Rabu, 15 Januari 2025

RELIGIUSITY

 

"Makna Salat Kita"

oleh H. Asep Rosadi, S.Ag *)

 

     "Saya sungguh tercengang. Tidak pernah saya melihat sesuatu yang serius lagi pasti, tetapi dianggap remeh seperti tidak akan terjadi, yakni maut. Saya juga tidak melihat sesuatu yang akan ditinggalkan lagi kecil, tetapi diperebutkan seperti yang besar dan kekal, yakni dunia." Kalimat-kalimat ini adalah ucapan Khalifah Rasul yang Keempat Sayyidina 'Ali ibn Abi Thalib r.a.

 
Sumber: https://aceh.tribunnews.com/2024/03/28/nantikan-malam-lailatul-qadar-dengan-shalat-tahajud-baca-3-surah-dianjurkan-ini

     Ucapan yang nadanya sama dengan kandungan yang berbeda, dapat juga dikaitkan dengan salat: "Saya sungguh bingung dan tercengang menyangkut uraian salat. Apakah ia merupakan ulangan yang tidak dibutuhkan lagi, mengingat telah lamanya kewajiban ini dikenal umat; ataukah ia merupakan uraian yang sangat dibutuhkan mengingat banyaknya umat yang enggan salat atau ingin tapi tak tahu,  atau mengerjakan tapi keliru, atau mendirikan dan melaksanakan tapi tak menghayati.

     Pada hari Jumat, masjid-masjid dan kantor-kantor di mana-mana penuh, tetapi keadaan jalan pada saat jam-jam salat tetap macet. Bukankah sebagian besar yang memadatinya adalah Muslim yang wajib salat, tetapi enggan melakukannya? Di kereta api jarang sekali terlihat orang yang melakukan salat, tetapi begitu tiba di stasiun, orang berduyun-duyun untuk melakukan salat. Apakah mereka tidak tahu bahwa salat di kereta api diperbolehkan dan menjamaknya dalam perjalanan juga sah? Sementara itu, yang melakukan salat lain pula keadaannya. Sebagian kita memang berdiri untuk salat, tetapi tidak melaksanakan salat.


 Sumber: https://kabartuban.com/ibadah-ibadah-sunnah-yang-dianjurkan-sebelum-sholat-jumat/34451

     Kalau Anda memperhatikan perintah salat dalam Al-Quran, Anda akan menemukan bahwa perintah itu selalu dimulai dengan kata aqimu (kecuali dua ayat, atau bahkan cuma aatu ayat). Kata aqimu biasa diterjemahkan dengan "mendirikan", meskipun sebenarnya terjemahan tersebut tidak tepat. Karena, seperti kata mufasir Al-Qurthubiy dalam tafsirnya, aqimu bukan terambil dari kata qama yang berarti "berdiri" tetapi kata itu berarti "bersinambung dan sempurna". Sehingga perintah tersebut berarti "melaksanakannya dengan baik, khusyuk,  dan bersinambung sesuai dengan syarat, rukun, dan sunnahnya."

     Kalau demikian, banyak yang salat tapi tidak melaksanakannya. Yang salat dengan sempurna rukun, syarat, dan sunnahnya pun tidak sedikit yang tidak menghayati arti dan tujuan salatnya. Celakalah orang-orang yang salat, tetapi lalai akan (makna) salat mereka, yakni mereka yang riya' dan menghalangi pemberian bantuan. (QS. 107: 4 - 7).

     Mengapa demikian? Salat berintikan doa, bahkan itulah arti harfiahnya. Doa adalah keinginan yang dimohonkan kepada Allah SWT. Jika Anda berdoa atau bermohon, maka Anda harus merasakan kelemahan dan kebutuhan Anda di hadapan siapa yang kepadanya Anda bermohon. Hal ini harus dibuktikan dalam ucapan dan sikap. Kalau demikian, wajarkah manusia bermuka dua (riya') ketika menghadap Allah? Yang demikian ini tidak menghayati salatnya lagi lalai dari tujuannya.

Sumber: https://kemenag.go.id/islam/cara-shalat-tahajud-lengkap-dengan-niat-dan-doanya-zORJm

     Yang melaksanakan salat adalah mereka yang butuh kepada Allah serta mendambakan bantuan-Nya. Kalau demikian, wajarkah yang butuh menolak membantu sesamanya yang butuh, apalagi jika memiliki kemampuan? Tidakkah ia mengukur dirinya dan kebutuhannya kepada Allah? Tidakkah ia mengetahui bahwa Allah akan membantunya selama ia membantu saudaranya, seperti sabda Nabi Saw.? Kalau demikian, yang enggan memberi bantuan kepada sesamanya berarti ia lalai akan makna salat.

     Setelah ini, masih perlukah kita tercengang, atau kita akui saja bahwa kita butuh uraian tentang salat, sebagaimana kebutuhan masyarakat kita pada perwujudan makna salat itu.

*) Guru mapel PABP di SMAN 1 Pangalengan, wirausaha, pengasuh MT. Al fiqnik, penyuka petualangan bermotor

**) dari berbagai sumber

12 komentar:

  1. Terimakasih ilmunya menjadikan refleksi bagi saya

    BalasHapus
  2. terimakasih bapa ilmunyaa

    BalasHapus
  3. Ilmu yang sangat bermanfaat ma syaa allah

    BalasHapus
  4. terimakasih atas ilmunya sangat bermanfaat 👍🏻👍🏻

    BalasHapus
  5. terimakasih pak ini sangat bermanfaat

    BalasHapus
  6. ilmu nya sangat bermanfaat karena ini terkait dengan agama kita terutama menyangkut shalat

    BalasHapus
  7. Masyaallah terimakasih ilmunya

    BalasHapus
  8. Terima kasih ilmunya bapa

    BalasHapus
  9. Masyaalloh bapa terimakasih sudah mengingatkan, semoga saya bisa lebih khusu lagi dalam beribadah aamiin🤲

    BalasHapus
  10. terimakasih atas ilmunya

    BalasHapus

ECONOMIC VIEW

  DIPERLUKAN KOMENTAR BIJAK SILAHKAN KOMENTAR SETELAH MEMBACA KESIMPULAN SETUJU / TIDAK SETUJU Oleh: Diki Kandida, S.Pd   *)   Dam...