Jumat, 30 Agustus 2024

RELIGIUSITY

 

BULAN SAFAR, BULAN SIAL KAH?

Oleh: Asep Istiqlal, S.Pd *)

 

Bulan Safar adalah bulan kedua dalam kalender Hijriyah atau kalender Islam. Dalam tradisi Islam, bulan Safar memiliki makna dan keistimewaan tersendiri, meskipun tidak sebanyak bulan Ramadan atau Muharram. Berikut adalah beberapa poin penting mengenai bulan Safar:

1.     Kedudukan dalam Kalender Islam: Safar merupakan bulan kedua setelah Muharram, yang merupakan bulan pertama dalam kalender Hijriyah. Kalender ini didasarkan pada siklus bulan, dan Safar mengikuti bulan Muharram.

2.     Tradisi dan Kepercayaan: Dalam beberapa tradisi masyarakat Muslim, bulan Safar sering dikaitkan dengan berbagai kepercayaan dan adat istiadat. Ada yang menganggap bulan ini sebagai waktu yang tidak menguntungkan, yang sering disebut "bulan Safar". Namun, pandangan ini tidak memiliki dasar yang kuat dalam ajaran Islam. Rasulullah SAW sendiri mengajarkan bahwa tidak ada bulan yang memiliki kejelekan khusus secara intrinsik.

3.     Kegiatan Keagamaan: Di bulan Safar, tidak ada kewajiban atau ibadah khusus yang dilakukan secara universal seperti di bulan Ramadan atau Muharram. Namun, umat Islam tetap dianjurkan untuk memperbanyak amal baik, doa, dan menjauhi hal-hal yang tidak bermanfaat.

4.     Sejarah dan Peristiwa: Beberapa peristiwa penting dalam sejarah Islam terjadi di bulan Safar. Misalnya, wafatnya salah satu anggota keluarga Rasulullah SAW atau peristiwa-peristiwa penting lainnya.

Dalam tradisi Islam, Safar memiliki berbagai makna dan signifikansi, namun seringkali bulan ini juga dikaitkan dengan berbagai mitos dan kepercayaan masyarakat. Salah satu mitos bulan Safar yang paling umum adalah bahwa bulan ini dianggap sebagai waktu yang penuh dengan kesialan atau bencana. Beberapa orang meyakini bahwa aktivitas yang dilakukan pada bulan ini akan membawa nasib buruk atau malapetaka. Kepercayaan ini seringkali didasarkan pada adat dan budaya lokal, bukan pada ajaran Islam yang sahih.

 

Sumber:https://lspt.or.id/kajian/mitos-bulan-safar-dan-penjelasannya-dalam-islam/

Kepercayaan lain yang berkembang adalah bahwa bulan Safar adalah waktu yang kurang baik untuk melangsungkan pernikahan atau memulai usaha baru. Meskipun ada orang yang mengikuti tradisi ini, penting untuk diingat bahwa hal tersebut bukanlah ajaran Islam yang diterima secara luas. Dalam sejarahnya, masyarakat Arab Jahiliyah menganggap Safar sebagai bulan kesialan. Hal tersebut tidak lepas dari keyakinan mereka bahwa Safar adalah salah satu jenis penyakit yang bersarang di dalam perut. Tak hanya sampai di situ, mengutip penjelasan dalam buku Mengenal Nama Bulan dan Kalender Hijriah, masyarakat Arab Jahiliyah meyakini Safar sebagai bulan yang penuh kejelekan. Sebagian masyarakat berpendapat, Safar adalah jenis angin berawak panas yang menyerang bagian perut dan mengakibatkan orang yang terkena menjadi sakit.

Keyakinan terhadap hal-hal tersebut dibantahkan manakala Islam datang. Rasulullah SAW bersabda: "Tidak ada penyakit yang menular secara sendirian tanpa izin Allah, tidak ada hantu bergentayangan dan tidak ada shafar (penyakit perut) yang terjadi dengan sendirinya." (HR Muslim, no 4120). Dalam ajaran Islam, tidak ada dasar yang kuat yang mendukung kepercayaan bahwa Bulan Safar adalah bulan yang membawa kesialan. Quran dan Hadis tidak menyebutkan Bulan Safar secara khusus dalam konteks negatif atau menyebutkan bahwa bulan ini memiliki sifat-sifat yang merugikan. Islam mengajarkan bahwa semua bulan, termasuk Bulan Safar, adalah ciptaan Allah dan tidak ada bulan yang memiliki kekuatan khusus untuk membawa kesialan. Hadis-hadis yang ada tidak menunjukkan bahwa bulan Safar memiliki pengaruh negatif atau membawa keberuntungan. Sebagian besar ulama sepakat bahwa keyakinan mengenai kesialan bulan Safar adalah hasil dari takhayul dan tradisi budaya yang tidak memiliki dasar dalam ajaran Islam.

 
Sumber: https://www.facebook.com/WorldQuranHour/photos/sedar-tidak-sedar-kita-sudahpun-memasuki-bulan-safar

Sangat penting untuk membedakan antara budaya lokal dan ajaran agama yang sahih. Mitos dan kepercayaan lokal seringkali muncul dari interpretasi yang tidak tepat atau pengaruh budaya yang menyimpang dari ajaran agama. Sebagai umat Islam, kita harus memeriksa kembali keyakinan kita dan memastikan bahwa praktik kita sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan dalam Quran dan Hadis. Sebagai tambahan, meskipun keyakinan lokal tentang Bulan Safar mungkin memiliki pengaruh dalam masyarakat tertentu, penting untuk selalu berpegang pada ajaran agama yang benar. Islam mengajarkan bahwa nasib dan keberuntungan adalah bagian dari takdir yang ditentukan oleh Allah dan tidak terikat pada waktu atau bulan tertentu.

Bulan Safar, seperti bulan-bulan lain dalam kalender Hijriah, adalah waktu yang sama-sama diciptakan oleh Allah dan tidak memiliki sifat-sifat khusus yang membawa kesialan atau keberuntungan. Mitos dan kepercayaan yang berkembang di masyarakat seringkali merupakan hasil dari budaya dan tradisi lokal yang tidak memiliki dasar dalam ajaran Islam yang sahih. Sebagai umat Islam, penting untuk memahami ajaran agama secara mendalam dan tidak terjebak dalam takhayul atau kepercayaan yang tidak berdasar. Dengan memahami fakta dan menyikapi mitos bulan safar dengan bijak, kita dapat menjalani bulan Safar dengan pemahaman yang benar dan mengikuti ajaran Islam yang murni.

 
Sumber: https://x.com/malikul100/status/1308324467177746432

Meskipun ada berbagai pandangan mengenai bulan Safar, yang terpenting dalam Islam adalah memfokuskan diri pada amal ibadah dan menjalani kehidupan sesuai dengan ajaran agama, tanpa terpengaruh oleh kepercayaan yang tidak berdasar.

*) Guru Mapel PABP di SMAN 1 Pangalengan, Pembina IREMA, Penyuka Tadabur Alam

**) Dikutif dari berbagai sumber

1 komentar:

ENTERPRENEURSHIP

  “JANGAN PERNAH ANGGAP ENTENG PRAKARYA! BERIKUT INI JENIS DAN MANFAATNYA” Oleh: Dadan Triatna, SE., S.Pd *)   Prakarya merupakan kegi...