RED
ALLERT VS BLUE ALLERT
Oleh:
Redaksi Literatsmansa
Ananda yang baik, akhir-akhir ini jagat maya diramaikan dengan kemunculan tagar “peringatan darurat” dengan gambar burung Garuda berlatar warna biru (Blue Allert) sekait dengan kodisi politik di negara kita tercinta ini, dalam kesempatan ini, penulis tidak akan latah membahas hal tersebut, ada hal yang lebih penting dari itu semua….yaitu peringatan merah atau Red Allert.
International Panel on Climate Change (IPCC) mengeluarkan tanda peringatan merah (Red Allert), karena Bumi yang kita tempati sudah mengalami krisis perubahan iklim yang sangat serius (Gambar 1). Bukan lagi masalah, tapi sudah menjadi krisis yang melanda seluruh dunia.
Berdasarkan
laporan dari IPCC (2022), berbagai bencana seperti kekeringan, panas ekstrem,
banjir besar, kebakaran hutan penyebaran penyakit melalui vektor, dan bencana
lainnya semakin sering terjadi seiring dengan meningkatnya suhu bumi dalam
beberapa tahun terakhir. Kenaikan suhu
Bumi sudah mendekati titik kritis, berbagai bencana akibat perubahan iklim
sudah bisa diperkirakan; bahkan sudah banyak terjadi di berbagai tempat di muka
Bumi ini.
Gambar
1 Kode merah Perubahan Iklim (Sumber: IPCC, 2022)
Krisis
iklim juga terjadi di Indonesia.
Bappenas mengumumkan bahwa Indonesia juga menghadapi tantangan akibat
perubahan iklim, seperti terlihat pada Gambar 2.
Gambar
2 Potensi Bencana Akibat Perubahan Iklim di Indonesia
(Sumber:
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20231011091104-199-1009726/makin-gerah-bmkg-akui-suhu-indonesia-melonjak-drastis-tahun-2023)
Menurut
BMKG (2023) suhu Indonesia melonjak drastis tahun 2023. “Seharusnya rata-rata
suhu di Indonesia berkisar 26,6 derajat Celsius, tapi saat ini rata-rata suhu
sudah mencapai 27 derajat Celsius. Bahkan, kata dia, suhu maksimum di Indonesia
sudah mencapai 38 derajat Celsius.” Bisa
dibayangkan seberapa parah kenaikan suhu yang terjadi, yang harusnya 0,3
derajat Celcius untuk 10 tahun, sekarang dalam satu tahun kenaikannya sudah 0,4
derajat Celcius (
Bencana
alam akibat perubahan iklim terjadi di berbagai belahan dunia. Kenaikan suhu Bumi terus meningkat, dan
mencapai titik tertinggi sepanjang tahun 2023.
Gambar 3 memperlihatkan berbagai bencana alam terdampak perubahan iklim
yang terjadi selama tahun 2023 di berbagai negara di dunia.
Sumber: https://id.pngtree.com/freebackground/world-divided-oasis-and-destruction-side-background_15473270.html
kita mungkin akan menyaksikan kehancuran yang akan terjadi jika suhu global melonjak lebih dari 1,5 derajat C.Tindakan iklim saat ini masih jauh dari cukup untuk menjaga pemanasan global di bawah 1,5 derajat C dan menghindari dampak terburuk yang dapat terjadi. Lantas apa yang dapat kita lakukan sebagai pelajar dalam meminimalisir atau bahkan mencegah kehancuran tersebut? Sekolah bukan sekadar tempat belajar. Sekolah dapat menjadi pusat praktik-praktik berkelanjutan dan masyarakat berketahanan iklim. Berikut beberapa contoh penerapan aksi adaptasi dan mitigasi krisis perubahan iklim di sekolah yang dapat membantu mencegah bahaya bumi semakin panas (Red Alert).
- Membuat vertical garden: dengan memanfaatkan dinding bangunan (masih ingat kemarin Kelas Ananda diminta membawa 5 pohon dalam pot? Itu salah satu ikhtiar kita).
- Membangun Ruang Terbuka Hijau dengan memanfaatkan seluruh halaman sekolah, ditanami tanaman produktif, tanaman lokal, dan lngka/ hampir punah. Kalau ini Ananda ingat program SAKESAPOLECA (satu kelas satu pohon lemon California) itu ikhtiar kita juga!.
.jpg)
Sumber: Dokumren Pribadi
- Taman Atap/ Roof Top: Sekolah dapat membuat taman atap dengan tanaman lokal untuk menyerap karbon dioksida dan memberikan isolasi.
- Panel Surya: Pemasangan panel surya di gedung sekolah mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil untuk listrik.
- Mengurangi emisi karbon (Ingat program BYOPAC 2 School? Bring Your Own Plat and Cup to School) melalui
- program paperless, bebas sampah (zero waste), bebas plastik.
- membiasakan siswa makan makanan lokal dan produk lokal yang sedang musim.
- membiasakan siswa mengabiskan makanannya/ minumannya.
- membiasakan siswa merawat barang yang dimiliki atau digunakannya dengan tujuan memperpanjang masa pakai/ umur barang.
- Memasukkan topik perubahan iklim ke dalam kurikulum akan meningkatkan kesadaran.
- Literasi Energi/Mengajari siswa tentang konservasi energi dan penggunaan yang efisien.
- Menyelenggarakan pembersihan lingkungan untuk mengurangi sampah plastik dan meningkatkan kesadaran lingkungan.
- Mendorong siswa untuk menggunakan sepeda dibandingkan mobil/motor.
- Agroforestri/Belajar dari masyarakat adat tentang praktik pertanian berkelanjutan (tahun lalu kita coba program ini).
- Teknik Bangunan Tradisional: Menggunakan bahan dan desain lokal untuk pembangunan sekolah.
- Ruang Kelas Luar Ruangan/Menyelenggarakan pembelajaran dalam suasana alami untuk menumbuhkan apresiasi lingkungan.
- Habitat Satwa Liar/Menciptakan ruang bagi flora dan fauna lokal di lingkungan sekolah.
So…apa
lagi yang Ananda tunggu, lakukan yang bisa Ananda lakukan segera…ingat kata AA
Gym, lakukan dari hal-hal yang kecil dahulu, lakukan oleh kita terlebih dahulu,
dan yang terpenting, lakukan sekarang juga!!! Jika sepakat dengan Bapak, komen
di kolom komentar ya!!
**) disarikan dari berbagai sumber
Khaila Desari (XI- D2)
BalasHapusPenting kesadaran diri sendiri Akannya ben cana alam yg terjadi dinimi patuttt kita jaga dan Lestari kan karna bumi adalah rumah Kita, tempat Tinggal kita,kehidupan kita maka, marilah kita jaga bumi kita bersama sama 🔥 “(XI B2)
BalasHapuskeren👍
BalasHapusmantap keren banget hebat sekali sangat berguna dan bermanfaat
BalasHapus👏🏻👏🏻👏🏻
BalasHapusmadep lahhhh
BalasHapusTinggal kita konsisten saja agar perubahan iklim tidak cepat terjadi, semangat terus untuk menjaga lingkungan
BalasHapusmenambah ilmu pengetahuan sekali, terimakasih!
BalasHapusYuk, lanjutkan ikhtiar kita dengan mendukung dan melaksanakan program yang telah digulirkan oleh sekolah. Untuk kelas yang belum menyimpan pot berisi tumbuhan di kelasnya ayo lengkapi. Yang sudah ada jangan lupa disiram dan dipelihara.
BalasHapus