Bahasa dan Citra Pikiran
Oleh; Mesi Putri Maraiam R. S.Pd
Sedari
kecil kita sudah menggunakan bahasa yang sederhana seperti ‘oe‘ apa – apa kita
tinggal bilang ‘oe’ sehingga berkembang
menjadi Mama – papa kemudian berkembang
menjadi ‘Cayang‘ berkembang menjadi ‘sayang mama dan papa‘.
Dalam
hal ini bahasa berkembang sesuai dengan perkembangan alat komunikasi,
perkembangan fisik manusia (fonem, morfologi, sintaksis, dan wacana), dan
perkembangan peran manusia dalam kehidupan. Kemudian, pertanyaannya Apakah kita
menyadari perkembangan bahasa kita? Atau sudahkah kita menyadari bahasa yang
kita gunakan dari kecil sampai sekarang sudah menjadi bagian utama yang
mengubah kita menjadi manusia yang memahami benar dan salah, manusia yang
selalu ingin lebih baik dari hari ke hari? Jawabannya pasti kita ada yang tidak
menyadarinya.
Sumber:
https://jektvnews.disway.id/read/9102/bahasa-sebagai-alat-komunikasi-membuka-jendela-dunia-dan
Bahasa
juga penting ketika kita akan mengembangkan empat keterampilan bahasa, yaitu
berbicara, menyimak, membaca, dan menulis (Noermanzah dkk., 2018:172). Dengan
menguasai keempat keterampilan berbahasa tersebut pada dasarkan kita mampu
berkomunikasi dengan baik dan mampu melakukan perubahan-perubahan terhadap
kemajuan pribadi, masyarakat, dan bangsa. Terlebih sekarang peserta didik
dituntut untuk mendayagunakan bahasa untuk bisa berkomunikasi dengan baik dan
santun, kreatif, berpikir kritis, berkerja sama, dan berkolaborasi, dan
(Kusmiarti, 2020:207) Untuk itu, pentingnya mengaji bahasa bukan hanya sebagai
alat komunikasi, tetapi sebagai citra pikiran.
Sumber:
https://www.nusabali.com/berita/3107/membangun-citra-diri-positif
Bahasa
dan Citra Pikiran Kita dapat melacak hubungan antara bahasa dan berpikir dengan
mudah, cobalah dengan mencoba memikirkan sesuatu tanpa menggunakan bahasa.
Tentu tidak bisa kita melakukannya. Kita bisa melihat jelas seseorang yang
pikirannya kacau mengakibatkan bahasanya kacau juga. Kadang juga jika seseorang
sedang memikirkan sesuatu yang berat, yang bersangkutan tidak berselera untuk
bicara. Ada juga yang berpendapat bahwa bahasa merupakan cermin pikiran, apa
yang dibicarakan adalah apa yang dipikirkan. Bahasa terbentuk dari pikiran,
atau bentuk bahasa (secara individual dan spontan) meniru atau mengikuti bentuk
pikiran atau ide. Akan tetapi jika kita mau lebih jeli melihat, sesungguhnya
bahasa itu hanyalah wujud dari ide atau pikiran saja. Sehingga analisa bahasa
dengan melepaskannya dari analisa ide adalah kesesatan. Artinya, tidak mungkin
ada bahasa tanpa ada ide, begitu pula sebaliknya. Jadi berhati-hatilah (tetapi
bukan takut) dalam berbahasa. Seseorang dapat menilai bobot intelektualitas
kita dari apa yang kita ucapkan dan tuliskan. Citra kecerdasan kita terwujud
dalam bahasa yang kita gunakan. Dardjowidjojo (2009) mendaftar beberapa korpus
bahasa yang mencerminkan pola pikir bangsa kita. Yang pertama disebut dengan
gejala kontradiksi, seperti kasus sumbangan wajib dan cukup jelas sekali. Ada
kontradiksi pengertian sumbangan dan wajib, juga pengertian cukup dan jelas
sekali. Gejala anomali juga menghinggapi pola pikir kita yang berpola ―Kejarlah
Daku Kau Kutangkap. Judul film ini memang sengaja diciptakan secara sadar,
namun ada yang tidak disadari bahwa ungkapan yang kita lontarkan bersifat
anomali. Ungkapan tersebut antara lain: mengejar ketinggalan, mengentaskan
kemiskinan, dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Bandingkan kata mengejar
ketinggalan dengan mengejar maling, dan mengejar bis. Konsep mengejar itu
perbuatan yang akan mendapatkan apa yang kita kejar. Mengejar ketinggalan hasil
yang kita dapat adalah ketinggalan. Kata kerja mengentaskan menyatakan bahwa
kita memperoleh apapun yang kita entas. Dengan
mengentas pakaian yang dijemur maka kita akan memperoleh pakaian. Pantas saja
jika kita tertinggal terus dan miskin terus.
Sumber:
https://www.semilir.co/bahasa-budaya/
Kesimpulan
nya Bahasa sebagai citra pikiran bermakna bahwa bahasa terbentuk dari pikiran,
atau bentuk bahasa (secara individual dan spontan) meniru atau mengikuti bentuk
pikiran atau ide.
** Sumber
referensi
Prosiding
Seminar Nasional Bulan Bahasa (Semiba) 2019
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/semiba ISBN: 978-623-707438-0 306 Halaman
306-319
*) Guru Mata
Pelajaran Seni Budaya di SMAN 1 Pangalengan, Ibu rumah tangga pemerhati masalah
social budaya dan bahasa Asing
terimakasih ibuu , literasinya sangat bermanfaat 🤍🙏🏼
BalasHapusTerima kasih, literasinya
BalasHapus👍🏻👍🏻
BalasHapus