Kecerdasan
Buatan (AI) dalam Perspektif Sejarah: Dari Imajinasi Masa Lalu ke Realitas Masa
Kini
Oleh: Pepi Munawwir
Hafidz, S.Pd *)
(Foto:Dibuat Oleh AI ChatGPT)
Teknologi
selalu berkembang seiring waktu, dan salah satu bentuk teknologi yang sedang
banyak diperbincangkan saat ini adalah Artificial Intelligence atau Kecerdasan
Buatan (AI). AI adalah teknologi yang memungkinkan mesin atau komputer
untuk meniru cara berpikir, belajar, dan mengambil keputusan seperti manusia.
Kita mungkin mengenalnya melalui aplikasi seperti Siri, Google Assistant,
ChatGPT, atau bahkan mobil tanpa pengemudi.
Namun,
pertanyaannya adalah: apakah AI hanya milik masa kini? Bagaimana sejarawan
melihat fenomena ini? Dan mengapa penting bagi kita, sebagai pelajar sejarah,
untuk memahami AI melalui lensa sejarah?
(Foto:Dibuat Oleh AI ChatGPT)
Dari
Imajinasi Kuno hingga Mimpi Modern: Jejak Awal AI
Meskipun
istilah “AI” baru digunakan pada abad ke-20, gagasan tentang kecerdasan buatan bukan
hal yang benar-benar baru. Dalam banyak peradaban kuno, manusia sudah
membayangkan keberadaan makhluk ciptaan yang memiliki kemampuan berpikir atau
bertindak seperti manusia.
- Dalam mitologi Yunani,
ada kisah Talos, makhluk logam raksasa yang diciptakan oleh Dewa
Hephaestus untuk menjaga pulau Kreta. Ia digambarkan sebagai robot
pelindung pertama dalam sejarah cerita manusia.
- Dalam mitos Yahudi,
dikenal pula makhluk bernama Golem, yang diciptakan dari tanah liat
dan dihidupkan melalui ritual sihir untuk melayani manusia.
- Dalam dunia sastra,
novel seperti Frankenstein (1818) karya Mary Shelley sudah
mengangkat tema penciptaan makhluk cerdas buatan manusia—sebuah refleksi
awal dari dilema etis penciptaan AI.
Semua
ini menunjukkan bahwa manusia sejak dulu memiliki ketertarikan dan rasa
ingin tahu yang besar tentang kemungkinan menciptakan “makhluk buatan”.
Revolusi
Industri dan Awal Modernisasi Teknologi
Memasuki
abad ke-18 dan 19, Revolusi Industri membawa perubahan besar dalam cara
manusia hidup dan bekerja. Mesin-mesin mulai menggantikan pekerjaan manusia,
dan masyarakat pun mulai bertransformasi dari agraris ke industri. Di sinilah
teknologi mulai menunjukkan kekuatan pengubahnya—dan sejarah mencatat bagaimana
perubahan ini tidak hanya membawa kemajuan, tapi juga persoalan sosial baru
seperti eksploitasi tenaga kerja, kesenjangan ekonomi, dan urbanisasi
besar-besaran.
Seiring
berjalannya waktu, terutama setelah Perang Dunia II, ilmuwan mulai
mengembangkan komputer. Salah satu tokoh penting adalah Alan Turing,
seorang matematikawan Inggris yang mengembangkan konsep mesin universal—yang
kelak menjadi dasar dari komputer modern dan gagasan awal tentang kecerdasan
buatan. Tahun 1956, dalam konferensi di Dartmouth College, Amerika Serikat,
istilah Artificial Intelligence resmi digunakan untuk pertama kalinya.
(Foto:Dibuat Oleh AI ChatGPT)
AI
dan Revolusi Digital: Masa Kini yang Menantang
Saat
ini kita hidup dalam era yang disebut sebagai Revolusi Industri 4.0, di
mana AI menjadi salah satu kekuatan utama yang mendorong perubahan di berbagai
bidang:
- Pendidikan:
AI digunakan untuk membuat platform belajar adaptif, menerjemahkan bahasa,
dan membantu siswa memahami materi lebih cepat.
- Kesehatan:
AI bisa menganalisis hasil rontgen, mendeteksi penyakit lebih dini, dan
bahkan membantu proses diagnosa.
- Industri dan bisnis:
Banyak pekerjaan yang dulu dikerjakan manusia kini digantikan oleh sistem
otomatis dan algoritma pintar.
- Media dan hiburan:
AI digunakan untuk membuat musik, menulis berita, dan menyusun rekomendasi
tontonan di YouTube atau Netflix.
Namun,
semua kemajuan ini juga membawa tantangan baru: hilangnya lapangan
pekerjaan, ketimpangan akses teknologi, pertanyaan etika tentang hak privasi,
dan bahkan kekhawatiran akan masa depan umat manusia di tangan mesin.
Apa
yang Dikatakan Sejarah tentang Teknologi?
Dalam
ilmu sejarah, kita belajar bahwa setiap kemajuan besar dalam teknologi
selalu diikuti oleh perubahan sosial, ekonomi, dan budaya. Lihatlah:
- Penemuan mesin cetak oleh
Gutenberg (abad ke-15) membuka akses ilmu pengetahuan, tapi juga
menyebabkan ketegangan sosial dan reformasi keagamaan.
- Penemuan mesin uap
dan pabrik membawa kemajuan ekonomi, tapi juga eksploitasi pekerja anak
dan polusi.
- Penemuan internet
memudahkan komunikasi global, namun juga menimbulkan hoaks, kejahatan
siber, dan kecanduan digital.
Dengan
kata lain, sejarah selalu mengingatkan kita bahwa teknologi bukan hanya soal
kecanggihan, tapi juga soal tanggung jawab. AI pun demikian—muncul sebagai
solusi, namun juga membawa tantangan yang perlu dikaji secara kritis.
Refleksi
untuk Pelajar: Mengapa Ini Penting Bagi Kita?
Sebagai
pelajar yang mempelajari sejarah, kamu memiliki peran penting dalam memahami
teknologi seperti AI secara utuh, bukan hanya dari sisi teknis, tapi juga dari
dampak sosial, etika, dan nilai kemanusiaannya.
- Apakah AI akan memperkuat kesetaraan
atau justru memperlebar kesenjangan?
- Siapa yang diuntungkan dan siapa
yang dirugikan dari perkembangan AI?
- Bagaimana kita bisa menggunakan AI
secara bertanggung jawab?
Pertanyaan-pertanyaan
ini tidak bisa dijawab hanya oleh ilmuwan komputer. Kita semua—termasuk pelajar
sejarah—perlu terlibat dalam percakapan ini.
Penutup: Menulis Sejarah Masa Depan
AI
memang bukan bagian dari masa lalu, tapi memahami AI membutuhkan pengetahuan
sejarah. Karena dengan sejarah, kita bisa melihat bagaimana ide-ide
berkembang, bagaimana manusia mengambil keputusan, dan bagaimana dampak jangka
panjang suatu inovasi teknologi bisa terjadi.
Mempelajari
sejarah bukan berarti hanya mengenang masa lalu. Mempelajari sejarah adalah mempersiapkan
diri untuk menghadapi masa depan dengan lebih bijak. Dan dalam dunia yang
dipenuhi teknologi seperti sekarang, pelajaran sejarah justru semakin relevan.
Kita
semua sedang menulis sejarah baru—sejarah manusia dan mesin. Pertanyaannya
adalah: peran seperti apa yang ingin kamu mainkan di dalamnya?
*) Guru Mapel Sejarah di SMAN 1 Pangalengan
Terimakasih 🤗🤗
BalasHapusTerimakasih ibu!!
BalasHapusTerimakasih
BalasHapusterimakasih bapak
BalasHapusTerima kasih bapakk
BalasHapus