"Selamat menikmati liburan akhir semester....semoga libur menambah keberkahan dan kedekatan dengan keluarga...jangan lupa tetap sempatkan belajar"

Senin, 10 November 2025

Personality

 HUBRIS DAN KEJATUHAN SANG JENIUS

(Ketika Kepercayaan Diri Membunuh Realitas)

Oleh: Yuli Yuliani, S.Pd*)

Sejarah sering kali mengenang para penakluk bukan hanya dari puncak kejayaan mereka, tetapi dari dalamnya jurang kejatuhan yang mereka ciptakan sendiri. Bagi sebagian orang, kekuasaan adalah mahkota yang terbuat dari emas murni; bagi yang lain, itu adalah belenggu tak terlihat yang mengikat akal sehat. Kita berbicara tentang masa ketika seluruh Eropa berlutut di bawah bayangan satu nama, nama yang identik dengan genius militer, ambisi tak terbatas, dan kemuliaan kekaisaran NAPOLEON BONAPARTE.

Sumber: https://www.culturefrontier.com/napoleon-bonaparte/

Dialah sang Jenderal Besar yang melampaui batas-batas kemanusiaan, yang mengubah dirinya dari seorang perwira menjadi Kaisar Perancis. Di matanya, peta dunia hanyalah papan catur yang menunggu giliran untuk ia pindahkan bidaknya. Namun, di balik seragam kebesaran dan topi bicorne legendaris itu, bersembunyi virus paling mematikan bagi seorang pemimpin “Ego yang Menolak Realitas”.

Inilah kisah tentang bagaimana keyakinan bahwa "tidak ada yang bisa mengalahkan dirinya" menjadi kutukan terbesarnya. Napoleon berdiri di puncak dunia, merasakan hembusan angin kemenangan yang memabukkan. Di hatinya, ia menanamkan keyakinan kejam bahwa ia adalah entitas yang tak terkalahkan, melampaui batas-batas manusia. Keyakinan itu menjelma menjadi ego raksasa yang membungkam setiap suara nalar, setiap bisikan nasehat yang datang dari jajarannya. Maka, ketika ide invasi ke Rusia muncul, sebuah negeri yang luas dan dingin Napoleon menutup telinganya rapat-rapat. Ia mengabaikan peringatan tentang jarak, logistik, dan sang jenderal terkuat Rusia, Musim Dingin.

 
Sumber: https://lost-in-history.com/napoleons-failed-invasion-of-russia/

Dengan kesombongan seorang dewa, ia memimpin Grande Armée yang berjumlah fantastis, 600.000 jiwa, memasuki jantung dingin timur. Perjalanan itu adalah mars menuju neraka yang diselimuti salju. Saat ia kembali, yang tersisa hanyalah bayangan pasukan yang hancur, hanya 10% dari jumlah awal. 540.000 nyawa lenyap, dibekukan oleh ego yang menolak untuk berempati pada realitas. Pengorbanan massal ini adalah noda darah tergelap di jubah kebesarannya. Keangkuhan itu membawanya ke pengasingan pertama, namun api ambisi tidak pernah padam. Ia lolos, kembali dengan segelintir pasukan, seolah menantang takdir untuk kali terakhir. Pertarungan akhir, sebuah epik berdarah yang abadi, adalah Waterloo. Di sana, mahkota kegemilangannya pecah berkeping-keping.

 
Sumber: https://www.historyhit.com/ask-dan-battle-of-waterloo/

Napoleon kalah. Bukan karena kurangnya strategi, melainkan karena ketidakmauan untuk belajar dari kekalahan sebelumnya. Ego sekali lagi merampas kesempatan terakhirnya. Akhirnya, ia terdampar dan mati sendirian di pulau terpencil Saint Helena sebuah akhir yang ironis bagi manusia yang pernah memegang nasib seluruh benua di telapak tangannya. Kisah Napoleon abadi sebagai parabel tragis: bukti bahwa jika ia saja mau sedikit menundukkan kepala, mengakui batas diri dan kemampuan, serta mendengarkan saran, ia mungkin akan menjadi legenda yang lebih besar dari penakluk yang kita kenal sekarang; sebuah legenda yang dihiasi kebijaksanaan, bukan sekadar ambisi yang berlumuran darah.

 
Sumber: https://nationalgeographic.grid.id/read/134167628/mati-melarat-di-pengasingan-benarkah-napoleon-dibunuh-dengan-arsenik?page=all

Kisah Napoleon Bonaparte menawarkan studi kasus psikologis yang sangat kaya, terutama dalam kaitannya dengan ego, narsisme, dan psikoanalisis Freud.

a.       Ego yang Berlebihan (Hubris)

Hubris adalah kepercayaan diri yang berlebihan dan kesombongan ekstrem yang membuat seseorang percaya bahwa mereka berada di atas hukum, kritik, atau bahkan batasan fisik/logistik.

Implikasi pada Napoleon:

·         Penolakan Saran: Ego menghalanginya untuk menerima nasehat realistis tentang tantangan logistik dan musim dingin Rusia. Ia memandang pandangan orang lain sebagai tanda kelemahan atau pengkhianatan.

·         Distorsi Realitas: Ego Napoleon mendistorsi persepsinya, membuatnya meremehkan musuh (Rusia) dan melebih-lebihkan kekuatannya sendiri (pasukan yang sangat besar namun rentan terhadap jarak dan cuaca).

Kisah Napoleon juga dapat dianalisis dengan baik melalui model struktur kepribadian Psikoanalisa Sigmund Freud: Id, Ego, dan Superego.

Sumber:https://www.researchgate.net/figure/Sigmund-Freuds-psychoanalytic-theory

Dalam konteks invasi Rusia dan kekalahan berikutnya, terjadi dominasi Id yang tidak terkontrol oleh Ego yang disfungsi:

Komponen Freud

Peran dan Kaitannya dengan Napoleon

Id (Prinsip Kesenangan)

Mendorong ambisi primitif dan keinginan untuk berkuasa serta menaklukkan seluruh dunia ("Aku harus punya segalanya"). Id mendorong impuls invasi tanpa mempedulikan konsekuensi.

Ego (Prinsip Realitas)

Bertanggung jawab untuk menyeimbangkan Id dengan realitas eksternal. Dalam kasus Napoleon, Ego-nya GAGAL menjalankan fungsinya. Ego seharusnya menyaring dan mengatakan: "Kita tidak bisa melawan musim dingin Rusia; logistiknya mustahil."

Superego (Moralitas dan Hati Nurani)

Mewakili nilai-nilai moral dan ideal. Superego Napoleon sangat lemah atau dikesampingkan. Hilangnya rasa bersalah atas kematian massal menunjukkan Superego yang hampir tidak berfungsi, didominasi oleh Id yang menginginkan kekuasaan absolut.

 

b.       Narsisme Kepemimpinan (Leadership Narcissism)

Perilaku Napoleon menunjukkan ciri-ciri narsisme yang parah dalam kepemimpinan, yang cenderung muncul pada individu yang memiliki kekuasaan mutlak.

·         Ciri-ciri: Kebutuhan akan kekaguman tanpa batas, kurangnya empati (terbukti dari mengorbankan 540.000 nyawa demi ambisi pribadi), dan perasaan memiliki hak istimewa (entitlement).

·         Dampak: Narsisme membuatnya mengidentifikasi kegagalan sebagai kehancuran diri, yang menjelaskan mengapa ia kabur dari pengasingan pertama kali (Elba). Ia tidak bisa menerima hidup biasa dan harus membuktikan kehebatannya lagi, yang berujung pada kekalahan total di Waterloo.

Secara keseluruhan, cerita ini mengajarkan bahwa kegagalan untuk menyadari batasan diri dan membiarkan Ego menjadi budak Id adalah resep menuju kehancuran, bahkan bagi tokoh yang paling brilian sekalipun. Maka, biarlah kisah jatuhnya Napoleon yang epik, dari Kaisar yang menguasai benua hingga pengasingan yang sunyi di Saint Helena, menjadi cermin yang tajam bagi kita semua. Ia mengajarkan, bahwa di puncak kesuksesan tertinggi sekalipun, musuh terbesar seorang manusia bukanlah lawan di medan perang, melainkan ego yang tak mau tunduk pada nalar. Keberanian sejati bukanlah pada kemampuan untuk menaklukkan dunia, melainkan pada kerendahan hati untuk menaklukkan diri sendiri. Jangan biarkan bisikan hubris yang memabukkan menenggelamkan suara-suara peringatan yang berharga. Jangan biarkan keyakinan bahwa kita "tak terkalahkan" menjadi jurang yang merenggut nyawa potensi dan masa depan kita.

Sumber: https://editverse.com/id/sigmund-freud-psychoanalysis-sexuality/

Sadarilah batasan diri, terimalah kritik sebagai kompas, dan dengarkan nasehat. Sebab, hanya dengan merangkul realitas, kita bisa membangun kebesaran yang abadi, bukan sekadar kebesaran yang hancur karena kesombongan di musim dingin ambisi.

 

*) Konselor di SMAN I Pangalengan

Sumber :

https://gemini.google.com/app/NapoleonBonaparte

 

56 komentar:

  1. Terimakasih atas literasinya, sangat bermanfaat 🙇🏻‍♀️ ( Thalia X-A )

    BalasHapus
  2. terimakasih atas literasinya sangat bermanfaat sekali

    Amanda Risma Ayu XE

    BalasHapus
  3. makasih bu alfirji x-d

    BalasHapus
  4. terimakasih atas literasinya ibu

    BalasHapus
  5. Terimakasih Bu atas literasi nya, sangat bermanfaat

    BalasHapus
  6. terimakasih ibu
    qiran x-a

    BalasHapus
  7. terima kasih atas literasinya ibu
    m rifki x-i

    BalasHapus
  8. terimakasih ibu
    Gisya Novalita XII D1

    BalasHapus
  9. terimakasih atas literasinya 🙏

    BalasHapus
  10. literasinya sangat bermanfaat,terimakasih ibuu

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih ibu atas literasinya, sangat bermanfaat…
      Tiara Nurahmania XII D1

      Hapus
    2. Terimakasih atas literasi nya ibu🙏
      Silvi XII D1

      Hapus
    3. terimakasih ibu sangat bermanfaat
      ilyas x-e

      Hapus
  11. Zastinius T.E.H X-L11 November 2025 pukul 06.56

    Terimakasih atas literasinya bu

    BalasHapus
  12. Terima kasih ibu atas literasi nya -Rizka X-A

    BalasHapus
  13. Terimakasih ibu, literasi yang sangat luar biasa menginspirasi kita pada pagi ini. Melalui bacaan ini, saya jadi belajar bahwa menjadi percaya diri itu memang penting. Tetapi, mengetahui batasan diri juga tidak kalah penting. Melalui kisah Napoleon Bonaparte ini menjadi pengingat bagi kita semua bahwa yang dapat menghancurkan kita adalah diri kita sendiri.
    ~Hasna Azzahra Salsabilla XII D-1

    BalasHapus
  14. terimakasih ibu atas literasi nya
    giza XII a4

    BalasHapus
  15. terimakasih ibu atas literasinya Rizty X-A

    BalasHapus
  16. Terimakasih Ibu atas Ilmu hari ini!!

    Artikel yang di tulis oleh Ibu membuat kami memahami dan menelusuri sosok Napoleon yang bukan hanya sebagai jenius di medan perang, tapi juga individu yang terperangkap dalam bayang-bayang kesombongannya. Ia berdiri di puncak dunia, namun buta oleh hubris ego yang membuatnya yakin ia tak akan pernah jatuh. Dari kemenangan yang gemilang hingga kejatuhan yang tragis, kisahnya menjadi pembelajaran tentang bagaimana ambisi tanpa kendali dapat menelan hati nurani.

    Lewat POV Freud, artikel yang Ibu buat menggambarkan benturan antara id, ego, dan superego yang tak seimbang dengan sebuah badai dalam diri yang akhirnya menghancurkan segalanya. Pesannya mengalir.. lembut namun dalam, memberi makna kebesaran sejati lahir bukan dari kekuasaan, melainkan dari kerendahan hati untuk mengenali batasan diri dan mendengarkan suara nurani sebelum terlambat.

    Sidiq XII-D1

    BalasHapus
  17. terima kasih ibu
    susi anjani x-a

    BalasHapus
  18. Terima kasih ibu🤍

    BalasHapus
  19. Terimakasih atas literasi nya

    BalasHapus
  20. Topiknya sangat seru untuk dibaca, mengajarkan kita untuk selalu tahu bahwa manusia memiliki batasannya sendiri dan selalu menyiapkan diri untuk menghadapi kekalahan. Terima kasih atas literasinya, Ibu .

    BalasHapus
  21. Terima kasih ibu atas literasi nya Atep, Rendi XA

    BalasHapus
  22. terimakasih banyak ibu atas literasi nya, materi pada literasi ini sangat bermanfaat sekali karna menjelaskan tentang seorang pemimpin yang melakukan kesalahan karna lebih mementingkan egonya dan akhirnya dia harus merengut nyawa karna keegoisan nya sendiri, sehingga pembelajaran yang bisa di ambil dari literasi ini adalah jangan mengutamakan keegoisan.
    Desi Widi Yanti XII D1

    BalasHapus
  23. terimakasih literasi nya ibu
    syahla X-C

    BalasHapus
  24. terimakasih ibu atas literasi nya

    BalasHapus
  25. rd devrina nursuffi a XII-D111 November 2025 pukul 07.07

    terimakasih ibu atas literasinya, ini sangat bermanfaat. ini juga mengajarkan bahwa manusia mempunyai batas untuk sendiri serta memiliki kesiapan terhadap diri sendiri untuk menerima hal apapun.

    BalasHapus
  26. terima kasih buat literasi hari ini ibu

    BalasHapus
  27. Satria Bambang Nur End Stev11 November 2025 pukul 07.08

    terima kasih atas literasi nyaaa

    BalasHapus
  28. terima kasih literasi nya bu
    hilmi-XA

    BalasHapus
  29. Terima kasih Ibu, dari cerita singkat Napoleon mengapa percaya diri yang berlebihan bisa menjadi boomerang yang sangat fatal untuk diri sendiri dan orang orang, mungkin itu salah satu kepribadian yang bagus untuk seorang pemimpin kala itu memiliki rasa percaya diri, tanpa ragu, namun jika porsinya berlebihan dan tidak melihat dengan penglihatan yang logis dan memikirkan resiko terburuk dari sesuatu yang mungkin akan terjadi, itu salah satu hal yang sangat mematikan terlebih pada kisah Napoleon melibatkan fisik secara keseluruhan yang berakibat gugurnya ratusan jiwa karena Superego yang bergejolak di hati Napoleon kala itu. Dari kisah di atas membuka kembali pikiran bahwa sesuatu yang berlebihan itu tidak selalu baik atau malah dapat berakibat sangar buruk, jika diimplementasikan kepada kehidupan saat ini, cukup sesuai bahwa superego dapat menjadi hal 'blunder' terlebih sekarang mudah sekali naik turun nama seseorang di media sosial.

    Nabila Nur Aeni XII D1

    BalasHapus
  30. terimakasih ibu atas literasinya🙏🏻
    -laila X-A

    BalasHapus
  31. Literasi nya sangat bermanfaat, jadi bisa menambah ilmu dan wawasan, terimakasihh ibu
    Syipa XII D1

    BalasHapus
  32. Terimakasih banyak ibu, sudah memberikan ilmu yang luar biasa dapat menjadi pembelajaran kita sebagai manusia setiap harinya. Khususnya bagi saya yang juga terkadang mempertanyakan ke-egoisan seperti apa yang berlebihan, ternyata dapat di contohkan oleh Napoleon. Disini juga saya menjadi tahu bahwa ternyata sejarah juga dapat kita jadikan contoh sebagai kasus psikologi yang ternyata masih relevan dengan zaman kini.
    Diasti Uswan XIID1

    BalasHapus
  33. Terimakasih ibu literasinya

    Novita Ardiani
    XII D 1

    BalasHapus
  34. terimakasih ibu literasinya, sangat bermanfaat sekali. materi ini sangat menarik karena mengajarkan bahwa kehebatan dan kecerdasan seseorang bisa menjadi kehancuran kalau tidak diimbangi dengan kesadaran diri dan kerendahan hati.

    - alya aprilianti XII-D1

    BalasHapus
  35. terimakasih ibuu atas literasi nyaa.. sangat bermanfaat
    pada pagi ini saya menjadi tahu, bahwa percaya diri yg berlebihan itu tidak baik, yg dapat menyebabkan kehancuran yg begitu luar biasa. selain itu, pentingnya mengontrol ego, dan yg bisa menaklukkan hal tsb hanyalah diri sendiri.
    kianaya XII D1

    BalasHapus
  36. terima kasih ibu dari cerita napoleon mengenai rasa percaya diri yang membunuh realitas saya menjadi tau sebab akibat jikalau saya selalu melakukan suatu hal secara berlebih tanpa memerlukan evaluasi kesalahan yang sebelumnya terjadi. cerita ini sangat bermanfaat sekali dengan membaca literasi pagi hari ini dan menambah wawasan saya.
    Annisa Siti Zainab XII-D1

    BalasHapus
  37. terimakasih ibu literasinya sangat bermanfaat karena mengajarkan bahwa percaya diri itu penting tapi kita harus mempunyai batasan

    gyana syeva milano
    kelas XII d1

    BalasHapus
  38. terima kasih ibu atas literasinya sangat bermanfaat
    mengajarkan bahwa percaya diri itu penting tapi kita harus tetap punya batasan
    febriani nadia XII D1

    BalasHapus
  39. Terimakasih atas literasinya 🌹

    BalasHapus
  40. Terkadang banyak atas literasinya sangat membantu sekali, menambah wawasan pengetahuan, apalagi tentang personalitas dan psikolog

    BalasHapus
  41. Teriamakasih ibu literasinya,sangat bermanfaat
    Farisa X-E

    BalasHapus
  42. Baik, dengan saya Ziran Maulana dari kelas 12 A3 melihat dari literasi di atas benar sekali, ego adalah salah satu titik hancurnya sebuah benteng keimanan dari seseorang, ego dalam hal hal negatif, belum merasa cukup. dan tentu sangat relate dengan kehidupan masyarakat saya ini. Terimakasih atas literasinya ibu telah menambah wawasan kami semua sebagai pembaca pada hari ini

    BalasHapus
  43. Raissa adya syahlaa
    XII a-3
    Ego Merusak Kepercayaan diri yang kelewat batas membuat kita tidak mau mendengarkan saran dan akhirnya membuat kesalahan besar yang menghancurkan semua kesuksesan kita.

    BalasHapus
  44. Regina Nur Afni
    XII A-3
    Musuh terbesar orang hebat bukanlah lawan mereka, melainkan egonya sendiri. Belajarlah sadar akan batasan dan terima kritik agar tidak jatuh karena kesombongan.

    BalasHapus
  45. Krisna xiia3 🔥🔥🔥mantap

    BalasHapus
  46. Literasi tentang Napoleon dan hubris mengajarkan bahwa kesombongan (ego yang berlebihan/narsisme) adalah resep menuju kehancuran, bahkan bagi seorang jenius.
    Aplikasi dalam Hidup Sehari-hari:
    1. Kendalikan Ego:Kita harus menjadi seperti Ego yang sehat (dalam psikoanalisis Freud), yaitu penengah yang realistis. Jangan biarkan ambisi (Id) buta membuat kita mengabaikan nasihat (logistik/realitas), baik dari guru, teman, maupun akal sehat.
    2. Hati-hati dengan Entitlement : Jauhi perasaan bahwa kita pantas mendapatkan segalanya tanpa usaha (hak istimewa/entitlement). Kesombongan (hubris) membuat kita percaya di atas hukum/realitas, yang pasti akan membawa kegagalan.
    3. Realitas adalah Kompas:Keberanian sejati adalah kemampuan menaklukkan diri sendiri dan mengakui batasan, bukan hanya menaklukkan orang lain. Gunakan kesadaran diri untuk membangun sukses di atas realitas, bukan sekadar ambisi.

    SHERIN VALDIRA AGUSTIN
    XII - A3

    BalasHapus


  47. > Napoleon Bonaparte adalah sosok yang mengagumkan karena kecerdasannya dalam strategi dan kepemimpinan. Namun, ambisinya yang terlalu besar membuatnya lupa batas, hingga keberhasilannya berubah menjadi kejatuhan. Ia menjadi contoh bahwa kekuasaan tanpa kendali bisa menghancurkan seseorang sekuat apa pun — sebuah pelajaran berharga bahwa kejayaan sejati bukan berasal dari penaklukan, melainkan dari kebijaksanaan.

    BalasHapus
  48. dari napoleon Bonaparte kita belajar bahwa , ambisi yang melampaui batas membuatnya kehilangan segalanya. dan dari dirinya kita tau bahwa kejayaan tanpa kerendahan hati hanyalah jalan singkat menuju kejatuhan.
    Nouval Rayhan Putra
    XII13

    BalasHapus
  49. terima masih ibu, semoga sy bisa menerapkan pesan ini dlm kehidupan sy tidak menggunakan kepercayaan diri menjadi kesombongan tapi sebagai motivasi bahwa kepercayaan diri memang penting sebagai modal untuk maju dan menghadapi tantangan, melalui kisah napoleon bonaparte ini menunjukkan bahwa seorang yg sangat jenius dan berkuasa sekalipun bisa gagal jika ia menutup telinga terhadap realitas dan kritik
    Syahla salsabila
    XII-A3

    BalasHapus
  50. m.rizki Ardiansyah
    XII A3
    Kemenangan terbesar bukan menaklukkan orang lain, tapi menaklukkan ego di dalam diri sendiri.

    BalasHapus

Future is Today

  MASA DEPAN DIBENTUK OLEH PILIHAN HARI INI Oleh:  Kelas XI C1   Setiap orang pasti memiliki impian tentang masa depan. Ada yang ingin...