“Sakola
Alam Bagea” untuk Pendidikan Karakter Anak
Oleh:
Rinie Mutia Widaningsih, S.
Pd
Sampurna ning insun…
Apakah kalian pernah
mendengar tentang sekolah alam? Apakah sekolah di tempat terbuka seperti hutan,
pantai, atau yang lainnya? Apakah harus memakai seragam putih-abu seperti
sekolah formal? Lalu, kursi dsna bangkunya harus seperti apa?
Melansir buku berjudul Model Pendidikan Agama Islam
Berbasis Lingkungan karya Dr. Neni, sekolah alam adalah sekolah alternatif yang
mengajarkan peserta didik untuk langsung berinteraksi dengan lingkungan alam.
Jadi peserta didik tidak hanya mendapatkan pelajaran dari dalam kelas,
melainkan juga dari luar kelas.
Dokumentasi: Arif dan Devi
Jika kalian tahu, di daerah tempat tinggal kita, tepatnya di Desa Rawabogo Kecamatan Ciwidey, ada sebuah Sekolah Alam yang bernama “Sakola Alam Bagea” yang didirikan tahun 2023, juga didalamnya diisi dengan kegiatan-kegiatan yang berhubungan langsung dengan alam. Sekolah ini dibangun oleh dua orang rekan saya yang bernama Arif dan Devi dan dibantu oleh rekan yang lainnya. Mereka mendirikan ruang terbuka dengan segala pemanfaatan lahan halaman dan kebun mereka untuk dijadikan “sekolah” dan “laboratorium terbuka” untuk anak-anak yang berada di sekitar tempat tinggal mereka. Sekolah alam ini diisi oleh beberapa tingkatan anak, ada yang dari usia tingkat SD, SMP bahkan SMA. Waktu sekolah ini adalah pada hari minggu.
Menurut hasil penelitian, latar belakang sekolah ini didirikan tumbuh dari keresahan-keresahan Arif dan Devi perihal kurangnya rasa memiliki dan cinta terhadap lingkungan dan alam dan lunturnya nilai moral dan etika yang menjadi ketakutan terbesar pada zaman sekarang ini, dan kurangnya rasa percaya diri mereka ketika berbicara dan mengemukakan pendapat mereka dan pemikiran kritis mereka yang muncul dari diri anak-anak, sementara mereka adalah generasi muda penerus bangsa yang sejatinya di dalam diri mereka sepantasnya harus tertanam akan cinta tanah air dan memiliki tata krama yang baik, dimulai sejak dini.
Dokumentasi: Arif dan Devi
Hal lainnya adalah, melihat lingkungan sekitar yang berkaitan dengan tumbuh kembangnya mereka di dalam masyarakat yang dominannya bermata pencaharian sebagai seorang petani, potensialnya daerah mereka dengan sumber daya alam yang melimpah tetapi kesadaran dari masyarakatnya yang kurang (regenerasi petani), membuat mereka percaya diri dan bangga menjadi anak seorang petani. Menebar ilmu dan kebaikan mengenai pertanian dan cara mereka memperlakukan alam membuat saya tergelitik untuk jauh lebih ingin mengetahui tentang sekolah alam ini. Selain itu, sekolah alam “Bagea” ini menjadi alternatif sebagai ruang aman untuk anak-anak dalam kaitannya dengan kecenderungan mereka terhadap minat akan “gadget”.
Lalu apa saja kegiatan mereka? Disana mereka diajarkan mengenal berbagai cara menanam dan mengolah hasil bumi, seperti sayuran, buah, dan sebagainya, dan mempelajari kesenian tradisional seperti pencak silat, dogdog, angklung buncis, dan lain-lain. Disamping itu, mereka juga mempelajari bagaimana mengolah rasa dan menuangkannya dalam bentuk tulisan seperti puisi, cerpen, essay, dan lain-lain. Sehingga dalam kegiatan ini diharapkan anak-anak bisa termotivasi dan terangsang pola pemikiran kritis dan rasa percaya dirinya. Kesadaran itu memang harus kita kontrol dan sejatinya yang kita lakukan adalah akumulasi dari apa yang terkumpul di dalam pemikiran kita mengenai bersyukur kepada apa yang telah Tuhan berikan.
Dokumentasi: Arif dan Devi
Jika kita kaitkan dengan tradisi atau kebiasaan yang menjadi ciri khas orang Sunda, contohnya dalam kegiatan berkebun atau menghuma, muncul istilah “grounding” atau “nyeker”. Di sekolah alam Bagea ini, ada kelas yang memang erat kaitannya dengan hal tersebut. Grounding, atau dalam bahasa awam sering disebut "nyeker", adalah praktik sederhana namun memiliki manfaat yang cukup signifikan bagi kesehatan tubuh. Prinsip dasar grounding adalah menghubungkan tubuh secara langsung dengan permukaan bumi, seperti tanah atau rumput, sehingga terjadi transfer elektron dari bumi ke tubuh.
Mengapa “grounding itu penting? Tubuh manusia adalah konduktor listrik yang baik. Ketika kita berjalan tanpa alas kaki di atas tanah, elektron dari bumi akan mengalir ke tubuh kita. Elektron-elektron ini berperan sebagai antioksidan alami yang dapat menetralkan radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas adalah molekul yang tidak stabil dan dapat merusak sel-sel tubuh, sehingga memicu berbagai penyakit.
Dalam kaitannya dengan minat yang ada di dalam diri
anak-anak di sekolah alam bagea, Arif, Devi dan rekan-rekan mengidentifikasi
minat dan bakat mereka sesuai dengan potensi yang anak-anak miliki. Mereka
memiliki kebebasan memilih. Ada yang berminat pada musik, tari, menulis,
menggambar, dan lain-lainnya. Tugas sekolah alam adalah mendukung dengan
mencoba menyediakan alat dan bahan (berdiferensiasi) yang diperlukan.
Dokumentasi: Arif dan Devi
Arif, Devi, dan teman-temanku yang lainnya, untuk segala
gagasan, tenaga dan pikiran yang telah diberikan, saya ucapkan terimakasih.
Kalian menginspirasi.
Cag,
Rampes!
terimakasih! literasi yang sangat bermanfaat!
BalasHapusSangat bermanfaat 🙏🙏
BalasHapusReugreug
BalasHapusBARIS PANGEBON BANDUNG KIDUL
BalasHapus