Minggu, 08 Desember 2024

SAINTOLOGY

 

LANGIT DI BULAN DESEMBER

Oleh: Ilmy Nuraeni, S.Pd *)

 

Pangalengan, terletak di dataran tinggi Bandung, menawarkan pemandangan langit yang luar biasa. Tidak seperti di kota, di sini langit tampak lebih dekat dan lebih hidup. Setiap malam, bintang-bintang seolah bersinar lebih terang, seakan mereka ingin menceritakan rahasia alam semesta yang hanya bisa dimengerti oleh mereka yang sabar menunggu.

Bulan Desember di Pangalengan datang dengan suhu yang sejuk, seringkali disertai kabut tipis yang menyelimuti puncak-puncak bukit. Meskipun cuaca sering berubah, ada saat-saat di mana langit begitu cerah, memberikan ruang bagi para pengamat langit untuk menyaksikan keajaiban alam. Di malam-malam seperti itu, langit di Pangalengan seperti kanvas kosong yang menunggu untuk diwarnai, dan di atasnya, ada satu keajaiban yang tak boleh dilewatkan—hujan meteor Geminid.

 

Sumber: https://www.google.co.id/search?q=hujan+meteor+geminid+2024&sca_esv=8f55730a6f25802f&hl=en&udm=2&biw=1311&bih

Hujan meteor Geminid adalah salah satu hujan meteor terbesar yang terjadi setiap tahun pada bulan Desember. Pada tahun 2024, puncaknya terjadi pada sekitar 13 hingga 14 Desember, dan itu adalah saat yang ditunggu-tunggu. Hujan meteor ini dinamakan "Geminid" karena tampaknya meteor-meteor tersebut berasal dari sebuah titik di langit yang berada dekat dengan konstelasi Gemini (si Kembar), yang juga menjadi sumber nama fenomena ini. Yang membedakan hujan meteor Geminid dengan hujan meteor lainnya adalah asal-usulnya yang unik. Sebagian besar hujan meteor berasal dari debu komet yang terbakar di atmosfer Bumi. Namun, Geminid berasal dari asteroid.

 
Sumber: https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-7133148/banyak-hujan-meteor-di-2024-cek-jadwal-untuk-memantau

Meteor-meteor Geminid dikenal dengan kilauan cahayanya yang terang dan jejak yang lebih lama di langit. Mereka datang dari asteroid 3200 Phaethon, yang memberikan nuansa berbeda dibandingkan dengan hujan meteor lainnya yang berasal dari debu komet. Asteroid ini mengorbit matahari dengan lintasan yang hampir menyentuh orbit Bumi, dan setiap kali ia lewat, ia melepaskan serpihan-serpihan debu yang kemudian menjadi meteor saat memasuki atmosfer Bumi. Fenomena ini seakan menjadi cara alam semesta untuk berbicara melalui setiap meteor yang melintas, dengan setiap meteor yang jatuh seolah membawa sebuah harapan—atau mungkin, sebuah doa.

Sumber: https://www.google.co.id/search?q=hujan+meteor+geminid+2024&sca_esv=8f55730a6f25802f&hl=en&udm=2&biw=1311&bih=644&sxsrf=ADLYWIKidQWttekvUl9p_5Tq3-Ezfwxccw%3A1733671788141&ei=bLtVZ4-wCPCs4-EP69WDyAI&oq=hujan+meteor+2024+geminid

Puncak hujan meteor Geminid datang dengan penuh keajaiban, lebih dari seratus meteor per jam akan menari di langit, mengukir jejak cahaya yang begitu terang. Ini adalah saat-saat ketika semesta terasa begitu hidup, seakan alam membuka rahasianya yang tersembunyi, menawarkan pemandangan luar biasa bagi siapa saja yang mau menatapnya. Meteor Geminid, yang lebih terang dan lebih lambat daripada meteor lainnya, seolah memberi waktu lebih untuk menikmati kilauan cahayanya yang membekas. Mereka melintas dengan anggun, meninggalkan jejak cahaya yang lebih lama di langit malam, seakan mengajak kita untuk merenung, menikmati setiap detiknya.

Malam itu, waktu terbaik untuk mengamatinya adalah antara pukul 22.00 hingga 04.00 WIB, saat langit begitu gelap dan terang oleh cahaya bintang. Semakin jauh kita dari keramaian kota, semakin jelas tampak meteor-meteor itu, seperti bintang yang jatuh membawa harapan-harapan yang kita pendam dalam hati. Seperti setiap detik yang kita lewati bersama, meteor-meteor itu mengajarkan kita untuk tidak hanya menunggu, tetapi untuk menyambut setiap kesempatan yang datang, sekejap namun abadi dalam kenangan.

 

Sumber: https://kafeastronomi.com/hujan-meteor

Begitu malam menjemput, Geminid mengingatkan kita—bahwa meski segala sesuatu di dunia ini begitu sementara, ada keindahan yang abadi, tertulis di langit yang luas, dan hadir dalam setiap jejak cahaya yang kita lihat.

*) Guru Mata Pelajaran Fisika di SMAN 1 Pangalengan, Pembina KIR dan Olimpiade Sains Nasional

**) dari berbagai sumber

1 komentar:

MENTAL HEALTH

SMILING DEPRESSION Oleh: Dini Siti Nurjanah, S.Kom.I *)   Sumber: https://www.kompasiana.com/mutiarafirdaus3010/640d856a08a8b54ff7756e...