Perayaan Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang digagas oleh Lembaga Lingkungan Hidup Dunia (UNEP) tanggal 5 Juni 1972 ( 53 tahun yang lalu). Pada tahun 2025, tema yang dicanangkan adalah #BeatPlasticPollution, yakni upaya mengakhiri polusi plastic global!!

Minggu, 18 Mei 2025

bahaSABUdaya

 

REMAJA DAN TREND MUSIK LAWAS

(by Garliantika)


 

Sebelum kita membahas  judul di atas, mari kita simak dulu lagu berikut ini:

 Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=JuSFyvS-CIQ

Pembaca yang budiman, penayangan lagu di awal tadi bukanlah tanpa alasan. Sebagian dari Anda tentunya sudah tahu bahwa akhir-akhir ini lagu Pretty Little Baby dari Connie Francis yang dirilis pada tahun 1962 silam  ini sering sekali kita dengar  dan digunakan sebagai musik latar foto, video atau konten lainnya di beberapa media sosial.  Sebenarnya bukan hanya lagu ini saja, masih banyak lagu-lagu lawas lainnya yang digunakan terutama oleh kaum remaja. Sebut saja lagu Forever Young dari Alphaphile, Nothing’s gonna Change My Love for You dari George Benson, Bunda  dari Melly Goeslaw,  dan masih banyak lagi.

 


Sumber: Meta.AI

Penulis cukup tertarik dengan fenomena ini, dan menurut pendapat beberapa ahli ada beberapa alasan kaum remaja melakukan hal tersebut yakni:

1.     Identitas dan ekspresi diri, menurut Erikson dalam Identity vs Role Confusion, remaja tengah berada dalam fase pencarian jati diri. Ketika mereka memilih lagu-lagu lawas sebagai media ekspresi diri bisa jadi mereka ingin mengungkapkan bahwa mereka adalah jiwa yang unik (“Aku beda dari yang lain”) atau mungkin mereka ingin mengatakan bahwa “Aku bukan hanya anak Gen Z biasa namun aku punya jiwa yang lebih vintage, lebih dalam”

2.     Nostalgia yang diciptakan (Manufactured Nostalgia)

Meskipun remaja tidak hidup di era penyanyi lagu lawas tersebut, mereka dapat merasakan nostalgia terhadap masa yang tak pernah mereka alami yang dikenal sebagai:

a.   Simulacra & Nostalgia (Jean Baudrillad- Postmodern Theory: realitas buatan seperti video editan dengan musik lawas menciptakan rasa nostalgia palsu namun menyenangkan.

b.   Aesthetic Nostalgia: Musik lawas memicu mood, bukan memori nyata, namun perasaan hangat, romantis atau indahnya masa lalu.

3.     Social Identity Theory (Tafjel & Turner)

Remaja mencari kelompok sosial untuk merasa memiliki. Dalam konteks media sosial mereka menggunakan lagu tertentu untuk memberi sinyal :”Aku bagian dari kelompok yang punya selera klasik atau retro.”, membangun komunitas estetik dengan orang lain yang menyukai musik atau gaya serupa. Penulis masih ingat ketika tema klasik atau retro ini pernah dijadikan tema pada acara Pentas Kreasi Seni Siswa Citra Pata di kampus kita tercinta  pada tahun 2020 silam. Tema ini dikemas sedemikian rupa dalam kegiatan ini, termasuk pemilihan lagu-lagu lawas yang peserta bawakan  serta dress code  yang dikenakan pada saat itu. Hal ini menunjukkan bahwa ketertarikan remaja pada tema-tema bernuansa klasik masih kental dalam kehidupannya. 

 
Sumber: Meta.AI

4.     Self-Presentation (Goffman:Dramaturgical Theory)

Remaja di media sosial sedang “memainkan peran” untuk audiens. Memilih lagu lawas untuk latar:

a.     memberi kesan elegan, klasik atau sensitif.

b.     seperti kostum dalam “panggung sosial” mereka-musik mendukung persona yang ingin mereka tampilkan.

5.     Algoritma dan Reinforcement (Behaviorisme)

a. Saat video dengan lagu lawas mendapat like atau view, maka akan memperkuat perilaku yang sama, (mereka akan memilih lagu lawas lagi untuk postingan berikutnya).

b. B.F. Skinner menyebut hal ini sebagai reinforcement: reward digital dapat memengaruhi dan memperkuat preferensi musik seseorang, meskipun pada awalnya mereka tidak menyadari pengaruh tersebut.”

 

Ada hal lain yang menarik perhatian penulis  terkait lagu Pretty Little Baby ini, yakni liriknya yang sederhana namun menarik . Mengapa demikian? Pada artikel sebelumnya yang berjudul Belajar Bahasa Inggris melalui Lagu, disebutkan bahwa ada beberapa  majas yang sering kita jumpai dalam lagu  seperti majas aliterasi (Alliteration) yakni gaya bahasa yang menggunakan pengulangan huruf konsonan pada awal kata atau suku kata yang berdekatan dalam suatu kalimat atau frasa, majas metafora yakni majas yang menggunakan perbandingan langsung antara dua hal yang berbeda untuk menggambarkan sesuatu, majas personifikasi yakni majas yang memberikan sifat atau karakter manusia pada benda mati atau makhluk non-manusia serta majas lainnya.

 

Sumber: Meta.AI

Mari kita lihat penggalan lirik lagu Pretty Little Baby yang mengandung majas aliterasi :

You can ask the flowers I sit for hours

Telling all the bluebirds, the bill and coo birds

Pretty little baby. I’m so in love with you

 

Selain majas aliterasi, lirik lagu ini pun mengandung majas personifikasi seperti yang tersurat dalam kalimat:

You can ask the flowers I sit for hours

Telling all the bluebirds,....

Begitu pula majas lainnya seperti metafora dalam frasa ‘puppy love’ (yang dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai ‘cinta monyet’).

Lagu Pretty Little Baby juga menggunakan majas-majas lain yang memperkuat perasaan cinta, harapan, dan kerinduan, terutama melalui repetisi (pengulangan kata), apostrof (gaya bahasa yang berupa pengungkapan langsung kepada sesuatu yang tidak hadir, baik itu benda mati, ide, hewan, atau orang yang tidak berada di tempat seolah-olah bisa mendengar dan merespons) dan sedikit hiperbola. Lagu ini juga disebut  banyak menggunakan struktur paralel yang membuat liriknya enak diingat. Mungkin karena alasan ini pula lah  lagu ini dijadikan latar dalam konten yang mereka unggah di media sosial.

Gaya bahasa seperti metafora, personifikasi, repetisi, dan apostrof tidak hanya digunakan  untuk memperindah lirik, tetapi juga untuk memperkuat pesan emosional yang disampaikan.

Banyak lagu lawas yang masih relevan hingga kini, bahkan sering dipilih sebagai latar musik dalam unggahan media sosial karena maknanya yang mendalam dan suasananya yang menyentuh.

 

Sumber: ttps://www.downforthecount.co.uk/blog/2023/5-things-you-might-not-know-about-nat-king-cole/

Tak kalah dari lagu-lagu masa kini, lagu-lagu lawas dapat menjadi sumber inspirasi, pembelajaran bahasa, bahkan refleksi diri yang kaya makna. Terlepas dari lawas atau tidaknya sebuah lagu,kita dapat menikmati lagu  dengan cara yang lebih cerdas dan bernilai melalui pemahaman gaya bahasa yang digunakannya.

Lalu, kira-kira lagu apa yang ingin pembaca jadikan sebagai musik latar untuk postingan  di media sosial berikutnya?

Ikan gurame dicampur ramen

Biar rame yuk kasih komen

Jas mang Neno kancingnya dua

Just wanna know how vintage you are

 

*) Guru Bahasa Inggris di SMAN 1 Pangalengan, penikmat beragam genre musik, senang mengamati prilaku remaja.

**)Dikutip dari berbagai sumber

6 komentar:

  1. setuju sekali dengan opini ibu, benar bahwasanya anak muda jaman sekarang haus akan image dirinya sendiri di mata orang lain dengan cara membuat identitas unik yang dirasa tidak dimiliki oleh teman teman sekitarnya dan dapat membuat audiens menafsirkan bahwa dirinya merupakan kelompok suatu musik tertentu.

    BalasHapus
  2. mantap bu, selanjutnya lagu right here waiting - richard marx 👏👏

    BalasHapus

HUMANICA

  "Ketika Moralitas Diuji oleh Modernitas" Oleh: Erna Nurfaulina, S.Pd. *) Di tengah gemerlap dunia modern, di mana teknologi ...