Oleh: Rusmana*)
Penggunaan media komunikasi yang saat ini tengah mewabah
di berbagai belahan dunia adalah situs jejaring sosial Facebook (Fb), Instagram
(Ig), Twiter, dan Tiktok. Bagi sebagian orang, adanya situs ini sangat
menguntungkan mereka. Para pengguna dapat menjalin hubungan lagi dengan teman
lama yang sudah lama tidak mereka temui serta mendapatkan teman/kenalan baru.
Selain itu lewat situs ini, masyarakat dapat memublikasikan sesuatu. layaknya
seperti pariwara di televisi atau spanduk dan pamflet di jalanan bahkan
berkembang menjadi media jual beli/transaksi beragam barang dan jasa yang
sangat menjajikan dikenal luas sebagai online
shop (olshop).
Sumber: https:// www.merdeka.com/jateng/50-kata-kata-alay-terbaru-dan-artinya-cocok-untuk-caption-media-sosial-kln.html
Beriring dengan pesatnya penggunaan
jejaring sosial, terjadilah pergeseran penggunaan bahasa Indonesia secara
perlahan karena munculnya modifikasi bahasa yang sering disebut dengan bahasa Alay.
Bahkan bukan hanya dalam dunia maya, bahasa Alay juga banyak ditemukan
di media konvensional lainnya. Terutama pada yang berkaitan langsung dengan
remaja, misalnya acara-acara ditelevisi yang menjadi totonan utama dan memang
ditujukan kepada para remaja. Variasi bahasa Alay merupakan penggunaan
kombinasi huruf, angka, atau simbol-simbol lain yang mirip atau mewakili bentuk
huruf atau kata. Variasi bahasa Alay umumnya sering digunakan dalam bentuk
tulisan, seperti pada saat mengirim SMS (Short Message Service) dan
meng-update status di Fb (atau situs jejaring sosial lainnya, seperti
Twitter, Friendster, What App group, Yahoo Messenger, Kaskus). Uniknya, bahasa
pergaulan yang sebenamya diciptakan dan dipakai di kalangan tertentu justru
berkembang menjadi bahasa pergaulan yang digunakan sehari-hari.
Menurut beberapa sumber, kata “Alay” berasal dari
akronim ‘Anak Layangan’ atau ‘Anak Lebay’. Kata Alay diistilahkan bagi anak
yang menganggap dirinya paling keren, gaul, dalam selera berbusana, musik, dan
segala sesuatu yang sedang tren pada zamannya. Konon, kata “Alay” diartikan
sebagai “anak kampungan”, karena anak kampung umumnya berkulit gelap dan
berambut merah seperti terlalu banyak bermain layangan (tersengat sinar
matahari). Namun, belakangan kata “Alay” mengacu pada sosok anak yang
lebay (berlebihan), fenomena ini dalam konteks ilmu Bahasa/linguistik disebut
fenomena “peyorasi”.
Sumber: https://www.merdeka.com/peristiwa/bahasa-alay-tetap-jadi-tren-bagi-remaja-saat-ini.html
Perilaku Alay yang berkembang di masyarakat tidak hanya berupa bahasa/tulisan saja melainkan juga mempengaruhi gaya berpakaian serta tingkah laku. Gaya berpakaian mereka selalu mengikuti trend dengan padanan pakaian yang tidak serasi (celana pensil ketat) dan dengan tatanan rambut yang bagi kebanyakan orang bergaya norak (seperti style rambut ala Kangen Band, dan lain-lain). Tingkah laku yang mencirikan anak Alay, dalam beberapa artikel di internet, mengarah pada sifat narsis yang dimiliki anak Alay. Sifat narsis yang dimaksud adalah dengan berpose di depan kamera (kamera digital, handphone, dan lain-lain) di segala situasi. Pose yang diperlihatkan pun berbagai macam, misalnya mengambil foto wajah dari arah bawah, samping, atau atas dengan telunjuk menempel pada bibir (seperti melakukan isyarat bila kita menginginkan lawan bicara kita diam).
Pesatnya perkembangan IPTEK dianggap sebagai faktor utama
yang mempengaruhi perkembangan variasi bahasa Alay di kalangan remaja
Indonesia. Seperti yang telah disinggung sebelumnya, bahwa variasi bahasa Alay
pada awalnya digunakani untuk mengirim SMS dan kemudian berkembang di dunia
maya. Internetlah yang paling berperan terhadap perkembangan variasi bahasa Alay.
Selaian itu, adanya sosok musisi favorit juga mempengaruhi keberadaan anak-anak
Alay. Setidaknya mereka meniru gaya berpakaian musisi favoritnya. Dari
beberapa sumber di internet, sebagian besar masyarakat berpendapat bahwa
musisi/band favorit yang termasuk dalam ciri-ciri Alay adalah Kangen
Band, ST 12, dan sejenisnya yang membawa aliran musik pop melayu. Kesetiaan
para fans terhadap musisi favoritnya diperlihatkan dengan cara mengikuti gaya
dan style mereka sekalipun terkesan lebay.
Munculnya fenomena “budaya Alay” terutama maraknya
penggunaan Bahasa Alay dalam kehidupan sehari-hari diyakini dapat mempengaruhi
kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia bagi masyarakat Indonesia. Sebab bahasa
Indonesia merupakan bahasa negara, bahasa pemersatu, dan sebagai identitas diri
bangsa indonesia yang tidak mungkin dan tidak akan pernah bergeser maupun
berubah fungsi dan kedudukannya bagi masyarakat Indonesia, karena fenomena
kebahasaan hanya bersifat temporal atau sementara.
Sumber: https://www.google.co.id/search?q=bahasa+alay&sca_esv=598597704&hl
Kurangnya kesadaran untuk mencintai bahasa di negeri
sendiri berdampak pada tergilasnya atau lunturnya bahasa Indonesia di masyarakat
penuturnya (filologi). Salah satu upaya untuk tetap melestarikan bahasa
nasional adalah pemerintah bersama segenap lapisan masyarakat menjunjung tinggi
bahasa Indonesia agar tetap menjadi bahasa yang dapat dibanggakan dan sejajar
dengan bahasa-bahasa di seluruh dunia. Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi
negara kita dan juga sebagai identitas bangsa. Untuk itulah, kita sebagai
generasi muda, harus cermat dalam memilih serta mengikuti trend yang
ada. Jangan sampai merusak budaya bahasa kita sendiri dengan “menghamba” pada generasi
Alay yang terang-terangan merusak jati diri bangsa kita menjadi bangsa
yang lebay.
Bandung, medio Januari 2024
*) Rusmana
Guru SMA Negeri 1 Pangalengan
hohohohohoho
BalasHapusmantap
BalasHapustakbir! ALLAHUAKBAR
BalasHapusBenar itu kata kata seperti itu juga bisa menyakiti hati jika sembarang di sebut
BalasHapusJangan alay yahh pakk lebay
BalasHapusiyaaa bener sekali
BalasHapuss1aP p4K🥰😍😘🪷🌷🌷
BalasHapusSangat bermanfaat sekali bapak terimakasih
BalasHapusZaman saya SMA dulu, zaman mengetik tugas sekolah masih menggunakan mesin tik manual (masih jauh dari yang namanya mesin tik elektrik, mesin tik elektronik, apalagi komputer, gadget), fenomena ini sudah ada. Simbol-simbol berupa angka atau yang lainnya sering digunakan . Biasanya untuk hal- hal yang bersifat rahasia, berlaku antar sesama kelompok, atau bahkan dalam ' surat cinta', Selain menggunakan simbol, tulisan atau kata yang dibalik pun dipakai. Hal ini dimaksudkan agar bila tulisan yang kita buat secara tak sengaja terbaca oleh orang lain, m€r€<4 h4ru$ 3€rup4¥4 $€d1<1+ un+u< d4p4+ m€m4h4m1n¥4. Utigeb gnaruk hibel. (Colek pak Pepi untuk kalimat terakhir)
BalasHapusRuarrr biasa....msh mengingat jaman "jahiliyah"😁😁😁
HapusMantapp pak
BalasHapusBenar sekali pak saya setuju dengan teks ini, zaman sekarang banyak anak-anak gang lebih mengenal bahasa alay dibandingkan bahasa Indonesia yang baku. Bay Alayy!
BalasHapus