Tidak ada kekayaan yang lebih utama daripada akal, tidak ada keadaan yang paling menyedihkan daripada kebodohan, dan tidak ada warisan yang lebih baik daripada pendidikan - Ali Bin Abi Thalib

Rabu, 10 September 2025

Citizenship

PENTINGNYA ETIKA BERMEDIA SOSIAL DALAM KEHIDUPAN DEMOKRATIS

Oleh: Erna Nurpaulina, S.Pd  *)

 

Perkembangan teknologi yang sangat pesat telah membawa perubahan besar dalam cara manusia berkomunikasi. Salah satu perubahan paling terlihat adalah lahirnya berbagai platform media sosial seperti Instagram, TikTok, X (dulu Twitter), YouTube, WhatsApp, dan aplikasi lainnya. Bagi pelajar, media sosial bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga ruang berekspresi, mencari hiburan, bahkan belajar. Di balik semua manfaatnya, media sosial menyimpan tantangan besar yang perlu disadari sejak dini, terutama dalam kaitannya dengan kehidupan demokratis dan etika berkomunikasi.

Sumber: https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fwww.jmc.co.id%2Fblog%2Finilah-beberapa-media-sosial

Indonesia merupakan negara demokrasi, di mana setiap warga negara memiliki hak untuk menyampaikan pendapat secara bebas. Dalam kehidupan sehari-hari, nilai-nilai demokrasi bisa dilihat dari bagaimana masyarakat berdiskusi, menghargai perbedaan, dan mengambil keputusan secara adil. Namun, demokrasi tidak hanya berlaku di ruang kelas, rapat OSIS, atau kegiatan pemilu. Di era digital, media sosial juga menjadi bagian dari ruang demokrasi, tempat di mana banyak suara dan pendapat berseliweran setiap hari.

Sayangnya, tidak semua orang menyadari bahwa kebebasan berpendapat harus dibarengi dengan tanggung jawab. Banyak kasus penyebaran hoaks, ujaran kebencian, fitnah, hingga perundungan (cyberbullying) yang terjadi di media sosial, bahkan dilakukan oleh sesama pelajar. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak pengguna media sosial yang belum memahami pentingnya etika dalam bermedia sosial.

 
Sumber: https://www.sdn4cirahab.sch.id/2025/04/7-adab-dalam-bermain-media-sosial.html

Etika bermedia sosial berarti menggunakan media sosial dengan penuh kesadaran, tanggung jawab, dan rasa hormat terhadap orang lain. Bukan hanya sekadar tidak berkata kasar atau menyinggung perasaan orang lain, tetapi juga mencakup tindakan seperti:

·         Tidak menyebarkan informasi tanpa memeriksa kebenarannya,

·         Menghindari komentar yang memicu konflik,

·         Tidak menyebarkan aib orang lain, meskipun itu dalam bentuk candaan,

·         Menghargai privasi dan pendapat orang lain,

·         Serta tidak mudah terpancing provokasi.

Banyak pelajar merasa bebas mengatakan apa pun di media sosial karena merasa tidak terlihat langsung oleh orang lain. Namun, perlu diingat bahwa dunia maya memiliki dampak nyata. Sekali menulis atau membagikan sesuatu, informasi tersebut bisa tersebar luas dan sulit dikendalikan. Bahkan, satu komentar negatif bisa menyakiti perasaan seseorang dalam jangka panjang. Lebih dari itu, sikap negatif yang dibiarkan terus berkembang bisa menjadi ancaman bagi persatuan dan nilai-nilai demokrasi yang sedang dibangun.

 
Sumber: ttps://adjar.grid.id/read/543821160/20-contoh-penerapan-nilai-nilai-demokrasi

Demokrasi yang sehat membutuhkan partisipasi warga yang bijak. Di sinilah peran pelajar sangat penting. Sebagai generasi penerus bangsa, pelajar bukan hanya pengguna media sosial, tetapi juga agen perubahan yang bisa memberikan contoh baik. Gunakan media sosial sebagai alat untuk menyebarkan semangat persatuan, menghargai keberagaman, dan menyampaikan pendapat dengan cara yang santun.

Tidak salah jika ingin menyuarakan pendapat tentang isu sosial, politik, pendidikan, atau hal-hal yang terjadi di lingkungan sekitar. Namun, semua itu harus dilakukan dengan bahasa yang sopan, tidak menyerang pribadi, dan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila. Sila kedua dan keempat, yaitu "Kemanusiaan yang adil dan beradab" serta "Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan" dapat menjadi pedoman dalam berinteraksi di dunia digital.

 
Sumber: https://phintraco.com/hidup-di-dunia-digital/

Untuk menciptakan ruang digital yang sehat dan mendukung demokrasi, perlu kerja sama dari semua pihak. Sekolah bisa memberikan edukasi tentang literasi digital dan etika bermedia sosial. Orang tua perlu memberikan pendampingan, dan pelajar bisa saling mengingatkan untuk berperilaku baik saat online.

Sebagai penutup, penting untuk di ingat bahwa media sosial mencerminkan karakter penggunanya. Jika ingin dihargai dan didengarkan, maka tunjukkan sikap yang menghargai orang lain. Etika bukan hanya soal aturan, tapi soal kepedulian. Kepedulian terhadap dampak dari setiap kata, gambar, atau video yang dibagikan. Kebebasan berekspresi adalah hak, namun tetap harus dijaga agar tidak merugikan sesama.

 
Sumber: https://human-initiative.org/3-langkah-membangun-kepedulian-di-lingkungan-kerja

Mari bersama-sama menciptakan ruang media sosial yang tidak hanya seru dan informatif, tapi juga aman, sopan, dan mencerminkan semangat demokrasi yang sesungguhnya. Karena demokrasi bukan hanya milik orang dewasa—pelajar pun punya peran besar dalam menjaganya.

 

*) Guru Pendidikan Pancasila dan Kewargaan di SMAN 1 Pangalengan

**) disarikan dari berbagai sumber

4 komentar:

  1. makasih bu alfirji x-d

    BalasHapus
  2. terimakasih atas literasinya sangat bermanfaat sekali
    Amanda X-E

    BalasHapus
  3. Terima kasih atas literasi nya bu

    BalasHapus
  4. Rexsy Nur Alamsah XE15 September 2025 pukul 07.51

    Terima kasih atas literasi nya bu,

    BalasHapus

Leadership

  BELAJAR BERORGANISASI Oleh: Ka Romli Berliana, S.Pd. MT *) Menurut para ilmuwan, organisasi adalah suatu bentuk persekutuan atau kesatua...