PENTINGNYA ETIKA BERMEDIA SOSIAL DALAM KEHIDUPAN DEMOKRATIS
Oleh:
Erna Nurpaulina, S.Pd *)
Sumber: https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fwww.jmc.co.id%2Fblog%2Finilah-beberapa-media-sosial
Indonesia
merupakan negara demokrasi, di mana setiap warga negara memiliki hak untuk
menyampaikan pendapat secara bebas. Dalam kehidupan sehari-hari, nilai-nilai
demokrasi bisa dilihat dari bagaimana masyarakat berdiskusi, menghargai
perbedaan, dan mengambil keputusan secara adil. Namun, demokrasi tidak hanya
berlaku di ruang kelas, rapat OSIS, atau kegiatan pemilu. Di era digital, media
sosial juga menjadi bagian dari ruang demokrasi, tempat di mana banyak suara
dan pendapat berseliweran setiap hari.
Sayangnya,
tidak semua orang menyadari bahwa kebebasan berpendapat harus dibarengi dengan
tanggung jawab. Banyak kasus penyebaran hoaks, ujaran kebencian, fitnah, hingga
perundungan (cyberbullying) yang terjadi di media sosial, bahkan dilakukan oleh
sesama pelajar. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak pengguna media sosial
yang belum memahami pentingnya etika dalam bermedia sosial.
Sumber: https://www.sdn4cirahab.sch.id/2025/04/7-adab-dalam-bermain-media-sosial.html
Etika
bermedia sosial berarti menggunakan media sosial dengan penuh kesadaran,
tanggung jawab, dan rasa hormat terhadap orang lain. Bukan hanya sekadar tidak
berkata kasar atau menyinggung perasaan orang lain, tetapi juga mencakup
tindakan seperti:
·
Tidak menyebarkan informasi
tanpa memeriksa kebenarannya,
·
Menghindari komentar yang
memicu konflik,
·
Tidak menyebarkan aib orang
lain, meskipun itu dalam bentuk candaan,
·
Menghargai privasi dan
pendapat orang lain,
·
Serta tidak mudah terpancing
provokasi.
Banyak pelajar merasa bebas mengatakan apa pun di media sosial karena merasa tidak terlihat langsung oleh orang lain. Namun, perlu diingat bahwa dunia maya memiliki dampak nyata. Sekali menulis atau membagikan sesuatu, informasi tersebut bisa tersebar luas dan sulit dikendalikan. Bahkan, satu komentar negatif bisa menyakiti perasaan seseorang dalam jangka panjang. Lebih dari itu, sikap negatif yang dibiarkan terus berkembang bisa menjadi ancaman bagi persatuan dan nilai-nilai demokrasi yang sedang dibangun.
Sumber: ttps://adjar.grid.id/read/543821160/20-contoh-penerapan-nilai-nilai-demokrasi
Demokrasi
yang sehat membutuhkan partisipasi warga yang bijak. Di sinilah peran pelajar
sangat penting. Sebagai generasi penerus bangsa, pelajar bukan hanya pengguna
media sosial, tetapi juga agen perubahan yang bisa memberikan contoh baik.
Gunakan media sosial sebagai alat untuk menyebarkan semangat persatuan,
menghargai keberagaman, dan menyampaikan pendapat dengan cara yang santun.
Tidak
salah jika ingin menyuarakan pendapat tentang isu sosial, politik, pendidikan,
atau hal-hal yang terjadi di lingkungan sekitar. Namun, semua itu harus
dilakukan dengan bahasa yang sopan, tidak menyerang pribadi, dan tetap
menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila. Sila kedua dan keempat, yaitu
"Kemanusiaan yang adil dan beradab" serta "Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan" dapat
menjadi pedoman dalam berinteraksi di dunia digital.
Sumber: https://phintraco.com/hidup-di-dunia-digital/
Untuk
menciptakan ruang digital yang sehat dan mendukung demokrasi, perlu kerja sama
dari semua pihak. Sekolah bisa memberikan edukasi tentang literasi digital dan
etika bermedia sosial. Orang tua perlu memberikan pendampingan, dan pelajar
bisa saling mengingatkan untuk berperilaku baik saat online.
Sebagai
penutup, penting untuk di ingat bahwa media sosial mencerminkan karakter
penggunanya. Jika ingin dihargai dan didengarkan, maka tunjukkan sikap yang
menghargai orang lain. Etika bukan hanya soal aturan, tapi soal kepedulian. Kepedulian
terhadap dampak dari setiap kata, gambar, atau video yang dibagikan. Kebebasan
berekspresi adalah hak, namun tetap harus dijaga agar tidak merugikan sesama.
Sumber: https://human-initiative.org/3-langkah-membangun-kepedulian-di-lingkungan-kerja
Mari
bersama-sama menciptakan ruang media sosial yang tidak hanya seru dan
informatif, tapi juga aman, sopan, dan mencerminkan semangat demokrasi yang
sesungguhnya. Karena demokrasi bukan hanya milik orang dewasa—pelajar pun punya
peran besar dalam menjaganya.
*)
Guru Pendidikan Pancasila dan Kewargaan di SMAN 1 Pangalengan
**)
disarikan dari berbagai sumber
makasih bu alfirji x-d
BalasHapusterimakasih atas literasinya sangat bermanfaat sekali
BalasHapusAmanda X-E
Terima kasih atas literasi nya bu
BalasHapusTerima kasih atas literasi nya bu,
BalasHapus