MENYAMBUT RAMADHAN DI NUSANTARA
Oleh: Redaksi Literatsmansa
Ananda yang baik, tidak terasa bulan Ramadhan segera tiba dalam hitungan hari. Masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim pun menyambut momen spesial ini dengan penuh suka cita. Bahkan, setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi menyambut Ramadan yang berbeda-beda. Tradisi-tradisi menyambut Ramadan tersebut dilakukan secara turun-temurun sebagai salah satu bentuk melestarikan budaya dan adat istiadat (masih ingat kemari kita di Gelar Karya P5 kelas X yang bertemakan Kebhinekaan Global? Beragam budaya, adat istiadat, kuliner, dll yang negara kita miliki…salah satunya yang kita bahas kali ini adalah tradisi menyambut bulan Ramadhan yang sebentar lagi akan kita Jalani)
Sumber: Dokumen Ibu Rini Mutia (Fasilitator P5 Kelas X)
Tak mengherankan jika setiap tradisi yang dilakukan masyarakat Indonesia dalam menyambut bulan suci Ramadan tersebut menyimpan makna mendalam yang bertujuan untuk menyucikan diri, saling mendoakan dan memaafkan, sekaligus menjalin silaturahmi antar sesama dalam menyambut kehadiran bulan suci Ramadhan.
Sumber: https://www.harianbatakpos.com/berbagai-tradisi-menyambut-ramadhan-di-berbagai-kota-indonesia/
Nyorog (Betawi)
Sumber: https://www.kompas.com/stori/read/2024/06/16/090000579/nyorog-tradisi-silaturahmi-masyarakat-betawi-
Masyarakat asli Jakarta atau suku Betawi memiliki banyak tradisi yang masih dilestarikan sampai sekarang. Salah satunya adalah tradisi Nyorog atau kegiatan memberikan bingkisan makanan kepada anggota keluarga yang lebih tua. Baik itu orang tua atau mertua yang sudah berbeda rumah, maupun ke tokoh daerah setempat. Tradisi Nyorog tidak semerta-merta sebagai kegiatan berkirim makanan saja. Justru, tradisi menyambut Ramadan ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan, sekaligus menjalin silaturahmi guna mempererat tali persaudaraan antar sesama.
Cucurak (Sunda)
Sumber: https://genpi.id/upacara-cucurak-mukbang-khas-warga-bogor/
Selanjutnya ada tradisi Cucurak atau dalam bahasa Sunda diartikan sebagai bersenang-senang dan berkumpul bersama keluarga besar dalam menyambut bulan suci Ramadan. Selain berkumpul, tradisi Cucurak biasanya diisi dengan makan bersama beralas daun pisang sambil duduk lesehan. Menu yang disajikan mulai dari nasi liwet, tempe, ikan asin, serta sambal dan lalapan. Menurut kepercayaan masyarakat Sunda, tradisi Cucurak tidak hanya sebagai kegiatan kumpul-kumpul dan makan bersama saja. Tapi menjadi momen silaturahmi dan ajakan untuk saling bersyukur atas segala rezeki yang diberikan oleh Tuhan.
Padusan (Jawa)
Sumber: https://travel.kompas.com/read/2023/03/23/111100227/tradisi-padusan
Masyarakat Jawa khususnya Yogyakarta turut memiliki tradisi dalam menyambut Ramadan yang masih dilakukan hingga sekarang. Namanya adalah Padusan, atau dalam bahasa Jawa diartikan dengan padus (mandi). Padusan dilakukan sebagai bentuk penyucian diri, sekaligus membersihkan jiwa dan raga dalam menyambut kedatangan bulan suci Ramadan. Jika ditelaah lebih dalam, Padusan juga bisa diartikan sebagai momen untuk merenung dan intropeksi diri atas kesalahan yang pernah diperbuat. Sehingga, umat Islam bisa menjalankan ibadah dalam kondisi suci lahir dan batin.
Marpangir (Batak)
Sumber: https://news.detik.com/berita/d-6013091/mengenal-tradisi-marpangir-yang-kerap-dilakukan-warga-sumut-jelang-ramadan
Beberapa daerah di Sumatra Utara memiliki tradisi menyambut Ramadan yang dikenal dengan Marpangir. Tradisi mandi secara tradisional menggunakan dedaunan atau rempah. Seperti daun pandan, daun serai, bunga mawar, kenanga, jeruk purut, daun limau, akar wangi, dan bunga pinang sebagai wewangian. Tradisi Marpangir dilakukan masyarakat Batak di Sumatra Utara sebagai bentuk membersihkan diri sebelum masuk bulan Ramadan.
Malamang (Minangkabau)
Sumber: https://www.google.com/search?q=tradisi+Malamang+%28Minangkabau%29&sca
Tradisi menyambut Ramadan berikutnya rutin dilakukan masyarakat Sumatra Barat. Masyarakat Minang akan melakukan Malamang sebagai tradisi menyambut Ramadan dengan penuh suka cita. Tradisi Malamang dilakukan dengan membuat makanan tradisional lemang. Di balik kesederhanaan makanan tersebut, tradisi Malamang dilakukan untuk memupuk rasa kebersamaan antar masyarakat Minangkabau.
Meugang (Gayo)
Sumber: https://acehtourism.travel/seni-budaya/05/2019/meugang-tradisi-unik-menjelang-puasa-dan-hari-raya/
Tradisi menyambut Ramadan di Masyarakat Gayo juga sangat menarik, yakni tradisi Meugang atau Haghi Mamagang. Sebuah tradisi menyambut Ramadan yang sudah dilakukan sejak zaman Kerajaan Aceh Darussalam, atau sudah berlangsung sejak abad ke-14. Tradisi Meugang diisi dengan kegiatan memasak daging sapi, kambing, atau kerbau sehari sebelum bulan Ramadan. Olahan daging tersebut disantap bersama dengan seluruh anggota keluarga, kerabat, atau yatim piatu. Selain dilakukan saat menyambut Ramadan, tradisi Meugang juga dilaksanakan saat menyambut Iduladha dan Idulfitri.
Mattunu Solong (Mandar)
Sumber: https://www.detik.com/sulsel/budaya/d-6013768/mengenal-mattunu-sulong-tradisi-cahaya-warga-polewali-mandar-sambut-ramadan
Selanjutnya ada tradisi Mattunu Solong, sebuah tradisi menyambut Ramadan yang dilakukan masyarakat Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Tradisi menyambut Ramadan ini dilakukan dengan menyalakan pelita tradisional yang terbuat dari buah kemiri dan ditumpuk dengan kapuk, lalu dililitkan pada potongan bambu. Pelita tersebut ditempel di pagar, halaman, anak tangga, pintu masuk, hingga dapur. Menurut kepercayaan, tradisi Mattunu Solong bertujuan mendapatkan keberkahan dari Sang Pencipta dalam menyambut bulan suci Ramadan. Selain itu, tradisi ini juga dilakukan sebagai permohonan kepada Tuhan yang Maha Esa agar senantiasa memberikan kesehatan dan umur panjang, sehingga bisa menunaikan ibadah puasa dengan lancar.
Megibung (Bali)
Sumber: https://www.beritabali.com/berita/202201230048/tradisi-megibung-makan-bersama-yang-menciptakan-solidaritasUmat Muslim yang berada di Kabupaten Karangasem, Bali juga memiliki tradisi menyambut Ramadan yang dinamakan dengan Megibung. Tradisi Megibung dilakukan dengan kegiatan memasak dan makan bersama sambil duduk melingkar. Uniknya, tradisi Megibung memiliki tata penataan makanan yang unik. Nasi akan diletakkan di wadah yang disebut dengan gibungan. Sedangkan, lauknya disajikan di sebuah alas karangan. Menurut kepercayaan, tradisi Megibung merupakan bentuk mempererat persaudaraan dan kebersamaan.
So…Ananda yang soleh, bangga menjadi bangsa Indonesia yang beragam namun tetap menjunjung tinggi persatuan, sejatinya, dari masa ke masa tradisi menyongsong dan menghidupkan suasana bulan Ramadhan memilki benang merah yang sama. Kegembiraan datangnya bulan suci ini direspon dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang mencerminkan kebahagiaan dipertemukan kembali pada bulan penuh ampunan ini seraya mengharap ridho, karunia serta balasan terbebas dari api neraka sesuai dengan hadist riwayat An-Nasa’i yang berbunyi “Barang siapa yang bergembira akan hadirnya bulan Ramadan, maka jasadnya tidak akan tersentuh sedikit pun oleh api neraka”...Amien ya rabbal a’lamin.
Ya Allah....sampaikan hamba ke bulan mulia....Amien yra!!
**) dikutif dari berbagai sumber