SENI BERTAHAN MENGHADAPI NPD, MANUSIA YANG
“TAK
PERNAH” SALAH.
Oleh:
Selli Nuraeni Somantri, S.Pd *)
Secara psikologis, NPD
adalah gangguan kepribadian di mana seseorang memiliki rasa penting diri yang
berlebihan, haus akan pujian, dan sulit menerima kritik. Namun, di balik topeng
percaya diri itu, sering kali tersimpan rasa rapuh, takut gagal, dan kebutuhan
akan pengakuan.
Sumber: https://narasi.tv/read/narasi-daily/mengenal-npd-narcissistic-personality-disorder
Dari sisi sosiologis,
NPD tidak tumbuh dalam ruang kosong. Masyarakat modern, terutama di era media
sosial, kerap menjadi ladang subur bagi perilaku narsistik. Budaya “like”,
“view”, dan “followers” membuat banyak orang berlomba menampilkan
versi terbaik dirinya, dalam konteks mengikuti perkembangan zaman, sebenarnya
tidak masalah, yang menjadi masalah adalah ketika sampai kehilangan empati pada sesama.
Maka, menghadapi orang
dengan NPD bukan sekadar soal menjaga jarak, tetapi juga belajar memahami
dinamika antara psikologi individu dan tekanan sosial di sekitarnya. Di sinilah seni bertahan itu dimulai, seni
untuk tetap tenang, sadar diri, dan tidak kehilangan nilai kemanusiaan di
tengah arus ego yang semakin kuat.
Sumber: https://mind.help/topic/narcissism/
Apa
Itu Gangguan Kepribadian Narsistik (NPD)?
Gangguan
kepribadian narsistik (NPD) adalah kondisi di mana seseorang
memiliki rasa kepentingan diri yang berlebihan, kebutuhan mendalam akan
perhatian dan kekaguman, serta kurangnya empati terhadap orang lain. Meski
tampak percaya diri, pengidap NPD sebenarnya memiliki harga diri yang rapuh dan
rentan terhadap kritik. Narsisme sendiri adalah sifat kepribadian yang bisa ada
pada setiap orang. Namun, NPD adalah kondisi klinis yang memengaruhi cara
seseorang berpikir, merasakan, dan berhubungan dengan orang lain, menyebabkan
masalah signifikan dalam berbagai aspek kehidupan.
Sumber: https://www.lemon8-app.com/trisnaharti/7291498885007065601?region=id
Gejala
Gangguan Kepribadian Narsistik
Mereka yang narsistik
biasanya menginginkan perhatian yang berlebihan, merasa lebih unggul daripada
orang lain, dan cenderung memanipulasi keadaan agar terlihat sebagai korban
atau "playing victim." Sikap ini dapat membuat lingkungan
sekitar merasa frustasi dan kadang-kadang terjebak dalam perasaan bersalah
akibat manipulasi yang dilakukan oleh orang-orang narsistik. Individu dengan
NPD atau kecenderungan narsistik umumnya menunjukkan pola pikir dan perilaku
yang mencerminkan kebutuhan untuk mendapatkan pujian, kurangnya empati terhadap
orang lain, serta keinginan yang besar untuk menjaga citra diri yang sempurna.
Sumber: https://id.pinterest.com/pin/81909286962657622/
Penyebab
Gangguan Kepribadian Narsistik
Penyebab pasti NPD
belum diketahui. Namun, kombinasi faktor genetik, lingkungan, dan perkembangan
masa kanak-kanak diduga berperan dalam perkembangan gangguan ini. Beberapa
faktor risiko meliputi:
·
Riwayat keluarga dengan NPD
atau gangguan kepribadian lainnya.
·
Pelecehan atau pengabaian
emosional di masa kanak-kanak.
·
Pujian dan kekaguman
berlebihan yang tidak realistis
Namun Penting untuk
diingat bahwa tidak semua orang dengan faktor risiko ini akan mengembangkan
NPD.
Sumber: https://harianrakyatbengkulu.bacakoran.co/serba-serbi/read/13809/
Mengapa
Narsistik dan NPD Kerap Playing Victim?
Salah satu sikap yang
cenderung dilakukan oleh para penderita NPD adalah memanipulasi keadaan agar
terlihat sebagai korban atau "playing victim." Sikap ini dapat
membuat lingkungan sekitar merasa frustasi dan kadang-kadang terjebak dalam
perasaan bersalah akibat manipulasi yang dilakukan oleh orang-orang narsistik.
Berikut beberapa alasan
yang menjelaskan kebiasaan “playing victim” pada individu narsistik:
1.
Mencari validasi dan empati
Individu
narsistik memiliki kebutuhan besar akan pengakuan dari orang lain. Mereka kerap
merasa perlu divalidasi untuk merasa berharga. Dengan berpura-pura sebagai
korban, mereka dapat menarik simpati, empati, dan perhatian dari orang di
sekitar.
2.
Menghindari kritik atau
tanggung jawab
Orang
narsistik biasanya sulit menerima kritik atau mengakui kesalahan. Bagi mereka,
kesalahan bisa merusak citra diri yang mereka coba jaga.
3.
Mengontrol lingkungan dan
respon orang lain
Ketika
memainkan peran korban, individu narsistik dapat mempengaruhi respon orang lain
sesuai keinginannya.
4. Pertahanan
diri dari rasa tidak aman
Walaupun
terlihat percaya diri, banyak individu narsistik menyimpan rasa tidak aman
(insecure) yang mendalam. Dengan berperan sebagai korban, mereka menutupi
perasaan rentan atau tidak berharga.
5.
Membangun narasi untuk
membenarkan tindakan
Individu
narsistik sering memiliki narasi yang mendukung pandangan positif mereka
tentang diri sendiri.
6. Berpura-pura
sebagai korban memberi mereka alasan untuk membenarkan perilaku negatif mereka.
Sumber: https://www.freepik.com/premium-psd/skull-playing-victim-premium-illustration_
Cara
menghadapi penderita NPD
Untuk menghadapi
individu narsistik yang sering berperan sebagai korban, penting untuk memahami
sifat mereka dan menerapkan pendekatan yang tepat. Menjaga batas pribadi dan
bersikap objektif adalah langkah awal yang efektif, hindari terjebak dalam
narasi yang mereka ciptakan. Berinteraksi dengan seseorang yang mengidap NPD
bisa sangat melelahkan. Berikut adalah beberapa strategi yang bisa membantu:
1.
Tetapkan batasan yang jelas
Batasan
sangat penting dalam hubungan apa pun, terutama dengan seseorang yang mengidap
NPD. Tentukan apa yang bisa ditoleransi dan apa yang tidak. Komunikasikan
batasan ini dengan jelas dan tegas.
Interaksi
dengan pengidap NPD sering kali membuat merasa tidak berdaya dan tidak
berharga. Penting untuk memprioritaskan kebutuhan dan kesejahteraan sendiri. Lakukan
aktivitas yang dinikmati, habiskan waktu dengan orang-orang yang suportif, dan
jangan ragu untuk mengatakan “tidak” pada permintaan yang memberatkan. Ingatlah
bahwa validasi diri lebih penting daripada mencari validasi dari orang lain,
terutama dari seseorang yang mengidap NPD. Hargai pencapaian, sekecil apa pun,
dan jangan biarkan perkataan atau tindakan orang lain meruntuhkan harga diri.
3.
Gunakan komunikasi yang
efektif
Saat
berkomunikasi dengan seseorang yang mengidap NPD, gunakan bahasa yang jelas,
langsung, dan tidak emosional. Hindari konfrontasi langsung atau kritik yang
bisa memicu reaksi defensif. Fokus pada fakta.
Pengidap
NPD sering kali memprovokasi orang lain untuk mendapatkan reaksi emosional.
Sadari taktik ini dan jangan terpancing. Tetap tenang dan kendalikan emosi. Ingatlah
bahwa, reaksi emosional hanya akan memperkuat perilaku narsistik orang
tersebut. Dengan tetap tenang dan rasional, akan lebih mudah untuk menetapkan
batasan dan menjaga diri sendiri.
5.
Cari dukungan dari profesional
Menghadapi
seseorang yang mengidap NPD bisa sangat sulit dan berdampak pada kesehatan
mental. Jangan ragu untuk mencari dukungan dari psikolog, psikiater, atau
terapis. Profesional kesehatan mental dapat memberikan strategi yang lebih
spesifik dan membantu mengatasi emosi yang sulit.
Terapi kelompok juga
bisa menjadi pilihan yang baik. Bertemu dengan orang lain yang mengalami
situasi serupa dapat memberikan rasa dukungan dan mengurangi perasaan
terisolasi. Ingat. Kamu tidak sendiri.
*) Guru Sosiologi dan
Antropologi di SMAN I Pangalengan, Pemerhati masalah sosial budaya dan
kehidupan remaja.
Rujukan:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar