Perayaan Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang digagas oleh Lembaga Lingkungan Hidup Dunia (UNEP) tanggal 5 Juni 1972 ( 53 tahun yang lalu). Pada tahun 2025, tema yang dicanangkan adalah #BeatPlasticPollution, yakni upaya mengakhiri polusi plastic global!!

Kamis, 22 Mei 2025

SPIRITUALITY

 

“Makna Haji Mabrur"

oleh H. Asep Rosadi, S.Ag *)

     Haji mabrur ditandai dengan berbekasnya makna simbol-simbol amalan yang dilaksanakan di Tanah Suci, sehingga makna-makna tersebut terwujud dalam bentuk sikap dan tingkah laku sehari-hari.

     "Pakaian biasa" ditanggalkan dan "pakaian ihram" dikenakan. Pakaian dapat melahirkan perbedaan, menggambarkan status sosial, di samping juga dapat menimbulkan pengaruh psikologis.

 

Sumber: https://www.bumiqu.org/pakaian-ihram/

     Menaggalkan pakaian biasa berarti menanggalkan segala macam perbedaan dan menghapus keangkuhan yang ditimbulkan oleh status sosial. Mengenakan pakaian ihram melambangkan persamaan derajat kemanusiaan serta menimbulkan pengaruh psikologis bahwa yang seperti itulah dan dalam keadaan demikianlah seseorang menghadap Tuhan pada saat kematiannya. Bukankah ibadah haji adalah kehadiran memenuhi panggilan Tuhan?

 
Sumber: https://www.pusathajiumroh.id/pelajaran-yang-dapat-diambil-dari-ibadah-haji/

     Apakah sekembalinya dari Tanah Suci, masih ada keangkuhan di dalam jiwa? Masih terasa adanya perbedaan derajat kemanusiaan? Masih ingin menang sendiri dan menindas orang lain? Kalau masih ada maka Anda masih mengenakan pakaian biasa, belum menanggalkannya.

     Ka'bah merupakan lambang dari wujud dan Keesaan Allah, berthawaf di sekelilingnya melambangkan aktivitas manusia yang tidak pernah terlepas dari-Nya.  Ka'bah bagaikan matahari yang menjadi pusat tata surya dan dikelilingi oleh planet-planetnya. Apakah setelah berthawaf di sana, segala aktivitas masih terikat oleh daya tarik pusat wujud ini, yaitu Tuhan Yang Mahaesa? Kalau tidak, maka sang haji keluar dari orbitnya sehingga hajinya belum lagi mabrur.

Sumber: https://travel.detik.com/international-destination/d-2381210/kabah-titik-pusat-jutaan-jamaah-haji-sedunia

     Sa'i yang arti harfiahnya usaha adalah lambang dari usaha mencari kehidupan duniawi. Bukankah Hajar, ibu Ismail a.s., mondar-mandir di sana mencari air untuk putranya? Apakah sekembalinya dari sana sang haji masih akan berpangku tangan menanti turunnya "hujan"  dari langit atau akan berusaha dengan segala daya melepaskan "dahaga" kehidupan? Apakah sekembalinya dari sana, usaha yang dilakukan sebagaimana sa'i, yaitu berangkat dari Shafa yang arti harfiahnya "kesucian dan ketegaran" dan berakhir di Marwah yang artinya "ideal manusia, sikap menghargai, bermurah hati, dan memaafkan". Kalau usaha masih berangkat dari kekotoran dan tidak bermuara pada penghargaan dan kemurahan hati, maka jauh panggang dari api.

 
Sumber: https://bincangmuslimah.com/kajian/makna-di-balik-sai-dan-sunnah-sunnahnya-37451/

     Arafah arti harfiahnya "pengenalan". Ketika berada di sana, sang haji mengenal jati dirinya, menyadari kesalahannya, bertekad tidak mengulanginya, serta menyadari pula kebesaran dan keagungan Penciptanya. Apakah ketika kembali, pengenalan tersebut masih berbekas, tekad masih membaja, dan kesadaran masih segar? Kalau tidak, maka saya khawatir jika kita bertemu dengan Nasher Khosrow, penyair Persia, ia akan berkata kepada kita seperti ucapannya kepada sahabatnya: "Wahai sahabat, sesungguhnya engkau belum menunaikan ibadah haji. Sesungguhnya engkau belum taat kepada Allah. Memang engkau telah pergi ke Makkah untuk mengunjungi Ka'bah. Telah menghamburkan uang untuk membeli kekerasan padang pasir. Jika engkau berniat melakukan ibadah haji sekali lagi berbuatlah seperti apa yang kuajarkan ini.


*) Guru Mapel PABP di SMAN 1 Pangalengan, wirausahawan muda, Pengasuh MT.Al Fiqnik

**) dari beragam sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HUMANICA

  "Ketika Moralitas Diuji oleh Modernitas" Oleh: Erna Nurfaulina, S.Pd. *) Di tengah gemerlap dunia modern, di mana teknologi ...