JEJAK CERITA DI GUNUNG PADANG*)
Bagi
para penggemar arkeologi, sejarah, dan petualangan, wisata Gunung Padang adalah
destinasi yang wajib dikunjungi. Dengan kombinasi antara keindahan alam dan
misteri sejarah yang tersembunyi, Gunung Padang memberikan pengalaman tak
terlupakan bagi setiap pengunjung. Sekalipun bukan penggemar arkeolog, sejarah
atau petualang sejati, kami sebagian guru-guru SMA Negeri 1 Pangalengan mencoba
“menyambangi” Gunung Padang pada 3 Februari 2018 untuk membuktikan seberapa
indah dan “misterinya” Gunung Padang, sepulang dari perjalanan wisata keluarga
besar SMA Negeri 1 Pangalengan ke Wisata Geoparak Ciletuh. Berikut beberapa
hal menarik terkait Gunung Padang yang menjadi jejak cerita terangkum dalam tulisan ini.
Sejarah Gunung Padang
Gunung
Padang adalah sebuah Situs Megalitik yang terletak di Karyamukti, Campaka,
Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Indonesia. Situs ini diyakini sebagai warisan
budaya megalitik dari sekitar tahun 2000 SM. Situs ini terletak di atas sebuah
bukit, gunung berapi yang sudah tidak aktif, dalam serangkaian lima teras yang
dibatasi oleh dinding penahan batu yang diakses melalui 370 anak tangga andesit
yang naik sekitar 95 meter. Dengan luas mencapai 291.800 m², situs ini tercatat
sebagai kompleks punden berundak terbesar di Asia Tenggara. Keberadaan Situs
Gunung Padang pertama kali dilaporkan oleh Nicolaas Johannes Krom pada 1914.
Setelah diteliti, diketahui bahwa situs ini telah dibangun pada sekitar 500-220
SM oleh para penganut tradisi megalitik. Bahkan struktur bangunan yang paling
bawah diduga berusia lebih tua lagi, yakni berumur 8000 SM.
Foto Situs Gunung Padang (Dok. Pribadi)
Sejarah
penemuan Nama Gunung Padang sebenarnya telah diketahui sejak 1891. Tetapi,
keberadaan kompleks punden berundak di lokasi tersebut baru dilaporkan pada
1914 oleh Nicolaas Johannes Krom. Dalam tulisannya yang berjudul Rapporten
Oudheidkundige Dienst (Buletin Dinas Kepurbakalaan), Krom melaporkan bahwa di
puncak Gunung Padang terdapat empat teras yang seluruhnya disusun dari batu
kasar dan dihiasi batu tegak yang terbuat dari andesit. Selain itu, di setiap
terasnya terdapat gundukan tanah yang ditimbun batu. Krom pada awalnya mengidentifikasi
temuan itu sebagai makam, karena bentuknya yang menggunduk. Karena keterbatasan
akses ke situs, temun bersejarah di Gunung Padang sempat terlupakan selama
beberapa dekade. Barulah pada 1979, masyarakat desa setempat melaporkan tentang
keberadaan tumpukan batu-batu persegi besar dengan berbagai ukuran yang
tersusun dalam suatu tempat berundak kepada pemerintah. Setelah itu, situs ini
terus diteliti dan diketahui bahwa bangunan di Gunung Padang adalah punden
berundak yang berasal dari tradisi megalitik masa prasejarah.
Desain
Arsitektur Gunung Padang
Kompleks
punden berundak di Gunung Padang terdiri atas lima teras yang tersusun dengan
ukuran berbeda-beda. Material penyusun punden berundak di situs ini berupa
batu-batu besar andesit yang berbentuk tiang-tiang, dengan panjang dominan
sekitar satu meter. Setiap teras mempunyai pola-pola bangunan batu yang
berbeda-beda, dengan fungsi yang berbeda pula. Teras pertama merupakan bangunan
terluas, dengan jumlah batuan paling banyak. Semakin ke atas, jumlah batunya
pun semakin berkurang. Batu-batu yang jumlahnya sangat banyak tersebut tersebar
hampir menutupi seluruh puncak Gunung Padang. Saat ini, kondisinya mengalami
kerusakan pada beberapa bagian karena faktor alam ataupun aktivitas wisata yang
tidak terkendali. Akibatnya, banyak batu punden yang lepas, miring, aus,
terkelupas, retak, patah, dan jatuh ke lereng ataupun kaki bukit.
Foto dengan latar belakang “Batu Gamelan” (Dok. Pribadi)
Fungsi Gunung Padang dalam Sosiokultur
Berdasarkan
hasil penelitian, diketahui bahwa pendirian bangunan-bangunan di Situs Gunung
Padang berhubungan dengan tradisi pemujaan nenek moyang yang berakar jauh di
masa prasejarah. Pasalnya, arwah nenek moyang dipercaya tinggal di
tempat-tempat tinggi seperti gunung dan bukit. Di antara bangunan megalitik
yang ditemukan di Kabupaten Cianjur, punden berundak di Gunung Padang adalah
yang terbesar dan terlengkap. Sejauh ini, juga belum ditemukan keberadaan sisa
permukiman yang dapat dihubungkan dengan pembangunan punden. Oleh karena itu,
para peneliti meyakini bahwa punden memang ditempatkan jauh dari masyarakat dan
Situs Gunung Padang tampaknya cenderung diposisikan sebagai tempat suci,
daripada sebagai bagian dari hunian kuno. Saat ini, Situs Gunung Padang telah
ditetapkan menjadi situs cagar budaya dan menjadi destinasi wisata sejarah yang
penting di Kabupaten Cianjur.
Sekelumit Mitos Gunung Padang
Situs
Gunung Padang benar benar menyimpan misteri dan mitos. Namun dibaliknya,
terungkap sejumlah fakta dan diyakini merujuk situs megalitik terbesar oleh
peneliti dan arkeolog. Mulai dari isu bahwa situs ini merupakan sisa-sisa
peninggalan Benua Atlantis yang hilang, piramida terbesar dan tertua di dunia
yang terpendam. Hingga spekulasi bahwa Situs Megalitikum di Cianjur merupakan
peninggalan peradaban paling awal dari semua peradaban yang ada di bumi.
Dari
hasil berbagai riset terkini yang telah di lakukan baik oleh peneliti dalam
Negeri di bawah TTRM (Tim Terpadu Riset Mandiri) maupun peneliti dari luar
negeri, di temukan fakta-fakta yang membuktikan bahwa Situs Gunung Padang
memiliki usia yang sudah sangat tua. Bahkan ada kemungkinan akan menjadi
peninggalan peradaban yang tertua di bumi ! Hal ini didukung dengan berbagai
hasil pengujian karbon pada sampel-sampel yang di peroleh dari berbagai titik. BATAN
atau Badan Tenaga Atom Nasional milik Amerika Serikat yang bertempat di Miami
telah merilis hasil uji karbon pada sampel coring yang ada di sejumlah titik. Hasilnya
menunjukkan bahwa usia Situs Gunung Padang ini lebih tua dari 11 ribu tahun.
Bahkan yang lebih mengejutkan lagi yaitu adanya temuan pada kedalaman lapisan
5-12 meter yang di perkirakan berusia lebih tua dari 25.000 Tahun SM. (Sumber:
Wikipedia)
Sebagai pembanding, Piramida Giza di Mesir yang merupakan satu dari 7
keajaiban dunia ini selama ini di anggap sebagai bangunan piramida tertua di
dunia. Sering juga di sebutkan sebagai pusat peradaban tertua di dunia. Namun
tahukan Ananda jika bangunan ini hanya berusia 2560 SM? Kalah jauh jika banding
dengan hasil penelitian di Gunung Padang yang menunjukkah hasil lebih tua dari
25.000 SM. Jika nanti memang terbukti secara ilmiah dengan berbagai riset yang
di lakukan bahwa usia peradaban di Situs Gunung Padang ternyata lebih tua dari
25.000 SM. Maka sejarah dan peta peradaban dunia akan berubah. Bukan lagi di
Mesopotamia atau Mesir yang menjadi awal peradaban manusia di dunia, melainkan
di Indonesia. Ya, Indonesia akan menjadi tanah nenek moyang bangsa-bangsa di
dunia !
Demikian sekilas tentang Gunung Padang, situs megalitukum yang penuh misteri tetapi menjanjikan sensasi keindahan alam untuk didatangi dan “ditafakuri” begitu Kemahabesaran Allah SWT. menciptakan bumi bersama isinya lengkap dengan segala keteraturan yang mengaharuskan kita bersyukur dianugrahi bumi pertiwi gemah ripah lohjinawi ini.
*) dikutif dari (r03s)
https://id.wikipedia.org/wiki/Situs_Gunung_Padang
Foto Dokumen
Pribadi
Terimakasih ilmu nya pak sangat bermanfaat sekali bagi saya menambah pengetahuan 🙏 memang benar ya membaca itu jendela dunia.
BalasHapus.Banyak hal yang tak terduga setelah pulang dari situs Gunung Padang 🤭
BalasHapus