Jumat, 17 Mei 2024

RELIGIUSITY

 

"BERBEKAL KE RUMAH TUHAN"

oleh H. Asep Rosadi, S.Ag. *)

 


Jamaah haji adalah tamu-tamu Allah. Dia yang mengundang mereka melalui pesuruh-Nya, Ibrahim a.s. Adapun pesan-Nya kepada para undangan adalah "Datanglah dengan membawa bekal"  (QS 2: 197), dan bekal itulah kelak yang akan menentukan "Layanan Tuan rumah" kepada para tamu. Rumah-Nya yang tanpa warna-warni mengesankan kesederhanaan. Namun demikian, bangunan itu dapat mengarah ke mana saja. Dari mana pun Ananda  masuk - selama membawa bekal - Ananda  akan diterima-Nya.

 


Sumber: ttps://www.google.co.id/search?q=lingkungan+sekitar+masjidil+haram+ka+bah

Ada tata cara "protokoler" yang ditetapkan-Nya, tetapi pasti menimbulkan tanda  tanya - atau bahkan mungkin tawa - jika bekal yang dibawa tak cukup. Betapa tidak? Para tamu diminta mengelilingi rumah, mondar-mandir antara dua bukit, melontar dengan batu-batu kecil, mencium batu hitam, pakaian yang dikenakan pria tidak boleh berjahit, alas kaki jangan menutup mata kaki, dan bila pakaian telah dikenakan tidak boleh berhias lagi. Bersisir, menggunting kuku, dan mencabut bulu pun bila dilakukan akan terkena denda, lebih-lebih lagi bercumbu, membunuh bunatang, maupun mencabut tumbuhan.

Di sekeliling rumah-Nya banyak sekali pengunjung, sehingga banyak kepentingan yang dapat berbenturan. Di samping itu ada juga penggoda, bahkan iblis dan setan pun cukup banyak yang berkeliaran menanti mangsa atau mencari pengikut. Di sini, kalau bekal tak cukup, bukan rumah Tuhan yang dijumpai, tetapi sarang iblis yang akan kita huni.

 

Sumber: https://hidayatullah.com/berita/info-haji-umrah/2022/10/14/238313/proyek-perluasan-masjidil-haram-berlanjut-dengan-biaya-lebih-dari-200-miliar-riyal.html

Bekal yang terbaik adalah takwa (QS 2: 197), inilah pesan-Nya menjelaskan jenis bekal. Takwa adalah nama bagi kumpulan simpul-simpul keagamaan yang mencakup antara lain pengetahuan, ketabahan, keikhlasan, kesadaran akan jati diri, serta persamaan manusia dan kelemahannya di hadapan Allah SWT.

Dengan bekal pengetahuan, sang tamu akan sadar bahwa apa yang dilihat dan dilakukannya merupakan simbol-simbol yang sarat makna, dan apabila dihayati akan mengantarkannya masuk ke dalam lingkungan Ilahi. Ia akan menyadari, misalnya, bahwa rumah-Nya yang mengarah ke segala arah itu melambangkan Allah yang berada di segala arah. Dan ketika kesadaran ini muncul, tanpa segan, para tamu akan mencium atau - paling tidak - melambaikan tangan ke batu hitam tersebut. Karena itulah "Lambamg Tangan Tuhan" yang diulurkan untuk meminta para tamunya yang memgikat janji setia.

Dengan bekal kesadaran akan persamaan manusia dan kelemahannya di hadapan Allah, para tamu akan menanggalkan atribut-atribut "kebesaran" pada saat ia menanggalkan pakaian sehari-harinya dan memgenakan pakaian ihram. Sejak saat inilah ia tidak akan cepat tersinggung, apalagi marah, karena rasa kebesarannya telah pupus sejak ia memiliki bekal itu.

  


Sumber: Dokumen Pribadi

Sumber: https://monetoad.com/redir/clickGate.php?u=u68EH62H&p=q69w38pm50&m=30&r=https%3A%2F%2Fnewtab.club

Langkah pertama untuk memperoleh dan memelihara bekal itu adalah meluruskan niat. Karena itu, singkirkanlah segala rayuan, hapus semua iming-iming duniawi, dan hadapkan wajah kepada-Nya semata.

"Nilai setiap perbuatan ditentukan oleh niat pelakunya," ini keterangan Rasul-Nya. Muhammad Saw. Karena itu pula sejak dini dipesankan: "Sempurnakan haji dan umrah demi karena Allah semata (QS 2: 196).

 

Sumber: dikutip dari berbagai sumber, "Lentera hati". 2024. 20

*) Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti di SMA Negeri 1 Pangalengan, penggiat “tong eureun ngaji”, praktisi bisnis, penyuka traveling.

2 komentar:

  1. Aprilianti MH kelas X-i17 Mei 2024 pukul 08.27

    Terimakasih pak, atas literasinya yang sangat bermanfaat🙏

    BalasHapus
  2. terimakasih pak atas literasinya, sangat bermanfaat🙏🏻

    BalasHapus

MESTI TAHU!!

  "Puisi dalam Denyut Kebangsaan: Mengenang Chairil Anwar di Hari Puisi Nasional" Oleh: Yani Suryani, SP *) Hari Puisi Nasional ...