"Seni tertinggi seorang guru adalah membangkitkan kegembiraan dalam berekspresi dan pengetahuan." - Albert Einstein

Rabu, 19 November 2025

Teen Personality

 AIR MATA WANITA

“Kelemahan yang Menjelma Kekuatan dan Seni Coping Ilahi”

Oleh: Yuli Yulianti, S.Pd *)

Sejak mula dunia berputar, ada misteri abadi yang menyelimuti sepasang mata. Bukan rahasia yang terkunci rapat, melainkan rahasia yang mengalir bening, hangat, dan tak terduga: air mata seorang wanita. Air mata itu, yang sering disalahpahami sebagai kelemahan tanpa sebab, sesungguhnya adalah titik temu antara kekuatan tersembunyi dan kasih sayang tak berbatas. Sebuah anugerah yang disematkan Sang Pencipta, bukan sebagai tanda rapuh, melainkan sebagai katup penyelamat, bukti keperkasaan, dan sungai kehidupan yang senantiasa mengalirkan kesabaran, cinta, dan kebijaksanaan.

 
Sumber: https://ytprayeh.com/filosofi/p-01659629d09791b/air-mata

Suatu Ketika, ada seorang anak laki-laki bertanya kepada ibunya. “Ibu, mengapa ibu menangis?”. Ibunya menjawab, “sebab, ibu Adalah seorang Wanita, nak”. Aku tak mengerti kata si anak lagi. Ibunya hanya tersenyum dan memeluknya erat. “Nak, kamu memang tak akan pernah mengerti…”

Kemudian, anak itu bertanya pada ayahnya, “Ayah, mengapa ibu menangis? Sepertinya ibu menangis tanpa ada sebab yang jelas?” Sang ayah menjawab, “semua Wanita memang menangis tanpa ada alasan”. Hanya itu jawaban yang bisa diberikan ayahnya. Lama kemudian, Si anak itu tumbuh menjadi remaja dan tetap bertanya-tanya, mengapa Wanita menangis.

 
Sumber: https://www.facebook.com/photo.php?fbid=2483289661783232&id

Pada suatu malam, ia bermimpi dan bertanya kepada Tuhan “Ya Allah, mengapa Wanita mudah sekali menangis?”

Dalam mimpinya, Tuhan menjawab, “Saat kuciptakan Wanita, Aku membuatnya menjadi sangat utama. Kuciptakan bahunya, agar mampu menahan seluruh beban dunia dan isinya, walaupun juga bahu itu harus cukup nyaman dan lembut untuk menahan kepala bayi yang sedang tertidur. Kuberikan Wanita kekuatan untuk dapat melahirkan, dan mengeluarkan bayi dari rahimnya, walau seringkali pula ia kerap menerima cerca dari anaknya itu. Kuberikan keperkasaan, yang akan membuatnya tetap bertahan, pantang menyerah, saat semua orang sudah putus asa. Pada Wanita, Kuberikan kesabaran untuk merawat keluarganya, walau letih, walau sakit, walau Lelah tanpa berkeluh kesah. Kuberikan Wanita, perasaan peka dan kasih sayang, untuk mencintai semua anaknya dalam kondisi apapun dan dalam situasi apapun. Walau tak jarang anak-anaknya itu melukai perasaannya, melukai hatinya. Perasaan ini pula yang akan memberikan kehangatan pada bayi-bayi yang terkantuk menahan lelap. Sentuhan inilah yang akan memberikan kenyamanan saat didekap dengan lembut olehnya. Kuberikan Wanita kekuatan untuk membimbing suaminya, melalui masa-masa sulit dan menjadi pelindung baginya. Sebab, bukankah tulang rusuklah yang melindungi setiap hati dan jantung agar tak terkoyak? Kuberikan kepadanya kebijaksanaan, dan kemampuan untuk memberikan pengertian dan menyadarkan bahwa suami yang baik Adalah yang tak pernah melukai istrinya. Walau seringkali pula kebijaksanaan itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada suami agar tetap berdiri sejajar saling melengkapi dan saling menyayangi. Dan akhirnya, Kuberikan ia air mata agar dapat mencurahkan perasaannya. Inilah yang khusus kuberikan kepada Wanita, agar dapat digunakan kapanpun ia inginkan. Hanya inilah kelemahan yang dimiliki Wanita walaupun sebenarnya air mat aini Adalah air mata kehidupan."

 


Sumber:https:// /tahukah-kamu-dari-mana-air-mata-berasal.html

Kisah spiritual yang menyentuh ini menawarkan perspektif yang kuat mengenai peran emosional wanita, yang dapat dianalisis melalui lensa psikologi modern, khususnya dalam konteks psikoneuroimunologi dan psikologi klinis.

1. Air Mata sebagai Mekanisme Koping dan Katarsis

Narasi menyebutkan bahwa air mata diberikan agar wanita dapat "mencurahkan perasaannya." Dalam psikologi, air mata emosional (air mata yang disebabkan oleh stres, emosi, atau rasa sakit) mengandung protein dan hormon stres tertentu, seperti prolaktin dan ACTH. Proses menangis berfungsi sebagai katarsis atau pelepasan, secara harfiah mengeluarkan bahan kimia stres dari sistem tubuh. Hal ini menjelaskan mengapa setelah menangis hebat, seseorang sering kali merasa lebih lega dan secara psikologis lebih stabil.

2. Beban Ganda dan Resiliensi Hormonal

Teks ini menggambarkan tuntutan peran yang luar biasa: menahan beban dunia sambil tetap lembut, melahirkan, merawat tanpa berkeluh kesah. Ini menciptakan tingkat stres kronis yang tinggi.

  • Resiliensi (Daya Lenting): Air mata di sini bukan kelemahan, melainkan alat resiliensi yang memungkinkan wanita untuk "tetap bertahan, pantang menyerah." Ini adalah cara alami tubuh mengatur homeostasis emosionalnya.
  • Perbedaan Gender Biologis: Penelitian menunjukkan bahwa wanita cenderung menangis lebih sering dan intens daripada pria, yang sebagian disebabkan oleh perbedaan kadar hormon prolaktin yang lebih tinggi pada wanita, yang secara biologis merangsang produksi air mata. Penjelasan spiritual bahwa air mata adalah "kelemahan yang dikhususkan" dapat diinterpretasikan secara ilmiah sebagai anugerah biologis yang membantu mereka mengelola kompleksitas beban emosional dan peran sosial.

 

Sumber: https://helloborneo.com/2023/07/19/sex-tidak-sama-dengan-gender/

3. Emosi Peka dan Kecerdasan Emosional (EQ)

Narasi menyoroti "perasaan peka dan kasih sayang" serta "kebijaksanaan" untuk membimbing.

  • Kecerdasan Emosional: Kepekaan dan kebijaksanaan ini adalah inti dari Kecerdasan Emosional (EQ) yang tinggi. Kemampuan untuk mencintai dalam kondisi apapun dan memberikan pengertian menunjukkan empati, regulasi emosi, dan keterampilan sosial yang luar biasa.
  • Peran Pelindung: Penggambaran tulang rusuk yang melindungi jantung dikaitkan dengan peran wanita sebagai pelindung emosional dan spiritual bagi suaminya, menunjukkan kemampuan untuk mendukung dan menavigasi kesulitan hubungan (relationship coping), yang memerlukan tingkat kematangan psikologis yang tinggi.

Maka, setelah tirai makna tersingkap, kita menyadari bahwa air mata bukanlah kelemahan, melainkan manifestasi agung dari cinta yang berkorban. Air mata Ibu adalah tetesan kebijaksanaan dan keikhlasan yang telah membasuh kepedihan, merawat harapan, dan menegakkan tiang keluarga. Ia adalah peta menuju pemahaman sejati tentang kekuatan non-agresif yang dianugerahkan Ilahi. Dekatilah Ibu, dengarkan cerita tanpa kata dari air matanya, karena di sanalah kehangatan surgawi bersemayam. Bukan hanya surga yang dijanjikan, tetapi surga emosional dan ketenangan batin yang kita temukan dalam dekapannya yang tulus dan abadi.

 
Sumber: https://ormawa.stainupa.ac.id/2025/01/01/cinta-tanpa-batas-kisah-kasih-ibu-

Kasih Ibu itu seperti lingkaran, tak berawal dan tak berakhir. Kasih ibu itu selalu berputar dan senantiasa meluas, menyentuh setiap orang yang ditemuinya. Melingkupinya seperti kabut pagi, menghangatkannya seperti Mentari siang, dan menyelimutinya seperti Bintang malam (Art Urban).

 

*). Konselor di SMAN I Pangalengan, pemerhati masalah sosial remaja

Sumber :

Muzaki, A. (2004). E Book Motivasi Net. Kee Book Creator pro.

https://gemini.google.com/app/3d9be68785e2fe83

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Teen Personality

  AIR MATA WANITA “Kelemahan yang Menjelma Kekuatan dan Seni Coping Ilahi” Oleh: Yuli Yulianti, S.Pd *) Sejak mula dunia berputar, ada ...