Senin, 15 Januari 2024

“ALAY” GENERASI “LEBAY”


 “ALAY” GENERASI “LEBAY”

Oleh: Rusmana*)

Penggunaan media komunikasi yang saat ini tengah mewabah di berbagai belahan dunia adalah situs jejaring sosial Facebook (Fb), Instagram (Ig), Twiter, dan Tiktok. Bagi sebagian orang, adanya situs ini sangat menguntungkan mereka. Para pengguna dapat menjalin hubungan lagi dengan teman lama yang sudah lama tidak mereka temui serta mendapatkan teman/kenalan baru. Selain itu lewat situs ini, masyarakat dapat memublikasikan sesuatu. layaknya seperti pariwara di televisi atau spanduk dan pamflet di jalanan bahkan berkembang menjadi media jual beli/transaksi beragam barang dan jasa yang sangat menjajikan  dikenal luas sebagai online shop (olshop).

Sumber: https:// www.merdeka.com/jateng/50-kata-kata-alay-terbaru-dan-artinya-cocok-untuk-caption-media-sosial-kln.html

Beriring dengan pesatnya penggunaan jejaring sosial, terjadilah pergeseran penggunaan bahasa Indonesia secara perlahan karena munculnya modifikasi bahasa yang sering disebut dengan bahasa Alay. Bahkan bukan hanya dalam dunia maya, bahasa Alay juga banyak ditemukan di media konvensional lainnya. Terutama pada yang berkaitan langsung dengan remaja, misalnya acara-acara ditelevisi yang menjadi totonan utama dan memang ditujukan kepada para remaja. Variasi bahasa Alay merupakan penggunaan kombinasi huruf, angka, atau simbol-simbol lain yang mirip atau mewakili bentuk huruf atau kata. Variasi bahasa Alay umumnya sering digunakan dalam bentuk tulisan, seperti pada saat mengirim SMS (Short Message Service) dan meng-update status di Fb (atau situs jejaring sosial lainnya, seperti Twitter, Friendster, What App group, Yahoo Messenger, Kaskus). Uniknya, bahasa pergaulan yang sebenamya diciptakan dan dipakai di kalangan tertentu justru berkembang menjadi bahasa pergaulan yang digunakan sehari-hari.

Menurut beberapa sumber, kata “Alay” berasal dari akronim ‘Anak Layangan’ atau ‘Anak Lebay’. Kata Alay diistilahkan bagi anak yang menganggap dirinya paling keren, gaul, dalam selera berbusana, musik, dan segala sesuatu yang sedang tren pada zamannya. Konon, kata “Alay” diartikan sebagai “anak kampungan”, karena anak kampung umumnya berkulit gelap dan berambut merah seperti terlalu banyak bermain layangan (tersengat sinar matahari). Namun, belakangan kata “Alay” mengacu pada sosok anak yang lebay (berlebihan), fenomena ini dalam konteks ilmu Bahasa/linguistik disebut fenomena “peyorasi”.

Sumber: https://www.merdeka.com/peristiwa/bahasa-alay-tetap-jadi-tren-bagi-remaja-saat-ini.html

 Perilaku Alay yang berkembang di masyarakat tidak hanya berupa bahasa/tulisan saja melainkan juga mempengaruhi gaya berpakaian serta tingkah laku. Gaya berpakaian mereka selalu mengikuti trend dengan padanan pakaian yang tidak serasi (celana pensil ketat) dan dengan tatanan rambut yang bagi kebanyakan orang bergaya norak (seperti style rambut ala Kangen Band, dan lain-lain). Tingkah laku yang mencirikan anak Alay, dalam beberapa artikel di internet, mengarah pada sifat narsis yang dimiliki anak Alay. Sifat narsis yang dimaksud adalah dengan berpose di depan kamera (kamera digital, handphone, dan lain-lain) di segala situasi. Pose yang diperlihatkan pun berbagai macam, misalnya mengambil foto wajah dari arah bawah, samping, atau atas dengan telunjuk menempel pada bibir (seperti melakukan isyarat bila kita menginginkan lawan bicara kita diam).



Sumber:https://youtube.com/watch?v=MlI8BioxZ84

Pesatnya perkembangan IPTEK dianggap sebagai faktor utama yang mempengaruhi perkembangan variasi bahasa Alay di kalangan remaja Indonesia. Seperti yang telah disinggung sebelumnya, bahwa variasi bahasa Alay pada awalnya digunakani untuk mengirim SMS dan kemudian berkembang di dunia maya. Internetlah yang paling berperan terhadap perkembangan variasi bahasa Alay. Selaian itu, adanya sosok musisi favorit juga mempengaruhi keberadaan anak-anak Alay. Setidaknya mereka meniru gaya berpakaian musisi favoritnya. Dari beberapa sumber di internet, sebagian besar masyarakat berpendapat bahwa musisi/band favorit yang termasuk dalam ciri-ciri Alay adalah Kangen Band, ST 12, dan sejenisnya yang membawa aliran musik pop melayu. Kesetiaan para fans terhadap musisi favoritnya diperlihatkan dengan cara mengikuti gaya dan style mereka sekalipun terkesan lebay.

Munculnya fenomena “budaya Alay” terutama maraknya penggunaan Bahasa Alay dalam kehidupan sehari-hari diyakini dapat mempengaruhi kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia bagi masyarakat Indonesia. Sebab bahasa Indonesia merupakan bahasa negara, bahasa pemersatu, dan sebagai identitas diri bangsa indonesia yang tidak mungkin dan tidak akan pernah bergeser maupun berubah fungsi dan kedudukannya bagi masyarakat Indonesia, karena fenomena kebahasaan hanya bersifat temporal atau sementara.


Sumber: https://www.google.co.id/search?q=bahasa+alay&sca_esv=598597704&hl

Kurangnya kesadaran untuk mencintai bahasa di negeri sendiri berdampak pada tergilasnya atau lunturnya bahasa Indonesia di masyarakat penuturnya (filologi). Salah satu upaya untuk tetap melestarikan bahasa nasional adalah pemerintah bersama segenap lapisan masyarakat menjunjung tinggi bahasa Indonesia agar tetap menjadi bahasa yang dapat dibanggakan dan sejajar dengan bahasa-bahasa di seluruh dunia. Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi negara kita dan juga sebagai identitas bangsa. Untuk itulah, kita sebagai generasi muda, harus cermat dalam memilih serta mengikuti trend yang ada. Jangan sampai merusak budaya bahasa kita sendiri dengan “menghamba” pada generasi Alay yang terang-terangan merusak jati diri bangsa kita menjadi bangsa yang lebay.

Bandung, medio Januari 2024

*) Rusmana

Guru SMA Negeri 1 Pangalengan

 

"J4NGN LP KOM3N PK3 B.4L4Y YA!!"





12 komentar:

  1. takbir! ALLAHUAKBAR

    BalasHapus
  2. Benar itu kata kata seperti itu juga bisa menyakiti hati jika sembarang di sebut

    BalasHapus
  3. Jangan alay yahh pakk lebay

    BalasHapus
  4. s1aP p4K🥰😍😘🪷🌷🌷

    BalasHapus
  5. Sangat bermanfaat sekali bapak terimakasih

    BalasHapus
  6. Zaman saya SMA dulu, zaman mengetik tugas sekolah masih menggunakan mesin tik manual (masih jauh dari yang namanya mesin tik elektrik, mesin tik elektronik, apalagi komputer, gadget), fenomena ini sudah ada. Simbol-simbol berupa angka atau yang lainnya sering digunakan . Biasanya untuk hal- hal yang bersifat rahasia, berlaku antar sesama kelompok, atau bahkan dalam ' surat cinta', Selain menggunakan simbol, tulisan atau kata yang dibalik pun dipakai. Hal ini dimaksudkan agar bila tulisan yang kita buat secara tak sengaja terbaca oleh orang lain, m€r€<4 h4ru$ 3€rup4¥4 $€d1<1+ un+u< d4p4+ m€m4h4m1n¥4. Utigeb gnaruk hibel. (Colek pak Pepi untuk kalimat terakhir)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ruarrr biasa....msh mengingat jaman "jahiliyah"😁😁😁

      Hapus
  7. Benar sekali pak saya setuju dengan teks ini, zaman sekarang banyak anak-anak gang lebih mengenal bahasa alay dibandingkan bahasa Indonesia yang baku. Bay Alayy!

    BalasHapus

MENTAL HEALTH

SMILING DEPRESSION Oleh: Dini Siti Nurjanah, S.Kom.I *)   Sumber: https://www.kompasiana.com/mutiarafirdaus3010/640d856a08a8b54ff7756e...