BULAN
SAFAR, BULAN SIAL KAH?
Oleh:
Asep Istiqlal, S.Pd *)
Bulan
Safar adalah bulan kedua dalam kalender Hijriyah atau kalender Islam. Dalam
tradisi Islam, bulan Safar memiliki makna dan keistimewaan tersendiri, meskipun
tidak sebanyak bulan Ramadan atau Muharram. Berikut adalah beberapa poin
penting mengenai bulan Safar:
1. Kedudukan
dalam Kalender Islam: Safar merupakan bulan kedua setelah Muharram, yang
merupakan bulan pertama dalam kalender Hijriyah. Kalender ini didasarkan pada
siklus bulan, dan Safar mengikuti bulan Muharram.
2. Tradisi
dan Kepercayaan: Dalam beberapa tradisi masyarakat Muslim, bulan Safar sering
dikaitkan dengan berbagai kepercayaan dan adat istiadat. Ada yang menganggap
bulan ini sebagai waktu yang tidak menguntungkan, yang sering disebut
"bulan Safar". Namun, pandangan ini tidak memiliki dasar yang kuat
dalam ajaran Islam. Rasulullah SAW sendiri mengajarkan bahwa tidak ada bulan
yang memiliki kejelekan khusus secara intrinsik.
3. Kegiatan
Keagamaan: Di bulan Safar, tidak ada kewajiban atau ibadah khusus yang
dilakukan secara universal seperti di bulan Ramadan atau Muharram. Namun, umat
Islam tetap dianjurkan untuk memperbanyak amal baik, doa, dan menjauhi hal-hal
yang tidak bermanfaat.
4. Sejarah
dan Peristiwa: Beberapa peristiwa penting dalam sejarah Islam terjadi di bulan
Safar. Misalnya, wafatnya salah satu anggota keluarga Rasulullah SAW atau
peristiwa-peristiwa penting lainnya.
Dalam
tradisi Islam, Safar memiliki berbagai makna dan signifikansi, namun seringkali
bulan ini juga dikaitkan dengan berbagai mitos dan kepercayaan masyarakat.
Salah satu mitos bulan Safar yang paling umum adalah bahwa bulan ini dianggap
sebagai waktu yang penuh dengan kesialan atau bencana. Beberapa orang meyakini
bahwa aktivitas yang dilakukan pada bulan ini akan membawa nasib buruk atau
malapetaka. Kepercayaan ini seringkali didasarkan pada adat dan budaya lokal,
bukan pada ajaran Islam yang sahih.
Sumber:https://lspt.or.id/kajian/mitos-bulan-safar-dan-penjelasannya-dalam-islam/
Kepercayaan
lain yang berkembang adalah bahwa bulan Safar adalah waktu yang kurang baik
untuk melangsungkan pernikahan atau memulai usaha baru. Meskipun ada orang yang
mengikuti tradisi ini, penting untuk diingat bahwa hal tersebut bukanlah ajaran
Islam yang diterima secara luas. Dalam sejarahnya, masyarakat Arab Jahiliyah
menganggap Safar sebagai bulan kesialan. Hal tersebut tidak lepas dari
keyakinan mereka bahwa Safar adalah salah satu jenis penyakit yang bersarang di
dalam perut. Tak hanya sampai di situ, mengutip penjelasan dalam buku Mengenal
Nama Bulan dan Kalender Hijriah, masyarakat Arab Jahiliyah meyakini Safar
sebagai bulan yang penuh kejelekan. Sebagian masyarakat berpendapat, Safar
adalah jenis angin berawak panas yang menyerang bagian perut dan mengakibatkan
orang yang terkena menjadi sakit.
Keyakinan
terhadap hal-hal tersebut dibantahkan manakala Islam datang. Rasulullah SAW
bersabda: "Tidak ada penyakit yang menular secara sendirian tanpa izin
Allah, tidak ada hantu bergentayangan dan tidak ada shafar (penyakit perut)
yang terjadi dengan sendirinya." (HR Muslim, no 4120). Dalam ajaran Islam,
tidak ada dasar yang kuat yang mendukung kepercayaan bahwa Bulan Safar adalah
bulan yang membawa kesialan. Quran dan Hadis tidak menyebutkan Bulan Safar
secara khusus dalam konteks negatif atau menyebutkan bahwa bulan ini memiliki
sifat-sifat yang merugikan. Islam mengajarkan bahwa semua bulan, termasuk Bulan
Safar, adalah ciptaan Allah dan tidak ada bulan yang memiliki kekuatan khusus
untuk membawa kesialan. Hadis-hadis yang ada tidak menunjukkan bahwa bulan
Safar memiliki pengaruh negatif atau membawa keberuntungan. Sebagian besar
ulama sepakat bahwa keyakinan mengenai kesialan bulan Safar adalah hasil dari
takhayul dan tradisi budaya yang tidak memiliki dasar dalam ajaran Islam.
Sangat
penting untuk membedakan antara budaya lokal dan ajaran agama yang sahih. Mitos
dan kepercayaan lokal seringkali muncul dari interpretasi yang tidak tepat atau
pengaruh budaya yang menyimpang dari ajaran agama. Sebagai umat Islam, kita
harus memeriksa kembali keyakinan kita dan memastikan bahwa praktik kita sesuai
dengan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan dalam Quran dan Hadis. Sebagai
tambahan, meskipun keyakinan lokal tentang Bulan Safar mungkin memiliki
pengaruh dalam masyarakat tertentu, penting untuk selalu berpegang pada ajaran
agama yang benar. Islam mengajarkan bahwa nasib dan keberuntungan adalah bagian
dari takdir yang ditentukan oleh Allah dan tidak terikat pada waktu atau bulan
tertentu.
Bulan
Safar, seperti bulan-bulan lain dalam kalender Hijriah, adalah waktu yang
sama-sama diciptakan oleh Allah dan tidak memiliki sifat-sifat khusus yang
membawa kesialan atau keberuntungan. Mitos dan kepercayaan yang berkembang di
masyarakat seringkali merupakan hasil dari budaya dan tradisi lokal yang tidak
memiliki dasar dalam ajaran Islam yang sahih. Sebagai umat Islam, penting untuk
memahami ajaran agama secara mendalam dan tidak terjebak dalam takhayul atau
kepercayaan yang tidak berdasar. Dengan memahami fakta dan menyikapi mitos
bulan safar dengan bijak, kita dapat menjalani bulan Safar dengan pemahaman
yang benar dan mengikuti ajaran Islam yang murni.
Sumber:
https://x.com/malikul100/status/1308324467177746432
Meskipun
ada berbagai pandangan mengenai bulan Safar, yang terpenting dalam Islam adalah
memfokuskan diri pada amal ibadah dan menjalani kehidupan sesuai dengan ajaran
agama, tanpa terpengaruh oleh kepercayaan yang tidak berdasar.
*)
Guru Mapel PABP di SMAN 1 Pangalengan, Pembina IREMA, Penyuka Tadabur Alam
**)
Dikutif dari berbagai sumber
mantap walaupun bacanya telat
BalasHapus