukan manusia kini diotomatisasi oleh mesin cerdas. Namun, tidak semua usaha dapat dengan mudah digantikan oleh AI. Ada beberapa jenis usaha yang masih bergantung pada keterampilan manusia, interaksi sosial, atau nilai-nilai budaya yang unik. 

Di tengah derasnya arus globalisasi dan kemajuan teknologi, kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) mulai mengambil alih banyak bidang pekerjaan manusia. Mulai dari pabrik, perbankan, hingga pelayanan publik — semuanya mulai dipermudah oleh mesin cerdas. Tak sedikit orang yang mulai khawatir.

 

Sumber: https://teknik.uma.ac.id/2020/07/07/apa-itu-artificial-intelligence/

Yang menjadi pertanyaan apakah semua usaha akan tergantikan oleh AI?

Namun, kenyataannya tidak semua bisa digantikan oleh teknologi. Masih ada usaha-usaha yang bertahan bahkan semakin bernilai karena mengandalkan sesuatu yang tidak dimiliki AI yaitu hati, empati, kreativitas, dan sentuhan-sentuhan tangan  manusia. Berikut adalah beberapa usaha yang diperkirakan tetap bertahan bahkan berkembang, meskipun AI semakin canggih, Diantaranya :

1.    Usaha Kreatif dan Seni

AI mungkin bisa membuat gambar atau musik, tapi tidak bisa sepenuhnya meniru jiwa, emosi, dan keunikan ekspresi manusia. Usaha seperti: Lukisan dan ilustrasi manual, Desain produk handmade, Musik dan pertunjukan live, Teater dan seni tari. semuanya membutuhkan sentuhan dan kreativitas manusia yang orisinal.

2.    Kuliner Tradisional dan Jajanan Lokal

Robot mungkin bisa memasak, tapi rasa masakan yang dibuat dengan cinta dan pengalaman tangan manusia tetap sulit ditandingi. Masakan tradisional atau jajanan lokal seperti Nasi liwet, rendang, gudeg, Kue tradisional seperti klepon, lemper, Minuman herbal dan jamu, masih sangat bergantung pada teknik manual dan resep turun-temurun yang khas.

3.    Layanan Perawatan Tubuh dan Kecantikan

AI belum bisa menggantikan sentuhan, rasa nyaman, dan komunikasi antar manusia dalam layanan seperti: Salon dan barbershop, Spa dan pijat tradisional, Makeup artist, Perawatan kuku dan kulit, Pelanggan lebih percaya dan nyaman jika dilayani oleh manusia yang paham emosi dan kebutuhan mereka.

 

Sumber: https://www.inilah.com/revolusi-ai-pada-layanan-kesehatan-mulai-dari-obat-baru-hingga-operasi

4.    Pendidikan Anak Usia Dini dan Konseling

Mengajar anak-anak, terutama usia dini, serta mendampingi orang dengan masalah emosional tidak bisa digantikan AI. Anak-anak membutuhkan seperti, Sentuhan kasih saying, Empati, Interaksi sosial langsung

Demikian juga dalam konseling, hanya manusia yang bisa memahami perasaan orang lain secara mendalam.

5.    Pertanian dan Peternakan Skala Kecil

Walaupun AI bisa membantu dalam pertanian modern, petani kecil yang menggunakan metode tradisional atau organik masih sangat relevan. Mereka menjaga kualitas pangan lokal dan keberlanjutan lingkungan.

 
https://infokomputer.grid.id/read/124023079/gantikan-petani-china-gunakan-robot-ai-untuk-tanam-dan-panen

Sumber:

Usaha lainya Mari kita lihat beberapa  yang tetap eksis di tengah gempuran teknologi  AI ini:

1.    Kuliner Tradisional

Makanan bukan sekadar soal rasa, tapi juga cerita. Makanan khas daerah seperti gudeg, rendang, atau sate lilit tidak hanya dibuat dengan resep, tetapi juga dengan rasa cinta dan pengalaman. Sentuhan tangan ibu-ibu penjual di pasar atau pedagang kaki lima masih belum bisa digantikan oleh robot.

2.    Kerajinan dan Seni Kreatif

Lukisan, batik tulis, ukiran kayu, hingga karya sastra — semua lahir dari perasaan, ide, dan jiwa penciptanya. AI bisa meniru, tapi tidak bisa merasakan. Nilai seni sejati berasal dari manusia, bukan dari algoritma.

 


Sumber: https://aici-umg.com/article/peran-ai-dalam-pengembangan-industri-kreatif/

3.    Layanan Perawatan dan Kecantikan

Layanan seperti potong rambut, spa, pijat tradisional, hingga rias pengantin sangat mengandalkan interaksi dan kepercayaan. Pelanggan tidak hanya datang untuk hasil, tetapi juga untuk rasa nyaman dan pelayanan personal.

4.    Pendidikan Anak Usia Dini

Anak-anak tidak hanya belajar dari buku, tapi juga dari kasih sayang. Guru TK dan pendidik PAUD tidak hanya mengajar huruf dan angka, tetapi juga memberi pelukan, membangun kepercayaan, dan menanamkan nilai kehidupan — hal-hal yang tidak bisa diajarkan oleh robot.

5.    Pertanian Kecil dan Organik

Petani tradisional masih memegang peranan penting dalam menyediakan makanan sehat dan ramah lingkungan. Mereka merawat tanaman seperti merawat kehidupan — dengan perhatian dan kesabaran yang tak bisa digantikan mesin.

Di balik canggihnya teknologi, manusia tetap menjadi pusat dari segalanya. AI bisa bekerja dengan cepat, tapi manusia bekerja dengan hati. Maka, di era serba otomatis ini, usaha yang melibatkan perasaan, budaya, dan nilai kemanusiaan justru menjadi lebih berharga.

solusi usaha protektif usaha makanan dan yang lainya bagaimana ?

Ketika usaha makanan atau usaha lain mulai terdampak oleh kecerdasan buatan (AI), pelaku usaha tidak harus menyerah. Justru mereka bisa bersikap protektif dan adaptif untuk memastikan usaha mereka tetap bertahan. Berikut ini adalah beberapa solusi protektif yang bisa dilakukan oleh pelaku usaha makanan dan jenis usaha lain agar tidak tergeser oleh AI. Solusi Protektif bagi Usaha agar Tahan dari Gempuran AI

1.    Fokus pada Keaslian dan Cita Rasa Lokal (Autentikasi Produk)

Usaha makanan bisa menonjolkan keunikan resep tradisional, bahan alami, atau teknik memasak khas daerah. Misalnya: "Nasi Liwet Komplit dengan Resep Nenek Asli Solo" lebih menarik daripada "Nasi Liwet Otomatis". AI bisa bantu memproses data resep, tapi tidak bisa menggantikan rasa otentik yang dibuat dengan cinta dan pengalaman.

2.    Tingkatkan Pengalaman Pelanggan (Customer Experience)

Tambahkan interaksi manusiawi yang hangat, pelayanan ramah, dan suasana tempat yang nyaman. Pelanggan tidak hanya membeli produk, tapi juga pengalaman dan emosi positif. Contoh: pelayan yang mengenal nama pelanggan tetap, memberikan rekomendasi pribadi, atau menciptakan suasana "rumahan".

3.    Gabungkan Teknologi sebagai Alat Bantu, Bukan Pengganti

Gunakan AI atau teknologi hanya untuk efisiensi, bukan untuk menggantikan semua tenaga kerja. Misalnya: pakai aplikasi kasir otomatis, pemesanan online, atau media sosial untuk promosi — tapi tetap jaga sentuhan manusia dalam pelayanan.

 
Sumber: https://aihub.id/pengetahuan-dasar/ai-pengertian-contohnya

4.    Bangun Komunitas dan Nilai Sosial

Usaha yang punya nilai sosial atau berbasis komunitas cenderung lebih tahan. Contoh: usaha yang melibatkan petani lokal, memberdayakan ibu rumah tangga, atau mendukung UMKM sekitarnya. Orang cenderung lebih mendukung usaha yang punya nilai kemanusiaan, bukan sekadar jualan.

5.    Kembangkan Produk Kustomisasi atau Handmade

AI sulit menandingi produk yang unik dan dibuat sesuai pesanan. Contoh: kue ulang tahun dengan desain sesuai permintaan, hampers buatan tangan, sabun herbal racikan sendiri. Ini menciptakan nilai personal yang tinggi, dan sulit digantikan oleh produksi massal berbasis mesin.

6.    Terus Belajar dan Beradaptasi

Pelaku usaha perlu terus belajar keterampilan baru seperti  pemasaran digital, storytelling produk, manajemen SDM da lain-lain. Membangun mental tahan banting dan inovatif akan membuat usaha lebih siap menghadapi perubahan.

 

Sumber: https://aici-umg.com/article/ai-dalam-pendidikan-online/

AI memang hadir dan terus berkembang. Tapi bukan berarti usaha manusia akan musnah. Dengan inovasi, sentuhan personal, dan nilai sosial, pelaku usaha bisa bertahan, bahkan tumbuh lebih kuat. Kuncinya adalah menggunakan teknologi sebagai alat bantu, bukan ancaman, dan tetap mengedepankan sisi manusia yang unik dan tak tergantikan.

 *) Guru Ekonomi dan Kewirausahaan di SMAN 1 Pangalengan, praktisi dibidang manajemen pemasaran dan pengembangan koperasi

**) dari berbagai sumber

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HUMANICA

  "Ketika Moralitas Diuji oleh Modernitas" Oleh: Erna Nurfaulina, S.Pd. *) Di tengah gemerlap dunia modern, di mana teknologi ...