Maaf
Sebenarnya
ada rasa menyesal menyelimuti hatiku, apalagi saat kukenang masalah itu, aku
belum sadar ataupun mengerti apakah aku masih bisa di katakan anak yang
berbakti?? Ataukah anak durhaka bagi orang tuaku…………? Di pembaringan malam ini
kutengok wajah adik bungsuku yang elok, ada rasa cinta yang tulus ikhlas telah
aku rasakan, rasa senang yang tak terhingga menyelimuti tubuh ini. ”sungguh dia
adik yang terbaik yang kau berikan kepadaku Ya Allah”, ucapku dalam hati. Ku
rebahkan tubuhku disampingnya, dan ku dengarkan setiap tarikan nafasnya, kucoba
untuk memejamkan mataku di malam yang dingin itu, namun Entah kenapa, ingatan
masa lalu tiba-tiba kembali menari-nari di otakku. Ketika itu umurku sudah
menginjak 18 tahun, aku adalah seorang anak dari seorang buruh petik teh, dan
aku mempunyai 3 saudara dalam rumah, akulah yang tertua, sedang adik bungsuku
masih berumur 1,5 taun. Aku masih bersekolah di kelas 12 sebuah sekolah negeri
yang bernama SMAN 1 Pangalengan di Kabupaten Bandung. Satu harapanku yaitu
setelah lulus nanti aku ingin sekali kuliah di perguruan tinggi yang aku
favoritkan. Dan harapan itu pun aku sampaikan kepada orang tuaku.
“Pak, kalo
Ulfi lulus nanti, Ulfi bolehkan kuliah???”,kataku disaat itu.
“Mang, kamu
mau kuliah dimana neng?”, bapakku menjawab sambil merebahkan tubuhnya.
“Di UNPAD
pak, di fakultas Pertanian, disana dah ada jurusan Agroteknologinya, jadi bisa
sekalian ngembangin ilmu pertanian di sini nanti kalau dah lulus”, jawabku
sambil bersemangat.
Bapakku
hanya diam mendengar penuturanku,namun ada sedikit guratan keraguan di
wajahnya, dan akhirnya beliau hanya berkata, “Liat nanti saja neng”. Ada rasa
kurang puas yang aku dapatkan saat itu, namun aku hanya bisa diam dan menunggu
kepastian dari orang tuaku, tanpa mengeluh dan meminta minta. Namun, aku tidak
bsa membohongi perasaanku di kala itu, ada rasa iri yang kurasakan setiap kakak
kelasku, datang ke sekolah sambil menceritakan pengalaman mereka kuliah.
“Ya Allah
engkau selalu memberi kemudahan bagi hambamu untuk mencari jalan-Mu, maka
tolong berikan kemudahan untukku untuk dapat belajar lebih dalam tentang
beragam ilmu-Mu, dan dapat membanggakan oran tua, amin…..”, doa yang tak pernah
henti-hentinya selalu aku ucapkan
selesai sholat tahajudku.
Hari Kamis
tanggal 19 Juni 2014,hari itu aku dan teman-temanku bertugas untuk membersihkan
sekolah, karena pada hari Sabtu nanti akan digunakan untuk acara pengambilan
raport semester genap oleh orang tua/wali murid.
“Ulfi, di
panggil ma Pak Iyep tuh, disuruh ke kantor”, teriak Yudha ketua kelasku Tanpa
basa-basi aku segera merapikan perkakas dan bergegas menuju ke ruang kantor.
Dan kulihat, disana semua guru sedang
merapikan raport yang akan dibagikan. Sempat sedikit linglung aku saat itu,
gara-gara Linda mengagetkanku.
“Ulfi, sini
”,Pak Iyep memanggilku.
“wios
didieu wae pak ! ada apa sih,pak”,jawabku sedikit ketus kepada guru Biologiku yang memang terkenal killer itu.
Namun dengan sabar beliau tersenyum dan memberikan selembar sertifikat
kepadaku.
“Nih,
selamat ya kamu dapat juara 1 sekabupaten Bandung olimpiade Biologi kemarin”, kata pak Iyep sambil tersenyum
kepadaku.
“Hah,
beneran pak , masakkkkkkk, Ya Allah trimakasih”, jawabku sambil kegirangan dan
mencium tangan guruku itu.
“Husssssssttttttttt,
diam!!!!, harap tenang!!!!!”, Pak Suharsono guru matematika yang paling galak
di sekolah ini tiba-tiba memukul kepalaku dengan tangannya. Sedetik itu pula
aku langsung terdiam terpaku tak berkutik.
“Dasar anak
tolol, dah tau ini kantor, masih bikin ribut aja!”, untung ada pak Iyep, kalau
gak ada, aku pasti diceramahin sampe melar nih telinga”, umpatku dalam hati.
Dengan senyum-senyum yang gak jelas aku memberi isyarat pada pak Iyep untuk
minta izin keluar dari kantor dan isyarat minta maaf pada pak Suharsono, namun
sebelum kena semprotan lebih baik aku segera ngluyur keluar..
“Wah ada
yang lagi dapat rejeki nih bagi-bagi dong, hadiahnya………”, teriak Linda, saat
melihatku keluar dari kantor sambil nyengar-nyengir gak karuan. Dan semua matapun menatapku penuh
harap.
“Hah, sory
neng kapan-kapan aja ya…, biasa lagi bokek “sakukurata”, jadi harap
dimaklumi..”, kataku sambil menahan tawa.
“Yaaaaaaaaahhhhhhhhhh………..”,
suara kecewa mereka membuatku semakin geli, tak tertahankan, namun akupun
merasa sangat senang di saat itu dan aku berniat untuk memberitahukan
penghargaan ini kepada orang tuaku setelah pengambilan raport nanti.
Sabtu
,21Juni 2014, Hari yang paling aku tunggupun datang, orang tuaku pulang dari
mengambil raport di sekolah, dengan perasaan kebat-kebit aku dan adikku membuka
raport itu…… “Yeeeee…….,,, aku dapat juara satu”, kataku sambil kegirangan,
orang tuaku hanya terdiam mendengar ucapannku mereka lebih focus pada adikku yang
paling kecil, sedang Putri adik perempuanku cuma bisa diam karena dia hanya
mendapatkan rangking 3. Hehehehe
Dengan
sedikit keberanian aku mulai mendekati bapakku, beliau sedang memperhatikan
anak laki-laki satu-satunya dalam keluarga ini yaitu adik bungsuku bermain
dengan mainan barunya, namanya Reza.
“Pak,
nilaiku naik semuanya ya… apa lagi Biologi, aku dapat nilai sempurna ulangan
kemarin, rapotku juga, Biologinya dapat 100, pokoknya nilai tertinggi
Biologi,hehehe”, kataku kepada beliau.
“He’em”,
jawabnya begitu singkat dan sederhana, dengan keberanian lebih tinggi aku mulai
berkata lagi,
“Ooya pak,
liat nih, aku dapat penghargaan lagi, aku juara 1 oliempiade Biologi tingkat
kabupaten Bandung hahahaha, untungnya kemaren aku sering diskusi sama pak Iyep,
jadi dapat mempermudah mengerjakan soal”, kataku sambil menunjukkan sertifikat
pada bapakku
“ooo
baguslah”, jawab beliau singkat dan hanya melihat sertifikat itu sekilas. Dan kembali memperhatikan adikku.
Aku tahu hal itu memang yang selalu beliau tunjukkan kepadaku semenjak aku
kecil, sikap cuek yang tak pernah berubah, namun aku senang bisa melihat orang
tuaku bahagia walaupun hanya dengan prestasi yang masih belum membekas dalam
sanubari mereka.
“Mmmm pak,
Pak Iyep, pernah cerita sama aku, katanya di fakultas Pertanian Unpad itu
bagus, disana juga bisa memperdalam banyak hal tentang pertanian dan
perkebunan, daerah kita nanti butuh banget ahli pertanian, boleh gak aku kuliah
disana!”, ucapku tanpa pikir panjang.
“Hussstttt
neng, bapakmu lagi capek dah sana ke
kamar aja!”, ibuku menasihati
“Tapi aku
cuma pingin nyampein keinginanku bu, aku kan dah kelas 12 dan sebentar lagi
bakal lulus”,omelku saat itu.
“Diam
semua…. Jangan ribut!!!!!!!!”, tiba-tiba bapak membentakku, semua yang ada di
rumah itu menjadi kaget dan panik, termasuk adikku bungsuku menangis dengan
kerasnya. Aku hanya bisa diam disana.
“Ulfi,
kuliahaja pikiranmu, liat ekonomi bapak, bapak itu tidak hanya membiayai kamu,
adik-adikmu pun perlu biaya, apalagi Reza untuk membeli susunya saja bapak
sudah kerepotan kamu sekarang keukeuhminta kuliah,,, biaya darimana atuh
neng!!!!!!!!!!!!!!”, bentakan bapakku yang semakin membuatku hanya bisa diam.
Aku hanya
bisa diam dan menahan tangisan dihatiku, padahal aku tidak pernah meminta
apapun sejak aku kecil, tapi kenapa satu saja permintaanku harus membuat
semuanya jadi begini… Ku hanya bisa menangis di pojok kamarku, aku merasa
sangat terpukul atas perkataan orang tuaku itu, “mengapa mereka menjadikan
anak-anaknya sebagai beban, banyak kok orang yang tidak mampu didunia ini, tapi
mereka masih bisa menyekolahkan anaknya di perguruan tinggi, kenapa Ya Allah,
engkau tidak mengabulkan doaku……. Kenapa???” Aku hanya terus mengeluh disaat
itu, dan sejak itu aku merubah semua sikapku kepada orang tuaku dan semua orang
disekelilingku. Aku tidak perduli, aku memang anak yang egois, tapi aku sudah
tidak memikirkan itu semua. Aku akan mendapatkan apa yang aku inginkan dengan
caraku sendiri.. itu yang selalu membuatku tetap semangat, ya alasan untuk bisa
kuliah.
Hingga pada
suatu saat, aku nekat untuk kabur dari rumah, karena sudah tak tahan mendengar
keluhan orang tuaku tentang uang, uang dan uang. “Apa gunanya aku disini hanya
menjadi beban untuk mereka, dan mendengar ocehan mereka tentang keinginanku
untuk tetap kuliah”, keluhku dalam hati. Tapi tanpa kusadari ternyata orang
tuaku khawatir dan mencariku disemua tempat dan bertanya kepada semua
teman-temanku. Hingga akhirnya, aku hanya bisa menangis melihat mayat mereka
terbujur kaku dihadapanku, ya kecelakaan itu telah merenggut nyawa mereka,
ketika orang tuaku tidak focus dijalan depan terminal Pangalengan dan sebuah
truk pengangkut pupuk menyerempet mereka dari belakang, dan akhirnya kematian
yang terjadi, aku hanya bisa menangis dan menangis menyesali semua perbuatanku,
aku memang anak yang tidak berbakti, sedikit terlintas perkataan ayahku disaat
nafas terakhirnya
“maafkan
bapak neng, ba.. bapak ti.. tidak bisa
membuat.. mu bangga, tapi se.. sebenarnya bapak se..ssenang kalo bi..ssa
nguliahin ka..kamu, dida..lam ta..tabungan ba..ppak ada u..uang yan..gg bappak
per..siapkan bu..buat kamu kuu..liah.. , maafkan ba..pak kare..nna membuatmu..
sallah pa..ham dan b..uat ba..ppak ban..gga neng.. , adik..adik mu a..akan
di..urus oleh bi..bimu, kee.kkejar m..mimpimu n..neng, la… laa illa.. ha..
illalahhhh”
“Teh Ulfi,
bangun jadi kita pergi”, suara adikku membangunkan aku dari tidurku, dengan
lembut dia mengajakku sholat berjamah shubuh dahulu, dan kemudian berangkat ke
tempat yang kami tuju, ya… di pemakaman orang tuaku, di depan batu nisan mereka
aku hanya bisa menyesali perbuatanku dan meminta maaf , dalam hati aku hanya
bisa mengucapkan terimakasih yang mungkin sudah terlambat.. dan doa yang bisa
ku panjatkan…
Pangalengan, Medio Juni 2014
Dikutif dari buku digital "Merdeka Berbahasa Indonesia kelas XI" Rusmana, Penerbit Fisaraedumedia-Bandung 2022
Link e-book: https://tinyurl.com/e-bookBind11r03s
Rasa menyesal menyelimuti hatiku (personifikasi)
BalasHapusIngatan masa lalu yang tiba tiba kembali menari nari di otakku(personifikasi)
Dengan perasaan kebat kebit( hiperbola )
Sampai melar nih telinga (hiperbola)
Nama : Asep Ahmad nugraha
BalasHapusKelas : 11 MIPA 4
Metafora : doa yang bisa aku panjatkan
Hiperbola : akhirnya kematian yang terjadi
Personifikasi: kutengok wajah adik bungsuku yang elok
Nama : Dinda desi
BalasHapusKelas : XI MIPA 4
Beberapa majas yang saya temukan dari teks yg telah saja baca yaitu:
Metafora(pemakaian kata atau kelompok kata dengan bukan arti sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan perbandingan ataupun persamaan) : doa yang bisa aku panjatkan
Hiperbola(majas yang digunakan untuk menggambarkan suatu ide atau konsep dengan cara yang berlebihan atau melampau) : akhirnya kematian yang terjadi
Personifikasi( bahasa yang melekat pada sifat manusia terhadap benda yang sesungguhnya tidak nyata, juga memiliki ide yang abstrak. ): kutengok wajah adik bungsuku yang elok
Metafora:
BalasHapus1. Rasa menyesal menyelimuti hatiku
2. Rasa cinta yang tulus ikhlas telah aku rasakan, rasa senang yang tak terhingga menyelimuti tubuh ini
Hiperbola:
1. Doa yang tak pernah henti hentinya selalu aku ucapkan selesai sholat tahajudku
2. Hanya diam dan menunggu kepastian dari orang tuaku,tanpa mengeluh dan meminta minta
Personifikasi
1. Sedetik itu pula aku langsung terpaku tak berkutik
2. Sebuah truk pengangkut pupuk menyerempet mereka dari belakang
dialova
BalasHapusXI MIPA 4
-metafora
•sebenarnya ada rasa menyesal menyelimuti hatiku
•rasa senang yang tak terhingga menyelimuti tubuh ini
-hiperbola
•Yaaaaaaaaahhhhhhhhhh
•hah pak beneran pak,masakkkkkkkkkk,ya Allah trimakasih,
-personifikasi
•dijalan depan terminal Pangalengan dan sebuah truk
•Ku hanya bisa menangis di pojok kamarku,
Metafora
BalasHapus• menari-nari di otakku
• rasa menyesal menyelimuti hatikku
Hiperbola
• rasa senang yang tak terhingga menyelimuti tubuh ini
• apa gunanya aku disini hanya menjadi beban untuk mereka
Personifikasi
• ada sedikit guratan keraguan diwajahnya
• menatap penuh harap
Rizkya Nadya putri XI MIPA 4
BalasHapus1. Personifikasi: Menatapku penuh harap, Aku terdiam terpaku tak berkutik
2. Hiperbola: Melar nih telinga, apa gunanya aku disini hanya menjadi beban untuk mereka
3. Metafora: Menari-nari di otakku, Menyesal menyelimuti hatiku
Metafora :
BalasHapus- rasa senang yang tak terhingga menyelimuti tubuh ini.
- rasa menyesal menyelimuti hatiku
Hiperbola :
- aku pasti diceramahin sampe melar nih telinga
- dengan perasaan kebat-kebit
Personifikasi :
- truk pengangkut pupuk menyerempet mereka dari belakang
- namun ada sedikit guratan keraguan di wajahnya
•Metafora:1.di pembaringan malam ini
BalasHapus2.rasa menyesal menyelimuti hatiku
•hiperbola:
1.diceramahin sampe melar nih telinga
2.ingatan masa lalu tiba-tiba kembali menari-nari di otak
•personifikasi
1.ada sedikit guratan keraguan
2.kutengok wajah adik bungsuku yang elok
terlintas perkataan ayahku disaat nafas terakhirnya
BalasHapustangisan dihatiku
sanubari
perasaan kebat-kebit
namun sebelum kena semprotan
terdiam terpaku tak berkutik
killer
guratan keraguan di wajahnya
menyesal menyelimuti hatiku
rasa senang yang tak terhingga menyelimuti tubuh
pembaringan malam
menyelimuti hatiku
umurku sudah menginjak 18 tahun
ingatan masa lalu tiba-tiba kembali menari-nari di otakku
*Personifikasi*
BalasHapus"Dijalan depan terminal Pangalengan dan sebuah truk ku hanya bisa menangis dipojok kamarku...."
"Sebuah truk pengangkut pupuk menyerempet mereka dari belakang..."
*Metafora*
"Rasa cinta yang tulus ikhlas telah aku rasakan ,rasa senang yang tak terhingga menyelimuti tubuh ini..."
"Doa yang aku bisa panjatkan.."
*Hiperbola*
"Akhirnya kematian yang terjadi...."
"Dengan perasaan kebat kebit"
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusLaila Maulida Asiah XI MIPA 4
BalasHapus1. Personifikasi:
Menatapku penuh harap
Aku terdiam terpaku tak berkutik
2. Hiperbola:
Melar nih telinga
Ingatan masalalu tiba tiba kembali menari nari di otak
3. Metafora:
ada sedikit guratan keraguan
Menyesal menyelimuti hatiku
Majas personifikasi:
BalasHapusMenyesal menyelimuti hatiku
sebuah truk pengangkut pupuk menyerempet mereka dari belakang
Majas metafora:
Pembaringan malam
Guratan keraguan
Majas hiperbola:
Terbujur kaku di hadapan
langsung terdiam terpaku tak berkutik
Ahlul faradish resha
BalasHapusMetafora:
1. Membaca adalah gudang ilmu
2. Rasa cinta yang tulus ikhlas telah aku rasakan, rasa senang yang tak terhingga menyelimuti tubuh ini
Hiperbola:
1. Doa yang tak pernah henti hentinya selalu aku .ingatan masa lalu tiba-tiba kembali menari-nari di otak
2. selesai sholat tahajud
Personifikasi
1. Sedetik itu pula aku langsung terpaku tak berkutik
2. Hujan menangis di atas jendela, setiap tetes air sebagai ekspresi perasaan yang tersembunyi, memperkuat kesepian malam
Dengan perasaan kebat kebit = hiperbola
BalasHapusDiceramahi sampe melar telinga = Hiperbola
Menyesal menyelimuti hatiku = personifikasi
Ingatan masa lalu tiba tiba kembali menari nari di otakku = personifikasi
Metafora " mengapa ya Allah ... Engkau tidak mengabulkan doaku ... Kenapa ? "
BalasHapusPersonifikasi " menari nari di otakku "
Hiperbola " mengganggap anak anaknya sebagi beban "
metafora
BalasHapus-ada rasa menyesal menyelimuti hatiku
hiperbola
-akhirnya kematian yang terjadi
personifikasi
- aku langsung terdiam terpaku tak berkutik
Suci Kamelina
BalasHapusXl MIPA 4
1. Metafora :
• Menari nari di otakku
• Rasa menyesal menyelimuti hatiku
2. Hiperbola :
• Diceramahin sampe melar nih
telinga
• Dengan perasaan kebat kebit
• Dasar anak tolol
3. Personifikasi
• Sedetik itu pula aku langsung
terdiam terpaku tak berkutik
• ku tengok wajah adik bungsuku
yang elok
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusMetafora
BalasHapus1. Ada rasa menyesal menyelimuti hatiku
2. Rasa senang yang tak terhingga menyelimuti tubuh ini
Hiperbola
1. Menangis menyesali semua perbuatanku
2. Lagi cape dah sana ke kamar aja!
Personifikasi
1. Memberi kemudahan bagi hambamu untuk mencari jalan mu
2. Menatap penuh harapan
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusDhetrya Alifa
BalasHapusXI MIPA 4
1. Metafora :
• Menari nari di otakku
• Rasa menyesal menyelimuti hatiku
2. Hiperbola :
• Diceramahin sampe melar nih
telinga
• Dengan perasaan kebat kebit
• Dasar anak tolol
3. Personifikasi
• Sedetik itu pula aku langsung
terdiam terpaku tak berkutik
• ku tengok wajah adik bungsuku
yang elok
Nama:Fitri
BalasHapusKelas:Xl MIPA 4
*Metafora*
Rasa menyesal menyelimuti Hatiku
*Hiperbola*
-Hanya diam dan menunggu kepastian dari orang tuaku,tanpa mengeluh dan meminta minta
-sampe melar nih telinga
*Personifikasi*
-menatap penuh harapan
-kutengok wajah adik bungsuku yang elok
metafora
BalasHapus-rasa menyesal menyelimuti hatiku
-di pembaringan malam ini
- rasa tenang yang tak terhingga menyelimuti tubuh ini
- ku dengar setiap tarikan nafas nya
personifikasi
-ingatan masalalu kembali menari-nari di otakku
-menahan tangisan dihatiku
hiperbola
-rasa cinta yang tulus ikhlas
-dimalam yang dingin
-guru biologi killer
-guru matematika paling galak
-Dasar anak tolol
-melar nih telinga
- anak durhaka
- wajah adik bungsuku yang elok
- sungguh dia adik terbaik
- perasaan kebat kebit
- sebelum kena semprotan
- aku merasa sangat terpukul atas perkataan
- mayat mereka terbujur kaku dihadapanku
- dengan lembut
repetisi
rasa cinta yang tulus dan ikhlas
rasa tenang yang tak terhingga
metafora
BalasHapus-rasa menyesal menyelimuti hatiku
-ada rasa cinta yang tulus ikhlas telah aku rasakan
hiperbola
-anak durhaka
-hussssttttt
personifikasi
-aku terpaku dan tidak berkutik
Metafora:
BalasHapus1.Menyelimuti tubuh ini
2.Menari nari di otaku
Hiperbola:
1.Melar nih telinga
2.Terdiam terpaku
Personifikasi:
1.Guratan keraguan di wajahnya
2.
2.Pembaringan malam
Hapusmetafora: rasa sebang yang tak terhingga menyelimuti hatiku
BalasHapusHiperbola: jangan ribut
Personifikasi : menari nari di otak ku