LOVE
CHEMISTRY
Oleh:
Yuli Yuliani, S.Pd *)
Siapa bilang CINTA gak
bisa dipahami dengan logika? Setelah kamu tahu semua proses kimia yang terjadi
dalam diri kamu saat lagi falling in love, rasanya kamu gak perlu heran
lagi dengan segala gejala misterius yang ditunjukin oleh cinta. Semua bisa
diterangkan pakai logika, kok!
·
Kenapa kamu bisa kesengsem berat sama
seseorang di kelas kamu?
·
Kenapa setiap ketemu dia mendadak kamu jadi
nervous?
·
Dan kenapa setiap sedang jatuh cinta kamu
merasa seperti sedang melayang di udara?
Love
chemistry, itu jawaban yang kamu cari!
Love chemistry atau
"kimia cinta" merujuk pada serangkaian reaksi kimia dan perubahan
biologis yang terjadi dalam tubuh kita saat kita merasakan ketertarikan atau
jatuh cinta. Konsep ini mengacu pada bagaimana berbagai zat kimia (neurotransmiter
dan hormon) dalam otak dan tubuh kita berinteraksi untuk menciptakan perasaan
dan respons emosional yang kuat saat kita berhubungan dengan seseorang yang
kita sukai atau cintai.
Sumber:
https://www.klikdokter.com/psikologi/relationship/kenapa-kita-sering-mencintai-seseorang-yang-tidak-bisa-dimiliki
Pada dasarnya, love
chemistry menggambarkan "resep kimia" yang mempengaruhi perasaan
dan perilaku kita dalam hubungan romantis. Ini mencakup zat-zat kimia yang
berperan dalam perasaan kebahagiaan, kegembiraan, gairah, kedekatan, serta
keterikatan emosional dengan pasangan.
Beberapa zat kimia utama yang
terlibat dalam love chemistry antara lain:
Norepinephrine (Noradrenalin)
Peran: Norepinephrine
adalah neurotransmiter yang terlibat dalam respons "fight or
flight" (melawan atau lari) tubuh. Ketika kita jatuh cinta, kadar
norepinephrine dalam tubuh meningkat, yang dapat menyebabkan beberapa gejala
fisik seperti jantung berdebar, tangan berkeringat, dan perasaan gugup atau
bersemangat. Ini adalah bagian dari respons tubuh terhadap rangsangan emosional
yang kuat, seperti ketertarikan pada seseorang.
Efek pada tubuh: Norepinephrine
meningkatkan kewaspadaan, energi, dan fokus, yang dapat menyebabkan kita merasa
lebih terstimulasi atau bahkan sedikit terobsesi dengan orang yang kita sukai.
Sumber:
https://www.netmeds.com/health-library/post/noradrenaline-norepinephrine-structure-crucial-functions-and-adverse-effects
Dopamin
Peran: Dopamin sering
disebut sebagai "neurotransmiter kebahagiaan" atau "reward
system" (sistem penghargaan) karena perannya dalam memberikan perasaan
senang dan kepuasan. Ketika kita jatuh cinta, otak melepaskan dopamin, yang
memberi rasa euforia dan kebahagiaan. Ini menjelaskan mengapa kita merasa
sangat gembira dan bersemangat saat berada di sekitar orang yang kita cintai.
Efek pada tubuh: Dopamin
juga mendorong kita untuk mencari lebih banyak pengalaman yang menyenangkan dan
memotivasi kita untuk terus berinteraksi dengan orang yang kita cintai. Ini
adalah bagian dari "siklus hadiah" yang memperkuat rasa ketertarikan
dan keterikatan.
Phenylethylamine (PEA)
Peran: PEA sering disebut
sebagai "molekul cinta" karena peranannya dalam meningkatkan perasaan
gairah dan ketertarikan fisik. PEA adalah zat kimia yang secara alami ada dalam
tubuh dan berfungsi mirip dengan amfetamin, meningkatkan energi, kewaspadaan,
dan kegembiraan. PEA juga dapat menstimulasi pelepasan dopamin.
Efek pada tubuh: PEA dapat
menyebabkan perasaan gembira dan euforia yang sering kita rasakan di awal
hubungan romantis, yang sering disebut sebagai "fase jatuh cinta"
atau "fase bulan madu." PEA juga berperan dalam meningkatkan perasaan
intens terhadap pasangan dan membuat hubungan terasa sangat memikat dan penuh
gairah.
Sumber:
https://kupang.tribunnews.com/2024/05/10/ramalan-zodiak-cinta-besok-11-mei-2024-virgo
Ketika kita jatuh cinta,
ketiga neurotransmiter ini bekerja bersama-sama untuk menciptakan perasaan
euforia, kegembiraan, dan ketertarikan yang intens. Norepinephrine
menciptakan kegelisahan dan kegembiraan fisik, dopamin memberikan perasaan
bahagia dan memotivasi kita untuk terus berinteraksi, sementara PEA
meningkatkan gairah dan ketertarikan fisik. Semua ini menciptakan pengalaman
yang sangat kuat dan penuh emosi ketika jatuh cinta.
Endorfin
Peran: Endorfin sering
disebut sebagai "hormon kebahagiaan" atau "painkiller
alami" karena peranannya dalam memberikan perasaan bahagia, relaksasi, dan
mengurangi rasa sakit. Ketika kita jatuh cinta, endorfin dilepaskan, yang
menghasilkan perasaan puas dan tenang.
Efek pada tubuh: Endorfin
berfungsi untuk menurunkan stres dan meningkatkan perasaan positif. Dalam
konteks cinta, endorfin membantu menciptakan perasaan kenyamanan,
kedamaian, dan kebahagiaan saat kita bersama pasangan. Ini adalah salah satu
alasan mengapa kita merasa lebih tenang dan bahagia ketika berada di dekat
orang yang kita cintai.
Oksitosin
Peran: Oksitosin
sering disebut sebagai "hormon cinta" atau "hormon pelukan"
karena peranannya dalam memperkuat ikatan sosial dan emosional antara pasangan.
Hormon ini banyak dilepaskan selama kontak fisik atau bahkan ketika kita berinteraksi dengan
orang yang kita cintai.
Sumber:
https://adjar.grid.id/read/543404033/macam-macam-kelompok-sosial-berdasarkan-ikatan-anggota?page=all
Efek pada tubuh: Oksitosin
meningkatkan perasaan kedekatan, kasih sayang, dan kepercayaan. Pada saat
jatuh cinta, oksitosin memperkuat ikatan emosional dan meningkatkan
perasaan keintiman antara pasangan. Ini juga berperan dalam meningkatkan rasa
saling percaya dan kenyamanan satu sama lain. Oksitosin sering dikaitkan dengan
perasaan "jatuh cinta sejati" yang lebih stabil, berbeda dari
perasaan berdebar-debar yang datang dengan dopamin dan norepinephrine di
awal hubungan.
Serotonin
Peran: Serotonin
adalah neurotransmiter yang mempengaruhi mood, suasana hati, dan stabilitas
emosional. Dalam fase jatuh cinta, kadar serotonin dapat meningkat, yang
membantu mengatur perasaan kita dan menciptakan perasaan stabil serta bahagia.
Efek pada tubuh: Ketika kita
jatuh cinta, peningkatan kadar serotonin dapat menciptakan perasaan
bahagia, puas, dan optimis. Ini juga membantu menjaga perasaan keseimbangan
emosional dalam hubungan. Namun, pada beberapa orang, kadar serotonin yang
rendah bisa menyebabkan perasaan obsesif terhadap pasangan atau membuat seseorang
cemas dan terlalu terfokus pada hubungan tersebut.
Peran Ketiga Zat Kimia dalam
Jatuh Cinta
Fase Awal (Fase Euforia):
Pada awal hubungan, kita cenderung merasakan kegembiraan dan gairah yang kuat.
Di sini, norepinephrine, dopamin, dan phenylethylamine memainkan
peran besar. Perasaan berdebar-debar, ketegangan emosional, dan obsesi terhadap
pasangan adalah ciri khas dari fase ini.
Sumber:
https://www.google.com/search?q=hormon+jatuh+cinta&sca_esv=48a32a8a53a0fe13&udm
Fase Kedekatan dan Keintiman:
Seiring berjalannya waktu, hubungan menjadi lebih stabil dan dalam. Endorfin,
oksitosin, dan serotonin mulai berperan lebih dominan. Kita merasakan
kenyamanan, kedekatan emosional, dan rasa aman di dalam hubungan. Oksitosin
memperkuat ikatan emosional, sementara endorfin dan serotonin memberi
rasa bahagia dan puas dalam kebersamaan.
Kesimpulannya ketika jatuh cinta, berbagai neurotransmiter
dan hormon berinteraksi untuk menciptakan perasaan yang kompleks dan mendalam. Norepinephrine,
dopamin, dan phenylethylamine bekerja pada fase awal untuk
menciptakan kegembiraan dan gairah, sementara endorfin, oksitosin, dan
serotonin memperkuat ikatan emosional, kedekatan, dan rasa nyaman dalam
hubungan yang berkembang lebih jauh. Semua zat kimia ini bekerja bersama untuk
memberikan pengalaman emosional yang mendalam saat kita jatuh cinta.
Bagi kamu yang sedang jatuh
cinta perlu diperhatikan bahwa “Jangan berlebihan dalam mencintai sehingga
menjadi keterikatan, jangan pula berlebihan dalam membenci sehingga membawa
kebinasaan.”(Umar Bin Khatab).
Sumber:
https://psikologidelta.com/tes-psikologi-cinta-wanita/
Psikologi cinta menyatakan
bahwa
·
Jika kamu cinta karena dia mencintaimu, itu
bukan cinta tapi empati.
·
Jika kamu cinta karena harta atau uang, itu
juga bukan cinta tapi tertarik.
·
Jika kamu cinta karena penampilannya, itu bukan
cinta tapi obsesi.
·
Jika kamu cinta karena kebaikannya, itu juga
bukan cinta tapi kagum.
·
Jika kamu cinta karena pandangan pertama itu
dipengaruhi satu hal, yaitu gairah.
·
Tapi, jika kamu cinta tapi bingung kenapa kamu
mencintainya…sudah dipastikan kamu benar-benar cinta.
Satu hal yang bisa disimpulkan “LOVING SOMEONE IS
EASY AND FUN, IF THAT PERSON IS THE RIGHT PERSON.”
*) Konselor di SMAN 1 Pangalengan, Koordinator Bimbingan dan Konseling,
Pemerhati masalah remaja
Sumber :
Aditia, W. (2006). Love
Chemistry. Yogyakarta : Media Pressindo.
terimakasih atas literasi love chemistry nya ibuuu,saya sangat tertarik untuk membacanya:)
BalasHapus“LOVING SOMEONE IS EASY AND FUN, IF THAT PERSON IS THE RIGHT PERSON." lantas, apa yang bisa membuktikan bahwa he's the right person bu?
BalasHapusnext bahas cara biar neurotransmiter dan hormon tetap stabil buπ↕️π€²
BalasHapusππ»ππ»π«Άπ»
BalasHapusππ»ππ»ππ»
BalasHapus