Selasa, 16 Januari 2024

JEJAK CERITA DI GUNUNG PADANG

 

JEJAK CERITA DI GUNUNG PADANG*)


Bagi para penggemar arkeologi, sejarah, dan petualangan, wisata Gunung Padang adalah destinasi yang wajib dikunjungi. Dengan kombinasi antara keindahan alam dan misteri sejarah yang tersembunyi, Gunung Padang memberikan pengalaman tak terlupakan bagi setiap pengunjung. Sekalipun bukan penggemar arkeolog, sejarah atau petualang sejati, kami sebagian guru-guru SMA Negeri 1 Pangalengan mencoba “menyambangi” Gunung Padang pada 3 Februari 2018 untuk membuktikan seberapa indah dan “misterinya” Gunung Padang, sepulang dari perjalanan wisata keluarga besar SMA Negeri 1 Pangalengan ke Wisata Geoparak Ciletuh. Berikut beberapa hal menarik terkait Gunung Padang yang menjadi jejak cerita terangkum dalam tulisan ini.

Foto penulis dan rekan di depan Penanda tempat “Geopark Ciletuh (Dok. Pribadi)

Sejarah Gunung Padang

Gunung Padang adalah sebuah Situs Megalitik yang terletak di Karyamukti, Campaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Indonesia. Situs ini diyakini sebagai warisan budaya megalitik dari sekitar tahun 2000 SM. Situs ini terletak di atas sebuah bukit, gunung berapi yang sudah tidak aktif, dalam serangkaian lima teras yang dibatasi oleh dinding penahan batu yang diakses melalui 370 anak tangga andesit yang naik sekitar 95 meter. Dengan luas mencapai 291.800 m², situs ini tercatat sebagai kompleks punden berundak terbesar di Asia Tenggara. Keberadaan Situs Gunung Padang pertama kali dilaporkan oleh Nicolaas Johannes Krom pada 1914. Setelah diteliti, diketahui bahwa situs ini telah dibangun pada sekitar 500-220 SM oleh para penganut tradisi megalitik. Bahkan struktur bangunan yang paling bawah diduga berusia lebih tua lagi, yakni berumur 8000 SM.

Foto Situs Gunung Padang (Dok. Pribadi)

Sejarah penemuan Nama Gunung Padang sebenarnya telah diketahui sejak 1891. Tetapi, keberadaan kompleks punden berundak di lokasi tersebut baru dilaporkan pada 1914 oleh Nicolaas Johannes Krom. Dalam tulisannya yang berjudul Rapporten Oudheidkundige Dienst (Buletin Dinas Kepurbakalaan), Krom melaporkan bahwa di puncak Gunung Padang terdapat empat teras yang seluruhnya disusun dari batu kasar dan dihiasi batu tegak yang terbuat dari andesit. Selain itu, di setiap terasnya terdapat gundukan tanah yang ditimbun batu. Krom pada awalnya mengidentifikasi temuan itu sebagai makam, karena bentuknya yang menggunduk. Karena keterbatasan akses ke situs, temun bersejarah di Gunung Padang sempat terlupakan selama beberapa dekade. Barulah pada 1979, masyarakat desa setempat melaporkan tentang keberadaan tumpukan batu-batu persegi besar dengan berbagai ukuran yang tersusun dalam suatu tempat berundak kepada pemerintah. Setelah itu, situs ini terus diteliti dan diketahui bahwa bangunan di Gunung Padang adalah punden berundak yang berasal dari tradisi megalitik masa prasejarah.

Desain Arsitektur Gunung Padang

Kompleks punden berundak di Gunung Padang terdiri atas lima teras yang tersusun dengan ukuran berbeda-beda. Material penyusun punden berundak di situs ini berupa batu-batu besar andesit yang berbentuk tiang-tiang, dengan panjang dominan sekitar satu meter. Setiap teras mempunyai pola-pola bangunan batu yang berbeda-beda, dengan fungsi yang berbeda pula. Teras pertama merupakan bangunan terluas, dengan jumlah batuan paling banyak. Semakin ke atas, jumlah batunya pun semakin berkurang. Batu-batu yang jumlahnya sangat banyak tersebut tersebar hampir menutupi seluruh puncak Gunung Padang. Saat ini, kondisinya mengalami kerusakan pada beberapa bagian karena faktor alam ataupun aktivitas wisata yang tidak terkendali. Akibatnya, banyak batu punden yang lepas, miring, aus, terkelupas, retak, patah, dan jatuh ke lereng ataupun kaki bukit.

Foto dengan latar belakang “Batu Gamelan” (Dok. Pribadi)

Fungsi Gunung Padang dalam Sosiokultur 

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa pendirian bangunan-bangunan di Situs Gunung Padang berhubungan dengan tradisi pemujaan nenek moyang yang berakar jauh di masa prasejarah. Pasalnya, arwah nenek moyang dipercaya tinggal di tempat-tempat tinggi seperti gunung dan bukit. Di antara bangunan megalitik yang ditemukan di Kabupaten Cianjur, punden berundak di Gunung Padang adalah yang terbesar dan terlengkap. Sejauh ini, juga belum ditemukan keberadaan sisa permukiman yang dapat dihubungkan dengan pembangunan punden. Oleh karena itu, para peneliti meyakini bahwa punden memang ditempatkan jauh dari masyarakat dan Situs Gunung Padang tampaknya cenderung diposisikan sebagai tempat suci, daripada sebagai bagian dari hunian kuno. Saat ini, Situs Gunung Padang telah ditetapkan menjadi situs cagar budaya dan menjadi destinasi wisata sejarah yang penting di Kabupaten Cianjur.

Sekelumit Mitos Gunung Padang

Situs Gunung Padang benar benar menyimpan misteri dan mitos. Namun dibaliknya, terungkap sejumlah fakta dan diyakini merujuk situs megalitik terbesar oleh peneliti dan arkeolog. Mulai dari isu bahwa situs ini merupakan sisa-sisa peninggalan Benua Atlantis yang hilang, piramida terbesar dan tertua di dunia yang terpendam. Hingga spekulasi bahwa Situs Megalitikum di Cianjur merupakan peninggalan peradaban paling awal dari semua peradaban yang ada di bumi.

Foto “Batu Gamelan” di puncak Gunung Padang (Dok. Pribadi)

Dari hasil berbagai riset terkini yang telah di lakukan baik oleh peneliti dalam Negeri di bawah TTRM (Tim Terpadu Riset Mandiri) maupun peneliti dari luar negeri, di temukan fakta-fakta yang membuktikan bahwa Situs Gunung Padang memiliki usia yang sudah sangat tua. Bahkan ada kemungkinan akan menjadi peninggalan peradaban yang tertua di bumi ! Hal ini didukung dengan berbagai hasil pengujian karbon pada sampel-sampel yang di peroleh dari berbagai titik. BATAN atau Badan Tenaga Atom Nasional milik Amerika Serikat yang bertempat di Miami telah merilis hasil uji karbon pada sampel coring yang ada di sejumlah titik. Hasilnya menunjukkan bahwa usia Situs Gunung Padang ini lebih tua dari 11 ribu tahun. Bahkan yang lebih mengejutkan lagi yaitu adanya temuan pada kedalaman lapisan 5-12 meter yang di perkirakan berusia lebih tua dari 25.000 Tahun SM. (Sumber: Wikipedia)

Sebagai pembanding, Piramida   Giza di Mesir yang merupakan satu dari 7 keajaiban dunia ini selama ini di anggap sebagai bangunan piramida tertua di dunia. Sering juga di sebutkan sebagai pusat peradaban tertua di dunia. Namun tahukan Ananda jika bangunan ini hanya berusia 2560 SM? Kalah jauh jika banding dengan hasil penelitian di Gunung Padang yang menunjukkah hasil lebih tua dari 25.000 SM. Jika nanti memang terbukti secara ilmiah dengan berbagai riset yang di lakukan bahwa usia peradaban di Situs Gunung Padang ternyata lebih tua dari 25.000 SM. Maka sejarah dan peta peradaban dunia akan berubah. Bukan lagi di Mesopotamia atau Mesir yang menjadi awal peradaban manusia di dunia, melainkan di Indonesia. Ya, Indonesia akan menjadi tanah nenek moyang bangsa-bangsa di dunia !

Demikian sekilas tentang Gunung Padang, situs megalitukum yang penuh misteri tetapi menjanjikan sensasi keindahan alam untuk didatangi dan “ditafakuri” begitu Kemahabesaran Allah SWT. menciptakan bumi bersama isinya lengkap dengan segala keteraturan yang mengaharuskan kita bersyukur dianugrahi bumi pertiwi  gemah ripah lohjinawi ini. 

*) dikutif dari  (r03s)

https://id.wikipedia.org/wiki/Situs_Gunung_Padang

https://www.kompas.com/tren/read/2022/12/18/120100765/sejarah-dan-asal-usul-situs-gunung-padang?page=all

https://gnpadang.com/

https://indonesiakaya.com/pustaka-indonesia/situs-megalitikum-gunung-padang-sebuah-peradaban-kuno-yang-menakjubkan/

Foto Dokumen Pribadi


2 komentar:

  1. Terimakasih ilmu nya pak sangat bermanfaat sekali bagi saya menambah pengetahuan 🙏 memang benar ya membaca itu jendela dunia.

    BalasHapus
  2. .Banyak hal yang tak terduga setelah pulang dari situs Gunung Padang 🤭

    BalasHapus

MENTAL HEALTH

SMILING DEPRESSION Oleh: Dini Siti Nurjanah, S.Kom.I *)   Sumber: https://www.kompasiana.com/mutiarafirdaus3010/640d856a08a8b54ff7756e...