“IN SPITE OF”

 

CIPTAKAN SUGESTI POSITIF, MODAL “IN SPITE OF”, DAN PENGARUH TIGA KATA AJAIB TERHADAP KEBERHASILAN PEMBELAJAR MASA YANG AKAN DATANG

Oleh Ani Haelani, M.Pd.

 

A.    Ciptakan Sugesti Positif/ Yakinkan Realitas Dengan Pikiran Terbaik

            Banyak orang berhasil dan gagal mencapai sesuatu, sangat dipengaruhi oleh realitas pikirannya sendiri atau sugesti yang diyakini pertama untuk asupan otaknya. Pikiran dan perkataannyalah yang akhirnya menjadi kenyataan. Kenyataan sebenarnya adalah kita menciptakan sendiri realitas diri kita. Kita memiliki kekuatan yang mampu mengemudikan diri sendiri untuk terus maju.

 

Sumber: https://www.eposdigi.com/2021/05/31/opini/perilaku-sebagai-hasil-dari-sugesti/

       Meskipun setiap orang dalam lingkungan sekitar kita terus-menerus mebimbing kita, mendorong, memberi, dan sekaligus mengajar serta mendidik kita, namun, kita tetap memiliki otoritas penuh untuk mendobrak kekuatan hidup. Itu pun kalau kita mau. Jadi, kitalah yang memegang kunci kekuatan kita sendiri untuk “unlocking potential power”, yaitu membuka gembok-gembok potensi. Banyak orang ingin ke Jakarta, namun realitas pikirannya ke Yogyakarta, maka hampir mustahil sampai ke Jakarta. Kalau toh... sampai ke Jakarta bukan karena keinginan sesungguhnya, bisa jadi disebabkan kecelakaan dan tidak ada rumah sakit yang sanggup menerimanya, kecuali Jakarta. Jadi,

•         Ciptakan realitas merantau, insyaAllah merantau.
•         Ciptakan realitas bodoh pada sanak,  maka insyaAllah anak itu akan bodoh.
•         Ciptakan realitas mental karyawan, insyaAllah jadi karyawan.
•          Ciptakan realitas sakit, insyaAllah sakit.
•          Ciptakan realitas gagal. InsyaAllah gagal.
•          Ciptakan realitas tidak bisa. InsyaAllah tidak akan bisa.

Bagaimana kalau sudah menciptakan realitas sukses, tapi kok gagal terus? Mungkin, itu perasaan kita saja yang gagal. Bukankah kita sudah sukses gagal?! Jadi, sukses gagal merupakan pengalaman yang sangat luar biasa. Sebab, banyak orang yang tidak pernah gagal karena tidak pernah mencoba (trial & error).

         Ada satu hikmah yang luar biasa tentang menciptakan realitas diri sendiri yang tersurat dalam hadis Qudsi. Allah SWT berfirman, “Aku (Allah) sesuai dengan prasangka hamba-ku kepada-ku”. Jadi, ciptakanlah realitas terbaik atau sugesti positif tentang diri sendiri.

        Adapun kata kunci yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, di antaranya, katakan “Ya, saya bisa (walaupun belum bisa-bisa amat). Apabila ada yang bertanya: “are you ready?”, “Yes, I’m ready”, ya, saya siap. Itulah jawaban terbaik untuk tingkat keyakinan kita (Sekalipun misalnya, kita belum siap dari segi pengetahuan atau belum tahu bagaimana prosedur penyajian xaviar pada sebuah resto termahal di dunia, dan sebagainya), sebab, ilmu, prosedur, cara atau apa pun bisa kita cari kemudian setelah kita yakin bahwa sugesti untuk otak kita mengatakan siap.

 B.    Modal “In spite of” (walaupun)

     Setelah kita mampu bagaimana menciptakan realitas sendiri atau mensugesti diri kita sendiri dengan hal yang terbaik, maka perlu diyakinkan sekali lagi tentang jiwa kita dengan hal yang mampu mengajarkannya, yaitu asupan hati supaya mampu menerapkan rendah hati agar mampu menerima pembelajaran dari lingkungan sekitar dengan caranya yang alami.

·   Walaupun buta, Milton menulis

·   Walaupun tuli, Beethoven menggubah musik

·   Walaupun buta dan tuli, Helen Keller berpidato

·   Walaupun tangannya disiksa rematik, Renoir melukis.

·   Walaupun masih muda, Abdullah bin Abbas sangat luas ilmunya.

·  Walaupun buta, Abdullah bin Ummi Maktum pahlawan pembawa panji Islam

·   Walaupun pincang, Amr bin Jamuh menggapai surga dengan kaki pincang.

·   Walaupun budak, terumpah Bilal terdengar lebih dahulu di surga.

·  Walaupun janda miskin, Mak Eroh, peraih KALPATARU, mampu mengalirkan sungai.

·   Walaupun kita sibuk, kita tetap berliterasi, supaya kita melahirkan generasi yang literat.

Walaupun aktivitas kita padat, kita tetap menulis, agar kelak dunia mengenal kita sebagai penulis yang  pernah menulis pada satu halaman blog atau media. Walaupun... Walaupun... Walaupun...InsyaAllah, kita akan sukses.

Berani hadapi tantangan?! Bagaimana pendapat Anda?

  

Sumber: https://www.baamboozle.com/slideshow/181117

 

C.    Pengaruh Tiga Kata Ajaib Terhadap Keberhasilan Para Pembelajar Masa Depan

1)    Bisakan Anak Mengucapkan “Terima Kasih”

Kata “Terima kasih” menunjukkan rasa syukur terhadap suatu kebaikan. Mengajarkan kata ini membuat anak akan mampu menghargai dan mensyukuri usaha orang lain. Sertakan ucapan terima kasih dengan senyuman terbaik. Di masa depan, kebiasaan mengucapkan “Terima kasih” akan membuat orang bersedia untuk kembali membantu anak atau bahkan membantu Kita.

2)    Jangan biasakan anak pandai menyuruh, melainkan ajarkan anak mengucapkan kata “tolong” atau “mohon tolong”

Kata “Tolong” mengajarkan bahwa orang lain akan mau menolong atau memberikan sesuatu bila caranya sopan, begitupun sebaliknya. Ingatkan juga pada anak bahwa saat meminta tolong ia harus menyampaikannya dengan nada yang lembut/santun.

3)    Biasakan anak mengucapkan “Maaf” atau “Mohon Maaf,”

Kata “Maaf” dianggap sebagai kata yang paling “menyihir” sebab dapat mengurangi dan mengobati rasa sakit pendengarnya, terutama saat anak, secara sengaja maupun tidak, telah menyakiti seseorang. Mengucapkan kata “maaf” dengan tulus, juga akan membantu anak mengakui kesalahannya dan berusaha untuk memperbaiki perilakunya. Dalam metode pola asuh murid, biasanya latihan meminta maaf dilakukan agar anak terbiasa melakukannya. Sebab ada peribahasa mengatakan, ulah bisa karena biasa.

            Jadi, biasakanlah pembiasaan tiga kata ajaib tersebut sebab tidak semua orang mampu mengucapkan terima kasih, tolong, dan mohon maaf. Padahal, tiga kata ajaib itulah yang akan mampu mencetak generasi emas untuk masa yang akan datang.

 

 Sumber: https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-metro/baca-artikel/13141/Tiga-Kata-Ajaib-Kunci-Keberhasilan-Komunikasi.html

           Demikian literasi Gen-Literat penulis buat, yakni sebuah literatur untuk “Generasi Literat”. Generasi literat diartikan sebagai generasi yang sudah bisa memahami sesuatu karena membaca dan melakukan sesuatu berdasarkan pemahaman bacaannya. Adapun ciri – ciri orang yang telah memiliki kemampuan literasi informasi, di antaranya, dapat memecahkan masalah, dapat mengomunikasikan ide dengan baik, dapat membangun argumentasi yang logis, mampu mempertahankan argumennya, jika ada hal baru, orang tersebut tidak ragu mempelajarinya, lalu mampu menanggapi dengan kritis dan selektif. Motto agar tetap rajin membaca dan menulis: ”Jika membaca adalah cara agar kita mengenal dunia, maka menulis adalah cara agar dunia mengenal kita”. Terima kasih.

 

Referensi: Haelani, Ani. 2024. Ilmu-ilmu Humaniora Dasar, Falsafah Sosiologi Lingkungan, dan Majas Repetisi “Hidup untuk hidup”. Bandung: KTI Mandiri Komunitas Guru Penulis.

 

*) Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Pangalengan, Penggiat  Literasi, menulis beberapa artikel dan Karya Tulis Ilmiah tentang Pendidikan , Bahasa, sastra, dan lingkungan