Kajian
terhadap Syair dan Qasidah Zaman Dulu dalam Bingkai "Nikmatnya Rasa
Sakit"
Oleh:
HJ. Ani Haelani, SS., M.PD., MIL *)
Syair adalah puisi lama yang terdiri dari
bait-bait yang masing-masingnya memiliki empat baris, berpola a-a-a-a dengan
suku kata per baris 8 - 10, tidak memiliki sampiran seperti pantun (semua isi),
dan isinya biasanya berisi kisah, nasihat, agama, cinta, peristiwa sejarah, dan
sebagainya. Di antara jenis syair, ada syair panji, syair sejarah, dan syair
pendidikan (berisi naaihat-nasihat tentang pentingnya belajar). Sedangkan
Qasidah merupakan syair epik dalam kesusasteraan Arab yang dinyanyikan. Qasidah
juga merupakan kesenian yang bercirikan Islam dan menjadi bagian penting dalam
syiar Islam. Isinya biasanya berupa pujian-pujian kepada Allah SWT dan
rasul-rasul-Nya, juga bisa berisi satire atau dakwah keagamaan, dinyanyikan
dengan irama penuh kegembiraan, diiringi musik seperti rebana, kecrek, dan
sebagainya. Qasidah pertama kali ditampilkan oleh kaum Anshar saat menyambut
kedatangan Nabi Muhammad SAW.
Sumber: https://infopublik.id/galeri/foto/detail/140015?show=
Mari kembali ke topik "Nikmatnya Rasa
Sakit" yang bahasannya mengandung
beberapa untaian Qasidah dan Syair.
Rasa sakit tak selamanya tak berharga,
sehingga harus selalu dibenci. Sebab, mungkin saja rasa sakit itu justru akan
mendatangkan kebaikan bagi seseorang. (Aidh Al-Qarni, 2003: 63).
Biasanya, ketulusan dan keajaiban sebuah
doa muncul tatkala rasa sakit mendera. Demikian pula dengan ketulusan tasbih
yang senantiasa terucap saat rasa sakit terasa. Adalah jerih payah dan beban
berat saat menuntut ilmulah yang telah mengantarkan seorang pelajar menjadi
ilmuwan terkemuka. Ia telah bersusah payah di awal perjalanannya, sehingga ia
bisa menikmati kesenangan di akhirnya. Usaha keras seorang penyair memilih
kata-kata untuk bait-bait syairnya telah menghasilkan sebuah karya sastra yang
sangat menawan. Ia, dengan hati, urat syaraf, dan darahnya, telah larut bersama
kerja kerasnya itu, sehingga syair-syairnya mampu menggerakkan perasaan dan
menggoncangkan hati. Upaya keras seorang penulis telah menghasilkan tulisan
yang sangat menarik dan penuh dengan 'ibrah, contoh-contoh dan petunjuk.
Sumber: https://ykbik.or.id/tata-cara-berdoa-yang-baik-dan-benar/
Lain halnya dengan seorang pelajar yang
senang dengan hidup foya-foya atau hedon, tidak aktif, tak pernah terbelit
masalah, dan tidak pula pernah tertimpa musibah. Ia akan selalu menjadi orang
yang malas, manja, enggan bergerak, dan mudah putus asa.
Seorang penyair yang tidak pernah
merasakan pahitnya berusaha dan tidak pernah mereguk pahitnya hidup, maka
untaian "qasidah-qasidahnya" hanya akan terasa seperti kumpulan
kata-kata murahan yang tak bernilai. Sebab, "qasidah-qasidahnya"
hanya keluar dari lisannya, bukan dari perasaannya. Apa yang dia utarakan hanya
sebatas penalarannya saja, dan bukan dari hati nuraninya.
Contoh pola kehidupan yang paling baik
adalah kehidupan kaum mukminin generasi awal. Yaitu, mereka yang hidup pada
masa-masa awal kerasulan, lahirnya agama, dan di awal masa perutusan. Mereka
adalah orang-orang yang memiliki keimanan yang kokoh, hati yang baik, bahasa
yang bersahaja, dan ilmu yang luas. Mereka merasakan keras dan pedihnya
kehidupan. Mereka pernah merasa kelaparan, miskin, diusir, disakiti, dan harus
rela meninggalkan semua yang dicintai, disiksa, bahkan dibunuh. Dan karena
semua itu pula mereka menjadi orang-orang pilihan. Mereka menjadi tanda
kesucian, panji kebaikan, dan simbol pengorbanan.
"Yang demikian itu ialah karena
mereka ditimpa kehausan, kepayahan, dan kelaparan pada jalan Allah, dan tidak
(pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan
tidak menimpakan sesuatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi
mereka dengan yang demikian itu suatu amal salih. Sesungguhnya Allah tidak
menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik." (QS. At-Taubah:
120).
Sumber: https://www.haibunda.com/moms-life/20230818133756-76-313484/40-kata-kata-estetik-untuk-mengungkapkan-perasaan
Di dunia ini banyak orang yang berhasil
mempersembahkan karya terbaiknya dikarenakan mau bersusah payah. Al Mutanabbi,
misalnya, ia sempat mengidap rasa demam yang amat sangat sebelum berhasil
menciptakan syair yang indah berikut ini:
Wanita
yang mengunjungiku seperti memendam malu,
ia
hanya mengunjungiku di gelapnya malam
Syahdan, an-Nabighah sempat diancam akan
dibunuh oleh Nu'man ibn al-Mundzir sebelum akhirnya mempersembahkan bait syair
berikut ini:
Engkau
matahari, dan raja-raja yang lain bintang-bintang
tatkala
engkau terbit ke permukaan,
bintang-bintang
itu pun lenyap tenggelam
Di dunia ini, banyak orang yang kaya
karena terlebih dahulu bersusah payah dalam masa mudanya. Oleh karena itu, tak
usah bersedih bila kita harus bersusah payah, dan tak usah takut dengan beban
hidup, sebab mungkin saja beban hidup itu akan menjadi kekuatan bagimu serta
akan menjadi sebuah kenikmatan pada suatu hari nanti. Jika Anda hidup dengan
hati yang berkobar, cinta yang membara, dan jiwa yang bergelora, akan lebih
baik dan lebih terhormat daripada harus hidup dengan perasaan yang dingin,
semangat yang layu, dan jiwa yang lemah.
"Tetapi Allah tidak menyukai
keberangkatan mereka, maka Allah melemahkan keinginan mereka, dan dikatakan
kepada mereka: "Tinggalah kamu bersama orang-orang yang tinggal itu."
(QS. At-Taubah: 46).
Sumber: https://www.merdeka.com/jabar/40-kata-kata-bijak-motivasi-inspiratif-dan-penuh-makna-kln.html
Kita ingat ada salah seorang penyair yang
senantiasa menjalani kesengsaraan hidup, menanggung cobaan yang tidak ringan,
dan mengenyam pahitnya perpisahan. Sebelum menghembuskan nafasnya yang
terakhir, ia sempat melantunkan qasidah yang indah, segar, dan jujur. Dialah
Malik ibn ar-Rayyib. Ia meratapi dirinya:
Tidakkah
kau lihat aku menjual kesesatan dengan hidayah
dan
aku menjadi seorang pasukan Ibnu Affan yang berperang
Alangkah
indahnya aku, tatkala aku biarkan anak-anakku
taat
dengan mengorbankan kebun dan semua harta-hartaku
Wahai
kedua sahabat perjalananku, kematian semakin dekat
berhentilah
di tempat tinggi sebab aku akan tinggal malam ini
Tinggalah
bersamaku malam ini atau setidaknya malam ini
jangan
kau buat lari ia, telah jelas yang akan menimpa
Goreslah
tempat tidurku dengan ujung gerigi
dan
kembalikan ke depan mataku kelebihan selendangku
Jangan
kau iri, semoga Allah memberkahi kau berdua
dari
tanah yang demikian lebar, semoga semakin luas untukku
Demikianlah, ungkapan-ungkapannya demikian
syahdu, penyesalan yang sangat berat diucapkan, dan teriakan yang memilukan.
Itu semua memggambarkan betapa kepedihan itu meluap dari hati sang penyair yang
mengalami sendiri kepedihan dan kesengsaraan hidup. Ia tak ubahnya seorang
penasihat yang juga pernah merasakan apa yang ia ucapkan. Dan, biasaya,
perkataan atau nasihat orang seperti itu akan mudah masuk ke dalam relung kalbu
dan meresap ke dalam ruh yang paling dalam. Semua itu adalah karena ia
mengalami sendiri kehidupan pahit dan beban berat yang ia bicarakan.
"Maka Allah mengetahui apa yang ada
dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan
kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya)." (QS. Al-Fath:
18)
Berikut ada syair:
Jangan cela orang yang sedang kasmaran
hingga belitan keras deritamu berada dalam
derita dirinya
Penulis banyak menjumpai syair-syair
tetasa sangat dingin, tidak hidup, dan tidak ada ruhnya. Itu, bisa jadi karena
kata-kata yang teruntai dalam bait-bait tersebut bukan terbit dari sebuah
pengalaman pribadi sang penyair, tetapi suatu dikarang dan direka-reka dalam
aura kesenangan. Karya-karya yang demikian itu tak ubahnya dengan
potongan-potongan es dan bongkahan-bongkahan tanah: dingin dan tawar.
Sumber:
https://disway.id/read/824140/30-kata-kata-bijak-berkelas-untuk-kehidupan-penuh-inspirasi-dan-motivasi
Penulis
juga pernah membaca karangan-karangan yang berisi nasihat-nasihat yang
sedikit pun tak mampu menggerakkan ujung rambut orang yang mendengarkannya dan
tidak mampu menggerakkan satu titik atom pun dalam tubuhnya. Semua itu, tak
lain karena nasihat-nasihat itu tidak terucap dari mulut seseorang yang
langsung pernah mengalami dan menghayati sendiri suatu kesedihan dan
kesengsaraan.
"Mereka mengatakan dengan mulutnya
apa yang tidak terkandung dalam hatinya." (QS. Ali-Imran: 167)
Terakhir, agar ucapan dan syair kita dapat
menyentuh hati pembaca dan qasidah kita menyentuh para pendengar, masuklah
terlebih dahulu ke dalamnya. Sentuhlah, rasakanlah, dan resapilah niscaya kita
akan mampu memberikan sentuhan ke tengah masyarakat.
"Kemudian, apabila telah
Kaminturunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan
berbagai macam tumbuh-tumbbuhan yang indah." (QS. Al-Hajj:5).
Demikian untaian kata-kata hari ini,
semoga mengsinspirasi Anda dalam membuat karya. Terima kasih.
*)
Guru Bahasa Indonesia di SMAN 1 Pangalengan, Koordinator Gerakan Literasi
Sekolah, Redaktur Media Literatsmnasa., Guru Penggerak. Penikmat Sastra.
**)
dari berbagai sumber